COUPLE KASYA

Andini Maulidia
Chapter #2

2. Persaingan

“Oke-oke pantengin siapa yang keluar terakhir,” papar Ali Buana, laki-laki berperawakan tinggi dengan darah keturunan Jepang.


“Beneran ini kelas ceweknya cantik-cantik?” Zaffar bertanya skeptis. Pasalnya, dia jarang melancong ke wilayah anak IPS. “Gue ngeri zonk, ah.”


“Biasanya yang cantik jalannya kayak putri Solo jadi pasti belakangan,” sahut Faisal.


Lalu, Kaze ikut bersuara. Lebih kepengharapan, “Semoga cewek yang waktu itu.”


Mereka berempat duduk berjongkok di sebelah tanaman pucuk merah. Seniat itu menunggu penghuni kelas 12 IPS 4 habis total.


“Eh, gue jadi mikir kalo yang terakhir cowok gimana?”


Wajah Zaffar langsung dihadiahi gamparan tangan Ali. “Si goblok, kualifikasinya cewek yang terakhir bukan murid terakhir, Marjuki!”


Anak-anak murid lain yang melintas menatap aneh secara terang-terangan kepada mereka. Walau freak masih bisa dimaafkan, untung saja keempatnya ganteng—Karena memang kodratnya laki-laki.


“Eh, astagfirullah gue gak sengaja ngebunuh,” ucap Faisal spontan bergeser menyadari kakinya menginjak seekor cacing.


Tidak butuh waktu lama semakin berkurang gerombolan murid menyisakan satu dua orang yang secara bergilir keluar kelas.


Di rak sepatu depan kelas tersebut kini tersisa dua pasang sepatu. Membuat mereka menatapnya harap-harap cemas.


Sedetik, dua detik sosok perempuan dengan rambut bergelombang keluar diikuti seorang temannya tampak membawa tumpukan kertas.


“Anjing! Kok cewek itu?” umpat Kaze melebarkan matanya menatap perempuan terakhir yang keluar kelas. Kemudian beralih jatuh pada sosok satunya lagi. Naomi! Perempuan yang telah menarik perhatiannya kemarin siang.


“Njir lah...” Ali dan yang lainnya juga ikut tercengang.


“Target terpantau sulit didapatkan,” imbuh Faisal.


◇•🥕•◇


Berkumpul di satu meja bulat dengan satu lampu bohlam menyala di atasnya, mereka bertukar tatapan. Bagasi rumah Ali sudah seperti basecamp anggota inti bagi murid SMA 12 yang tergabung dalam tongkrongan yang terkenal dengan nama KD, Kroni Dwadasa.


Ali melirik Zaffar yang berada di depannya. “Lo duluan.”


“Menurut absen dari bawah nama lo duluan.”


“Mana bisa begitu. Kalo absen biasanya dari atas, nah nama lo dari A duluan berarti,” kata Zaffar tak mau kalah.


Seketika Ali meluruskan tatapan pada Zaffar. Jenis tatapan dingin namun, satu detik kemudian berubah jadi memelas. Matanya menurun. “Lo gak kasian apa absen A yang jadi bahan percobaan pas praktek olahraga?”


“Masa hal kayak gini harus gue juga memulai,” lanjutnya mengeluh. Padahal kalau diingat-ingat awalnya dia yang paling semangat dalam lingkaran pertaruhan ini.


Tapi, mengetahui siapa yang akan menjadi target taruhannya Ali jadi berpikir dua kali tentang bagaimana cara menaklukkannya. Laki-laki itu harus mengatur strategi yang dijamin terlebih dulu.


Zaffar mendengus jijik melihat ekspresi minta dikasihani temannya yang satu ini. “Iye dah iye gue duluan.”


Faisal mengacungkan jempol begitu juga Ali yang sekaligus dua jempol. Berbeda dengan Kaze tampak tidak berminat. Kaze sedang berpikir haruskah ia tidak ikut menceburkan dirinya ke permainan perasaan itu.


Diraihnya ponsel dari atas meja. Selanjutnya, mencari media sosio di kolom pencarian. “Namanya siapa?”


Lihat selengkapnya