Cotton Candy ✂️ dan 🎀

Yukina Gelia
Chapter #11

°•●Kesialan diatas Kesedihan●•°


Yulia dan Wendy berbincang-bincang santai sampai larut malam. Tak disadari pula jam menunjukkan angka 21.30 malam. Waktu yang memang larut bagi keluarga Yulia.

"Ah ..., tidak sadar sudah jam segini. Sudah yah Wendy, aku tidur dulu," seru Yulia hendak menyudahi.

"Yah, sayang banget ..., baiklah. Besok juga sekolah. Ngomong-ngomong kalau ada berita baru dari Kevin, beritahu aku yah!" pinta Wendy.

"Eh? Kau tidak menyimpan nomor teleponnya?" Tanya balik Yulia.

"Punya sih; tapi sekarang dirumahku tidak ada listrik, ini saja aku telepon, baterainya sedang sekarat. Kalau sampai besok pasti tidak sanggup. Kau tahu kan? HP ku ini merk jadul Nokoi yang sudah dari jaman baheula," jelas pilu Wendy, curhat sejenak kepada Yulia.

Yulia pada akhirnya mengiyakan permintaan Wendy. Mereka kemudian menyudahi perbincangan itu dengan saling berpamitan, sembari membuat janji temu untuk berangkat ke sekolah bersama esok hari. Yulia lalu bersiap-siap untuk tidur. Sembari dia bersiap hendak turun, Yulia melihat sembentar dari jendela kamarnya.

Terlihat disana, mobil polisi beserta tamu wanita tadi beranjak pergi bersamaan.

"Baru pulang sekarang? Hal sepenting apa yang ibu bahas dengan mereka sampai selarut ini?" Pikir Yulia penasaran.

Yulia sedang fokus menggosok gigi sembari melihat pantulan wajahnya di cermin. Ia melihat penampilan rambut miliknya, yang sebenarnya tidak terlalu ia suka. Tiba-tiba terdengar dering pesan dari teleponnya. Sebuah pesan dari Kevin:

"Polisi seperti menghalang-halangi kami untuk melihat jasad Aisyah. Pada akhirnya ayahku meminta kenalannya untuk membuat surat ijin outopsi mandiri. Arslan juga bilang malam ini atau besok, hasil forensik sidik jari di zipper itu akan keluar, semua akan berjalan baik kalau kita berani."

Yulia merasa sedikit lega saat membaca pesan dari Kevin ini. Dia tak sabar untuk menjadi saksi atas kasus tidak manusiawi yang menimpa Aisyah. Adik Ya-gege yang sudah dikenalnya cukup lama.

Setelah selesai cuci muka dan skincare routine, Yulia lalu berbaring diatas kasurnya. Seperti biasa, melakukan sesi doa pribadi sebelum ia beranjak ke negeri mimpi. Namun belum sempat berdoa, tiba-tiba suara pesan berdering keluar dari teleponnya, lagi. Kali ini dari nomor tak dikenal.

" **Perhatian: Laporan Kondisi Terbaru Kucing Anda**

Kepada Nona Nuan Yulia,

Kami dengan tulus ingin memberitahukan anda bahwa kucing anda, Momoyo, sedang mengalami kondisi darurat kesehatan yang serius. Setelah evaluasi medis intensif, kami memahami bahwa kucing tersebut berada dalam keadaan sekarat.

Kondisi kesehatannya sangat rapuh, akibat beberapa luka benda tumpul dan tajam. Kami bekerja keras untuk memberikan perawatan dan kenyamanan terbaik. Meskipun demikian, kami mengharapkan anda untuk segera datang ke klinik hewan esok, guna dapat berbicara lebih lanjut tentang situasinya.

Kami memahami betapa sulitnya situasi ini bagi anda dan siap memberikan dukungan serta informasi lebih lanjut yang anda butuhkan. Mohon maaf jika pesan ini sampai terlambat, kami siap membantu anda melalui proses ini dengan penuh pengertian.

Segera hubungi kami untuk informasi lebih lanjut atau untuk membuat rencana lebih lanjut.

Hormat kami,

Klinik Hewan Gerbang Harapan

+8656777###"

Rasa lega serta damai yang Yulia nikmati sebelumnya sirna, tat kala ia mendapatkan berita yang menyayat hati dan pikiran itu. Kekhawatiran muncul dihatinya. Kebimbangan pun datang,

"Aku ingin ke klinik itu sekarang ..., tapi dimana letaknya yah? Arslan tidak memberitahuku sebelumnya. Ya tuhan ...," batin Yulia penuh gelisah.

Setelah beberapa lama ia termenung, akhirnya Yulia memutuskan untuk tetap berada dalam rumah malam ini. Apalagi jika mengingat bahwa ibunya barusan marah besar, Yulia tak berani lagi minta ijin untuk pergi keluar. Yulia membuka jendela kamarnya. Mengadahkan kepalanya kearah langit berbintang malam itu.

Warna kelap-kelip bintang bagai memberi harapan untuk Yulia. Dia lalu memejamkan mata dan menggenggam

"Ya Bunda Maria, Ya Bapa terkasih. Kumohon selamatkan kucingku. Setidaknya sebelum aku benar-benar bisa melepaskannya."

"Amen..."


Keesokannya...


