Cotton Candy ✂️ dan 🎀

Yukina Gelia
Chapter #12

× Kericuhan ×


Yulia dan Moli keluar secepatnya dari lab seni. Mereka mendapati lorong didepan ruang olahraga dikerumuni oleh beberapa guru dan murid. Yulia dan Moli bergegas kesana.

Terlihat di dalam kerumunan itu, Wendy dalam keadaan pingsan dan sedang dikipasi oleh beberapa guru. Disisi lain, sumber dari suara teriakan tadi tidak lain dan tidak bukan adalah Bombon yang sedang beradu jambak dengan seorang siswi SMA. Keadaan semakin keos dengan adanya beberapa murid yang diduga bukan dari yayasan, merusak beberapa fasilitas sekolah. Beberapa staf guru dan satpam sedang mengejar murid-murid penyusup.

Disisi lain, Yulia hanya bisa meminta Bombon untuk mengalah. Namun bukannya mereda, adu jambak itu malah semakin mengganas. Salah satu diantara mereka mulai memukul, memulai perkelahian membabi-buta. Yulia tak punya pilihan selain membentak Bombon untuk berhenti.

"Ah! Sudah Bombon hentikan! Mengalah lah! Wendy pingsang! Pikirkan dia dulu!"

"Yulia! Justru karena aku memikirkan Wendy! Aku ingin mengajar b*bi ini! Karena dia yang membuat Wendy pingsan!" Ujar Bombon dengan penuh amarah, masih dalam posisi adu jambak dan memukul.

Yulia tak habis pikir dengan kelakuan Bombon. Tapi karena yang harus diprioritaskan adalah Wendy, maka Yulia dan Moli dengan segera membantu guru-guru membopong Wendy ke UKS. Disisi lain, para siswa lelaki ternyata sedang ricuh mengusir para anggota geng motor. Situasi semakin buruk setelah polisi sampai dan ikut turun tangan.

Yulia dan Moli hanya bisa terdiam sembari menunggu ambulans sampai ke sekolah. Rasa penasaran Yulia yang sedari tadi tergelitik, kini membuatnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Apa yang terjadi ..., laoshi Lin?" tanya Yulia sembari mengobati beberapa luka bakar ditubuh Wendy.

Laoshi Lin-lin menghela nafas panjang, wajahnya nampak basah karena berkeringat. "Saya tidak tahu awalnya karena apa ..., tapi dilihat dari reaksi Bombon, sepertinya Kakak Evelyn menyebabkan korslet pada kaki Wendy, entah karena pertengkaran di gudang atau hal lain."

Mendengar itu Yulia langsung menyadari apa penyebabnya. Yulia dengan raut wajah khawatir, berdoa dalam hatinya agar Wendy tidak celaka seperti Lizbeth. Tangan Yulia gemetaran, sementara raut wajah Moli hanya menunjukkan sedikit ekspresi khawatir. Ia lebih berfokus untuk mengobati luka Wendy. Guru-guru juga nampak dipandu oleh Moli dalam penanganan Wendy. Kini Yulia mulai menyadari sesuatu dan terpukau, karena disana Moli terlihat piawai dibidang medis.

Hampir separuh luka Wendy berhasil teratasi. Ambulans telah sampai, Wendy dibawa oleh tim medis ke rumah sakit. Yulia dan yang lainnya hanya bisa menunggu di depan sekolah. Bombon yang babak belur dan berantakan berbicara.

"Jadi ..., sekarang apa?"

"Masuk sungai," balas Leon.

"Apaan?! Kalau emang mau bertengkar juga ayo!" tegas Bombon penuh amarah, sisa-sisa emosi negatif pasca-perkelahian masih tersisa dalam dirinya.

"Sudahlah Bombon ..., kau tidak lelah ha?" Yulia mulai menceramahi Bombon.

"Kalau memang belum puas meluapkan, sana! Kau pukul saja pohon itu!" Bentak Yulia dengan wajah kesal, lalu dibalas dengan mata Bombon yang melotot tajam ke arahnya.

Yulia dengan tiba-tiba menarik paksa tangan Bombon ke UKS, diikuti yang lainnya. Yulia lalu membaringkannya di kasur. Moli yang melihat gelagat itu langsung paham. Dia kemudian bergegas membantu Yulia untuk mengobati luka-luka Bombon.

Para anak laki-laki kemudian berbaring dan bersantai dikasur lain sembari menahan tawa. Mereka seperti itu karena melihat ekspresi Bombon yang kebingungan atas perlakuan Yulia yang spontan. Walau begitu, akhirnya tawa lepas keluar dari mulut Leon. Membuat seisi UKS ikut tertawa bersamaan.

"Apaan coba?" tanya Bombon masih dengan wajah bingung.

"Sudahlah ..., santai saja Bombon. Serahkan saja pada kami," Moli menjawab rasa heran Bombon dengan makin membuatnya kesal.

Tapi pada akhirnya Bombon juga ikut tertawa. Setelah kericuhan itu, entah mengapa, mereka semuanya merasakan kehangatan yang aneh didalam UKS itu. Setelah berbincang sebentar, mereka semua sepakat untuk berkunjung ke Rumah Kevin kala itu, berpikir untuk melepas penat sembari bercerita hal yang baru terjadi kepadanya.

Diperjalanan ....

"Gaun yang Yulia buat itu ..., akan ikut lomba di majalah yah?" Moli berjalan di samping Bocai, mencoba berbincang dengan Yulia. "Benar ..., aku akan memamerkan desain itu disana. Sebelumnya sudah pernah ikut. Tapi karena ada masalah, pemenangnya diputuskan tanpa menuntaskan lombanya ...," ujar Yulia dengan raut wajah sedih.

Mereka yang sudah mengetahui cerita Yulia, hanya bisa terdiam mendengar percakapan itu. Yulia lalu mengalihkan pembicaraan.

"Kamu ..., tidak ikut OSN? Aku dengar dari Wendy, kamu cukup mahir dalam kimia?"

"Ah ...," Moli langsung menunjukkan raut wajah tidak nyaman.

"Itu sudah lewat 3 bulan yang lalu. Aku tak bisa ikut karena masalah keluarga. Dan ..., Ibuku juga melarang ku."

"Ah ..., begitu. Jadi, apa kau tidak berniat untuk ikut tahun depan? Atau, mungkin, bagaimana dengan lomba inovasi kimia ramah lingkungan yangqsedang banyak dibahas itu?" Yulia menawarkan pilihan pada Moli.

"Ah. Aku, tidak yakin punya kesempatan ...," Moli terdengar ragu nan tak yakin. Namun bukan karena dia tidak yakin dia mampu, melainkan seperti ada hal lain yang menahannya.

Lihat selengkapnya