COUPLE KASYA

Andini Maulidia
Chapter #6

6. Hari Bersejarah

Bel pergantian pelajaran telah berbunyi nyaring. Guru bidang saling bertukar posisi dari satu kelas ke kelas lainnya.


Bersama Bu Yolita yang memasuki ruang kelas 12 IPS 4 di belakangnya diikuti seorang laki-laki dari gedung seberang. Membawakan tumpukan buku tulis di tangannya.


“Good morning everyone!” Sepeti biasa salam ceria itu tidak pernah lepas dari ciri khas Bu Yolita setiap hendak mengajak. Katanya beliau berprinsip di mana murid nyaman terhadap gurunya atau merasa menjadi teman bagi mereka maka penyampaian materi juga akan mudah dipahami. Terlebih bila teknisnya seperti yang dilakukan Bu Yolita tentu mereka jadi tak sungkan bertanya apabila masih belum mengerti.


Namun, beberapa guru justru bersikap galak agar ditakuti anak muridnya. Sehingga berakhir membuat si anak tertekan sampai di ke alam bawah sadarnya. Jika sudah terjadi seperti ini membuat mereka tanpa sadar menolak sebelum pembelajaran dimulai.


"MORNING, BUNDA!”


Begitu kata mereka menyahuti secara serempak. Kata 'Bunda' merupakan panggilan yang memang dimintai Bu Yolita.


Alasya yang telah meraut pensilnya pun mendongak melihat Kaze meletakkan buku-buku tersebut ke atas meja guru kemudian berpamitan pada Bu Yolita.


Sambil melangkah hendak keluar kelas pandangannya ke arahnya—oh tidak ralat! Lebih tepatnya kepada Naomi.


Lalu, sedetik kemudian matanya benar-benar ke arah Alasya. Sorot itu seolah tengah berbicara.


Alasya termangu ditatap terang-terangan seperti itu lalu tak sengaja menjatuhkan pensilnya membuat alat tulis terbuat dari kayu itu patah lagi.


Sambil berdecak kesal Alasya menunduk memungut pensilnya yang jatuh itu. Sudut bibir Kaze tertarik. Jenis tawa disertai decihan.


Meja Alasya kedua dari depan memudahkan Kaze meletakkan telapak tangannya ke ujung meja. Berjaga-jaga agar Alasya tidak kepentok saat bangun.


“Eh eh apa nih kok bisa?” ucap salah seorang laki-laki yang duduk menyamping bersandar pada tembok.  Suaranya kontan menarik atensi penghuni kelas.


“Kayaknya bakal ada fake love proposal part 2.”


“Gak kapok apa Alasya kan rada-rada.”


“Tapi, gue dukung Alasya yang savage sih daripada malu sendiri,” sahut teman di sebelahnya.


Komentar setengah berbisik yang terlontar itu semua ditangkap telinga Alasya. Melambatkan gerak tangannya sebelum pada akhirnya bangkit.


“Hati-hati,” ucap Kaze lalu melenggang dari sana.


Alasya menoleh ke Naomi dibalas senyuman canggung. “Gak usah didengerin komentar orang, Sya. Dan, lo juga harus hati-hati sama Kaze. Gue liat dia sasimo.”


Pensil yang digenggam erat pun mengendur. “Kenapa emangnya?”


Naomi berdeham sambil mengetuk pulpennya ke atas buku. “Sebelumnya dia kayak deketin gue.”


Kening Alasya bertautan. Ini dia tidak salah lihat kan? Naomi bicara seperti itu dengan air muka tersipu.


“Ouh gitu...” Alasya mengangguk patuh. Meskipun dalam hati ia sedang merencanakan 'proyek' yang akan menguntungkan banyak pihak.


“Iya, pasti gue bakal hati-hati, Nom. Makasih yaa. Walaupun nanti hati gak ada yang tau.” Ditepuknya pundak Naomi dua kali.


“Yuk dibuka yuk bukunya semua kita akan memasuki bab baru lagi,” tukas Bu Yolita beranjak ke tengah-tengah kelas.


◇•🥕•◇


Beberapa hari berikutnya Kaze terus bersikap manis pada Alasya. Tidak selayaknya teman biasa seperti yang dikatakan laki-laki itu sebelumnya. Ini lebih mirip seseorang yang sedang PDKT.


“Buat gue?” tanya Alasya memastikan.


Kaze mengangguk dengan tampang datar. “Kemarin gue beli kebanyakan.”


“Kayaknya lo kalo beli gak dipikir dulu ya,” kekeh Alasya. Mengingat permen jelly yang berikannya kemarin dengan alasan sama persis.

Lihat selengkapnya