"A-Lia!" Seru sesosok makhluk kecil dibawah Yulia bertubuh pendek hanya sampai selutut Yulia.
Sejenak Yulia tertegun, "Makhluk ini mirip Momoyo ...." Batinnya menganalisa.
"Kenapa makhluk ini berdiri dengan dua kaki? Wujudnya mirip kucing, persis seperti Momoyo. Tapi sekarang yang jadi persamalahannya, kenapa makhluk ini bisa berbicara? Ah ... tunggu dulu, dimana ini?"
Pertanyaan demi pertanyaan muncul dibenak Yulia. Namun bukannya mendapatkan jawaban, Yulia malah dikejutkan dengan aksi mahkluk itu selanjutnya.
*Pluk*
Mahkluk berbulu putih yang berdiri dengan dua kaki itu, memeluk erat kaki Yulia, begitu erat hingga Yulia merasa kakinya sedikit tercengkram. Ada suara orang terngais-ngais yang berasal dari mahkluk itu. Kalau Yulia bisa memilih, dia akan menendang mahkluk itu menjauh sejauh mungkin sekarang. Namun belum sempat melakukannya, tak diduga mahkluk putih itu berseru, "Yulia! Ini aku Momoyo, kamu tidak takut 'kan?"
"Momoyo? Ini sungguh benar kamu? Bagaimana ... saat ini kita ada dimana?" Tanya Yulia memastikan keamanannya.
Ruangan tempat Yulia berada saat ini adalah ruang lepas, berlangit pink pastel berisi tumpukan awan pink sebagai tanah berpijak, walau kenyataannya itu tak bisa disebut sebuah tanah.
"Alam mimpi!" Ujar Momoyo dengan wajah riang.
Ketika mendengar 'Alam mimpi' disebutkan, Yulia langsung menyadari kenyataan. Ini hanyalah mimpi, bunga tidur atas keinginan bawah sadarnya. Momoyo yang asli pasti sudah tiada didunianya.
"Tapi Yulia, kamu bisa mengendalikan alam ini sesuka mu! Makhluk atau konsep apapun bisa kamu ciptakan disini. Tapi itu ada efek sampingnya ..."
Sebelum melanjutkan perkataannya, Momoyo sudah digendong oleh Yulia. Yulia membekap kucing berbicara itu dengan pelukan erat yang sangatlah sesak.
"Tunggu A-Lia! Sesak! Hngh!" Momoyo menggeliat mencoba melepaskan diri. Usahanya berhasil, dia langsung diturunkan oleh Yulia.
"Eh? Kenapa kamu menangis? Apa kamu sedih karena aku mencoba lepas darimu? Maaf aku tidak bermaksud kasar ..." Ujar spontan Momoyo panik.
Momoyo yang sebelumnya berdiri diatas awan segera melompat dan melayang disekitar Yulia; Berniat menghibur pemiliknya.
Yulia menutupi wajahnya, menahan tangis pilu. Perasaannya campur-aduk, dia terharu dan pilu berada didalam mimpi ini. Tapi setelah tangis sesegukan ia lepaskan, Yulia kemudian menyadari keanehan.
Ini terlalu nyata untuk disebut mimpi. Kelima indra dalam tubuhnya, merasakan seperti masih terjaga! Bukan hanya itu, ada banyak kilauan cahaya terbang berkelap-kelip disana-sini. Satu hal yang membuat Yulia agak takut, entah kapan ada sesosok siluet bercahaya muncul tak jauh dari tempatnya berdiri.
Sontak dengan waspada Yulia langsung menggendong Momoyo, menjauh dari sosok siluet bercahaya itu. Sosok siluet terlihat setinggi Yulia, dengan sedikit samar-samar mengeluarkan suara seperti bisikan mantra yang terdengar tajam. Yulia tentu menatap dengan penuh kebingungan dan kewaspadaan. Sampai Momoyo membuka mulutnya, memberitahu.
