Sudah hampir telat pun berpasang-pasang mata masih menyempatkan diri untuk menatap terang-terangan Alasya yang tengah berjalan di tengah lorong. Menghampiri ruang kelas secara terburu-buru karena mereka sebentar lagi akan melakukan upacara bendera setiap Senin pagi.
Jenis tatapan tidak bersahabat atau menilik dari ujung sepatu sampai ujung rambut seolah mencemooh Alasya.
Meski merasa risih ia lebih memilih bersikap cuek. Berbicara dengan batinnya sendiri kalau dia tidak melakukan kesalahan apapun. Jadi, tenang saja. Mungkin penampilannya saja yang berkilau abis pakai lulur Bali sehingga menarik perhatian mereka.
“Ih, mungkin dia gamon gak sih dari jaman kelas sepuluh.”
“Jelek amat selera Kaze.”
Lalu teman lainnya menyahuti, “Cakepan temannya gak sih si Naomi.”
Cibiran demi cibiran kian terdengar membuat Alasya mendengus. Lima langkah sebelum memasuki kelasnya ia berbalik badan. Orang-orang yang tadinya mencibir mengatup mulutnya. Tapi, tetap tidak lepas dari tatapan tak suka itu.
“Lo semua lagi ngomongin siapa sih? Gue?” tanya Alasya dengan suara keras.
“'Apa sih ge-er banget', pasti itu mau ngomong gitu kan?” lanjutnya sedikit mengangkat dagu. Alasya memasang wajah tidak mood sebab hatinya sedang dalam mood yang baik.
Mereka masih bungkam hingga ketika Alasya sudah memasuki kelas.
“Ih songong banget sih tuh cewek,” kesal salah satu siswi diikuti lainnya.
◇•🥕•◇
“Kaze! Dicariin Alasya tuh, ” seru sang ketua kelas yang kebetulan sedang berdiri di ambang pintu, berjaga-jaga kala ada guru yang masuk kelas saat anak-anak laki sedang bermain kuda tomplok.
Lewat sudut matanya Alasya menilik ke dalam. Kaze ateng bersama komik yang menamainya di pojok kelas.
Pandangan laki-laki itu terangkat mendengar suara seseorang menyebut namanya. “Siapa?” pekiknya agar tidak teredam suara heboh anak kelas lain.
“PACAR LO NIH.”
“Acieee... disamperin ayang,” celetuk salah temannya yang hendak melompat ke punggung anggota lawan yang sudah bersiap.
“Anjay banget cewek nyariin cowok duluan. Cewek gue kok mageran sih.”
Kaze menautkan alisnya kemudian bangkit dari posisi bersandar menghampiri Alasya yang kini tengah menempelkan punggung di tembok kelas sambil menyilang kaki.
Roknya yang pendek semakin tersingkap memarkan paha mulusnya. Menangkap hal itu sedikit Kaze merasa tidak nyaman. Namun, memang apa urusannya dengan dia. Jadi biarlah.
“Ada apaan?” tanya Kaze datar.
Membuat Alasya mengernyit. Ini cowok aslinya ada dua kepribadian apa ya? Sebentar hangat sebentar datar.