Kala sang surya tak lagi menampakkan dirinya, langit berubah menjadi gelap bertabur bintang, diterangi sinar rembulan, seperti biasanya, Alysha merangkai kata bermakna indah. Kisah romansa dua insan.
Alysha duduk di teras rumahnya, tempat favorit untuk menulis. Sembari memandang gemerlap bintang dan sinar rembulan. Alysha adalah seorang asrtophilia juga selenophilia (pecinta astronomi dan bulan) sama seperti neneknya, beliau menemani Alysha di teras rumah, menikmati semilir angin malam dan gemerlap bintang.
"Alysha, bagaimana novelnya? Apakah sudah selesai?" Nenek memandang Alysha.
"Belum, Nek. Tapi sebentar lagi akan selesai kok." Sembari menoleh, Alysha menjawab pertanyaan neneknya.
"Oh, begitu ya. Nanti kalau novelnya sudah selesai perlihatkan pada nenek ya, nenek ingin menjadi pembaca pertama novelmu itu!" ucap nenek penuh antusias.
"Hahaha, tentu saja. Nenek akan menjadi yang pertama membacanya."
Nenek Alysha adalah salah satu dari jutaan penggemar novelnya. Nenek terpesona oleh untaian kata dalam setiap karya Alysha. Alysha pun tidak akan memberikan cetakan pertama novelnya pada siapapun selain neneknya.
Alysha memandangi langit malam. Sangat indah. Senyum gadis itu merekah. Kini ia memalingkan pandangan pada neneknya.
"Nek, langitnya indah ya?" Alysha memandang nenek sembari tersenyum.
"Iya, nenek harap selalu seperti ini." Nenek beranjak dari tempat duduknya, mendekat ke Alysha, mengusap pundak Alysha.
"Sayang, hari mulai larut, udara juga sudah mulai dingin, dilanjutkan di dalam saja ya?" bujuk nenek. Jarum jam telah menunjukkan pukul 22.00 dan Alysha masih saja menikmati bintang-bintang, sebegitu cintanya ia terhadap gemerlapnya.
"Eh, baiklah, Nek. Nenek pasti juga sudah kedinginan kan? Alysha akan lanjutkan di dalam saja."
Alysha mengemasi pena dan kertasnya. Alysha dan nenek pun masuk bersama. Kamar mereka terpisah tetapi tetap bersebelahan, Alysha menuntun nenek menuju tempat peristirahatannya, membaringkan beliau tak lupa menyelimutinya. Alysha menemani neneknya hingga terlelap, baru ia dapat melanjutkan novelnya kembali. Tak seberapa lama, ia menyelesaikan novelnya, menyimpannya baik-baik dan membaringkan tubuhnya diatas kasur, tempat ternyaman di dunianya.
***
"Alysha, Sayang?" Nenek memanggil Alysha dengan suara lirih."Biasanya suara nenek tak selirih ini, apakah nenek sakit?" batin Alysha. Alysha yang sedang mempersiapkan sarapan berlari secepat kilat menuju kamar nenek.
"Iya, Nek, Alysha disini. Apakah nenek ingin minum?" tebak Alysha.
"B-badan nenek dingin, ra-rasanya seperti diselimuti salju." Alysha segera membentangkan selimut untuk nenek dan berlari mengambil segelas teh hangat.
"Diminum dulu ya, Nek teh hangatnya." Alysha dengan hati-hati mendudukan neneknya dan memberikan segelas teh hangat tersebut. Sebenarnya Alysha sangat khawatir, ia berusaha bersikap tenang karena jika kegelisahan Alysha datang, ia tak dapat mengontrol emosinya dan tak dapat mengerjakan apapun dengan benar, tak hanya itu, neneknya pun pasti merasakan apa yang dirasakan Alysha, mereka memiliki ikatan batin yang kuat memang.
Nenek memberikan gelas tak berisi itu kembali pada Alysha, dengan sigap diambilnya gelas tersebut.