COUPLE KASYA

Andini Maulidia
Chapter #7

7. Ajak Date

“Er... Er... lo kenapa sih?” hentak Alasya bersikukuh melepas cekalan tangan sahabatnya itu.


“Diem!” tampik Erlia sesaat menghentikan langkah kakinya kembali menarik lewat lorong-lorong koridor.


Tak peduli tatapan orang di sekitar Erlia membawa Alasya ke pojok koridor. Erlia siap meluapkan emosi yang sedari tertahan di tengah hamparan manusia yang salin bersiul memenuhi wilayah kantin.


Tatapan laser Erlia menghujam Alasya hingga gadis itu menelan salivanya kasar. Erlia bagai harimau betina yang sebentar lagi menerjangnya.


“Biasa aja kali natapnya keluar tuh bola mata tau rasa,” ucap Alasya berusaha mencairkan suasana gelap di antara mereka berdua.


“Gak usah ngalihin pembicaraan deh lo.” Reaksi Erlia menandakan dirinya sedang tidak bisa diajak becanda sedikit pun. “Coba lo jelasin yang di kantin. Kenapa lo terima Kaze?” tanya Erlia penuh emosi di kepalanya.


Terlebih dulu Alasya melepaskan tangan Erlia dari pergelangannya. “Ya, emang kenapa sih? Lo suka sama dia gitu?” Takut-takut Alasya melemparkan pertanyaan itu.


Konyol. Pikir Erlia saat itu. “Ya enggaklah bego! Coba lo pikirin lo ingat-ingat apa yang pernah Kaze lakuin ke lo deh!”


“Gue gak amnesia, Erlia.”


Wajah santai Alasya benar-benar membuat Erlia gemas. Sampai ingin rasanya mendorongnya ke Sungai Nil.


“Gue ingat semuanya,” jelasnya tersirat makna mendalam. Kini matanya lurus menatap objek yang tidak pasti. Ekspresinya berubah seketika.


“Terus kalo gitu kenapa lo masih mau berurusan sama tuh cowok? Gue yakin kali ini dia juga main-main, Sya,” simpul Erlia seyakin mungkin.


“Iya gue tau.” Erlia mengernyit mendapati jawaban gamblang Alasya, dia diam dan menunggu ucapan Alasya berikutnya.


“Tapi, dengan hubungan ini semua akan menguntungkan.” Alasya mengetuk pelipis kanannya menggunakan telunjuk. “Gue butuh otak dia buat tugas-tugas gue dan dia butuh gue entah buat apa? Mungkin buat deketin Naomi?”


“Naomi?” Erlia menautkan alisnya. “Naomi temen sebangku lo yang spek bule itu?”


Alasya mengangguk. “Yoi.”


“Tapi, kalo lo butuh otak pinter dia lo kan bisa les aja kali, Sya. Gak usah ngorbanin hati lo.”


“Eitss, siapa yang ngorbanin hati? Orang gue juga gak akan pakai hati. Dan, satu lagi les tuh pakai duit kalo ada yang gratis kenapa nggak?” Alasya tersenyum manis seolah bangga dengan ucapannya barusan.


Erlia memegang pundak Alasya, membuatnya menghadap padanya. “Alasya, soal hati itu gak ada yang tau. Gue gak mau lo sakit hati,” ucap Erlia memperingati. “Lo pikir sekali lagi sekarang, Sya.”


“Er, percaya deh sama gue. Gue bisa kontrol hati gue sendiri, lo kan tau gue gak gampang jatuh cinta,” lanjut Alasya meyakinkan dengan mimik sumringah yang seolah meyakinkan.


Kalo semisal gue gak bisa kontrol hati ini, gue pastiin akan gue bunuh perasaan itu.


Alasya tersenyum lalu menarik Erlia dalam pelukan. “Yang penting lo harus jaga rahasia ini ya?”


Saat melepas pelukannya Erlia langsung memberi hormat. “Siap, gue jamin gak akan bocor.” Lalu ia berpura-pura seolah mengunci mulutnya menggunakan gerakan tangan.


◇•🥕•◇


Warung Ende, sudah seperti markas bagi anak-anak KD. Berkumpul di sana setiap waktu luang seperti pulang sekolah atau di malam hari sudah menjadi hal biasa. Tapi, tentu saja mereka tahu diri dengan tidak meninggalkan hutang di warung tersebut.


Hal itu membuat warung Ende tak pernah sepi pengunjung. Meskipun ya... ada saja pelanggan gadis pemalu yang hendak membeli garam jadi kabur karena tidak ingin bertemu dengan kalangan laki-laki SMA yang sedang nongki seperti mereka.


Ikut duduk mengelilingi salah satu meja terbuat dari kaleng drum yang dibalik. Kaze meletakkan segelas es kopi miliknya.


“Anjas yang baru ganti status gak mau traktik-traktir apa?” ucap Ali dengan suara membahana.


Menaikkan satu kakinya Kaze hendak menyeruput kesegaran kopi tersebut. Ia tertawa hambar, “Babi, sono-sono dah semua mau pesan apa gue traktir.”


Lihat selengkapnya