"Yulia, aku rasa itu leluhur mu!" Ujar Momoyo dengan binar cahaya dari mata kuningnya.
"Apa ...? Ah, sudah pasti ini mimpi." Tanggapnya mulai rasional.
"Bukan! Ini memang tidak terjadi di dunia nyata, tapi kita benar-benar mengalami ini! Ayolah Yulia ... kamu tidak ingat bagaimana kita memasuki tempat ini bersama nenek dulu?" Jelas tegas Momoyo teguh meyakinkan.
Sejenak Yulia berpikir, menimbang-nimbang. "Baiklah kalau ini nyata ... apa yang ingin leluhur lakukan dengan muncul dalam alam mimpi ku, Momoyo?" Yulia mengalah, hendak mengikuti alur untuk melihat kebenarannya.
"Tentang nenek mu, anak ku. Tentang kekuatan mu." Sosok itu berkata dengan lembut sembari melayang mendekat. Sosok itu benar melayang, karena pada dasarnya cahaya berbentuk sosok itu tak benar-benar berpijak.
Kini Yulia dan sosok itu hanya berjarak se-lengannya. Yulia memang merasa agak takut, namun dia dengan berani berkata,"Katakan apa yang terjadi pada nenek ku, aku juga sangat ingin tahu."
"Anak ku, nenek mu mati karena efek samping sihir. Iaβ" seketika Yulia langsung menyela.
"Nenek mati karena kecelakaan. Ini tidak nyata!" Tegasnya.
"Nenek kamu mungkin meninggal dunia karena kecelakaan itu. Namun kenyataannya, dia terkena efek samping penggunaan sihir. Sebab itu kamu mulai melihat dia kehilangan akal sehat 'kan, anak ku?" Tuturnya dengan lembut. Namun kata itu semakin mengiris hati dan membuat Yulia makin ragu.
"Aku tidak ingin mendengar omong kosong disini!" Bentak Yulia.
Kematian sang nenek memanglah menjadi salah satu kenangan traumatis bagi Yulia. Sosok yang sangat ia sayangi itu ialah tiang penopang kala dilanda berat hidup dahulu.
"Nenek mu mengetahui cara untuk memasuki dunia asal ku. Tempat dimana Ayah mu sekarang berada."
"...." Yulia tak bisa berkata-kata. Dia terjebak didalam mimpi ini. Tak bisa bangun!
"Ini benar-benar aneh. Aku sudah sangat marah, dan masih pula aku tak bisa langsung bangun. Ini menakutkan. Ini menakutkan karena terlalu nyata!"
Sosok leluhur klan Penyihir pink, tak pernah diketahui asal-usulnya. Itu sudah menjadi misteri sejarah sejak ber-abad abad lalu. Lalu didalam mimpi ini dia berkata neneknya tahu untuk pergi kesana? Dan ayahnya juga sudah mencoba caranya? Apaan coba?
"Aku tahu kamu masih meragukan aku, anak ku. Tapi seiring berjalannya waktu, kamu akan menyadari perlahan tentang kebenarannya. Satu nasihat dari ku, jangan percaya siapa pun! Karena semuanya bisa menyembunyikan kebenaran dari mu." Ujar sosok cahaya itu yang perlahan-lahan menguap menjadi serpihan cahaya dan asap putih yang lembut.
"Yulia!" Teriak sosok berambut ungu dihadapan Yulia.
"Aduh! Astaga kakak! Apa sih?" Respon Yulia kaget. Kesal, Yulia langsung bangkit dari sofa tempat dia tertidur sembari menggendong kucing yang tadi berbaring diatas perutnya.
"Tunggu, kucing?" Batin Yulia. Spontan, dia mengahadapkan kucing yang sedang digendong itu kearah wajahnya. Setelah menganalisa, betapa terkejutnya Yulia setelah menyadari bahwa kucing dihadapannya ini, yang sedari tadi tidur diatas tubuhnya, adalah Momoyo!