*Suara statis radio*

"... Selamat pagi! Salam damai semua untuk para pendengar di senin pagi yang cerah ini~ Kembali lagi di Channel Radio DPM! Dunia penuh misteri ..., aww~ Hari ini, 14 September 2009. Kami melaporkan kabar terbaru menenai kasus permen hijau misterius yang belakangan ini marak dipebincangkan. Terdengar berita baru yang tak mengenakkan mengenai baku tembak antara geng kartel di sekitar distrik terbengkalai. Semuanya TEWAS! Dan barang yang diincar oleh kepolisian pasca kejadian, yaitu Permen Hijau, tak dapat dideteksi keberadaannya. Bahkan oleh anjing pelacak sekalipun! Ini semakin memberikan pertanda bahwa Narkoba jenis Permen Hijau ini terbukti lebih berbahaya! Karena tak dapat dideteksi secara penciuman ..."

"Kamu kenapa Yulia ...? Kelihatan sembab begitu matanya, makan dulu puding buah ini, biar kamu lebih semangat," seru khawatir ibu, melihat kondisi anak bungsunya yang terlihat murung pagi itu.

"Tidak apa-apa ibu, Yulia sedang, mens jadi tidak mood," jawab Yulia lesuh.

"Oalah, pantaslah ..., desain kamu bagaimana Yulia? Apa sudah selesai? Ibu ingin lihat," ujar ibu basa-basi.

"Ah ... iya yah. Aku lupa mengerjakannya ibu, karena ada masalah kemarin. Aku bakal pulang sekolah terlambat yah bu, mau lanjut mendesainnya di sekolah. Tidak apa-apa 'kan?" Pintanya kepada Ibu.

Ibu yang tadinya melihat raut wajah murung Yulia, tak punya pilihan selain menyetujui permintaan putri bungsunya itu.

"Boleh ..., tapi jangan pulang lebih dari jam 6, paham? Kalau lewat, ibu kunci kamu dari dalam," tegas ibu pada Yulia.

Yulia mengangguk-ngangguk tanda mengerti. Tapi sebenarnya selain mendesain, dia lebih ingin berfokus pada masalah Ya-ge. Mungkin terdengar terlalu ikut campur, tetapi pada dasarnya Yulia murni ingin membantu, karena sudah merasa punya keterikatan batin dengan keluarga Ya-ge. Keluarga Ya-ge sendiri adalah pendistributor kain bercorak autentik untuk ibu Yulia dan pebutik lainnya.

Mereka membangun hubungan bisnis bersama ibu, kurang lebih dari lima tahun yang lalu. Keluarga Ya-ge juga terbilang harmonis dimata Yulia. Setidaknya, sebelum bisnis kain bercorak itu bangkrut. Setelah bangkrut, hubungan keluarga Yulia dan Ya-ge menjadi berjarak drastis.

Entah bagaimana ..., hampir setahun tidak pernah berkabar atau bertemu secara langsung. Ibu Yulia masih terhubung dengan keluarga itu karena adiknya Ya-ge, Aisyah, yang masih rajin mengirimkan kain bercorak buatan tangannya. Yulia tentu bertanya-tanya, bagaimana bisa mereka berakhir ditempat seperti itu?

Apalagi dengan kejadian tragis seperti itu terjadi pada anak mereka, kemana Tuan Mo dan Nyonya Mo pergi? Mereka bukan orang yang mau menelantarkan anak-anak mereka begitu saja. Yulia kenal betul bahwa keluarga itu saling menyayangi satu-sama lain. Masalahnya, Ya-ge bilang orang tuanya bahkan tidak ada memberi kabar kepadanya.

Ini begitu rumit dan memprihatinkan. Dan karena Yulia sendiri sudah punya keterikatan padanya, ia merasa seperti sudah menjadi keluarga bagi Ya-ge. Mungkin karena itu pula Yulia terdorong untuk membantu Ya-ge. Tapi masalahnya, bagaimana cara dia memberitahukan ini kepada ibunya?

Ibunya pasti akan shock dan semakin stress mendengarnya. Apalagi menyadari bahwa bisnis ibu kehilangan seseorang yang berharga dan berpotensial seperti Aisyah. Butik juga masih belum 100% diperbaiki. Yulia berpikir, diam lah satu-satunya hal terbaik.

Seperti yang sudah dia janjikan dengan Wendy, Yulia yang sudah seleseai bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, beranjak kaki menuju ke rumah Wendy. Tapi diperjalanan itu, dia malah berjumpa dengan seseorang.

"Eh? Arslan? Kau sedang apa disini?" tanya Yulia yang melihat Arslan sedang berjalan masuk ke got kemarin.

"Mencari sesuatu. Aku harap itu tidak hanyut," jawab singkat Arslan.

"Hujan kemarin cukup deras, aku tak yakin akan masih ada disitu ...," ucap Yulia hendak menyadarkan Arslan.

Yulia tiba-tiba teringat, lalu segera bertanya pada Arslan. "Oh iya Arslan! Kamu yang memberikan nomor teleponku ke klinik hewan kan? Bisa beri tahu aku dimana letak klinik itu berada? Mereka bilang Momoyo sekarat! Aku ..., —*tiba-tiba air mata mengalir* ingin melihatnya ..."

"Cengeng sekali ...," ujar Arslan singkat dengan nada dingin, sembari mencari-cari sesuatu didalam got.

Yulia yang mendengar ujaran mengejek itu lantas berkata, "Kau tak mengerti! Dia itu hadiah dari Nenekku! Dia itu satu-satunya yang menemani nenek dan aku dulu! Kau itu tak punya teman seperti itu makanya tak paham!"

Lihat selengkapnya