"Bunda?"
"Iya bby?"
"Kaos kaki Quinnsha dimana ya?"
"Udah bunda taruh di kamar bby kok."
"Itu yang warna putih bun. Ini hari sabtu makai warna hitam."
"Perasaan bunda nggak nyuci bby."
"Terus dimana bun? Kesiangan ntar Quinnsha."
"Mungkin dibawa tikus bby."
"Bunda asal prediksi deh. Mana mungkin ada tikus di rumah sih bun."
"Kali aja tikus tetangga main kerumah kita."
"Au ah bunda."
Lalu Quinnsha terpaksa menggunakan kaos kaki warna putih hari itu.
"Quinnsha berangkat bun."
"Eh bby kaos kakinya?"
"Nggak papa bunda tenang aja."
Setelah itu Quinnsha segera naik mobilnya untuk diantar supir ke sekolah.
Suasana sekolah masih sepi, benar saja sekarang masih pukul 6.15 . Tak heran jika Quinnsha selalu berangkat pagi, karena dia memang anaknya sangat rajin.
"Pagi Quinnsha."
"Pagi Rara."
"Udah nyapu aja nih, sarapan yuk ke kantin."
"Aku udah sarapan dirumah ra."
"Ya udah Rara tinggal ya."
"Iya Ra."
Selepas kepergian Rara, Quinnsha seorang diri di dalam kelas.
"Kok tumben Teetha belum berangkat." Gumam Quinnsha dalam hati.
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari arah pintu.
"Itu pasti Teetha." Quinnsha bersigap untuk menghampirinya.
"Pagi cecan."
Quinnsha mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu dan segera menjauh dari laki-laki itu yang bernama Budi
Tapi sial ternyata budi lebih dulu meraih tangan Quinnsha, sehingga Quinnsha tak bisa pergi.
"Apa sih bud, lepasin nggak?"
"Nggak mau. Hehe"
"Eh sana piket, nyapu sana jangan gangguin orang mulu."
Budi malah menyodorkan wajahnya ke Quinnsha
"Apa sih bud, jijik banget tau."
"Boleh ci..."
Dengan segera Quinnsha menampar pipi Budi, sebelum laki-laki itu semakin menjadi tingkahnya.
"Auuuu sakit Sha."
"Rasain tuh."
Budi mengelus-elus pipinya, karena terlalu keras Quinnsha menamparnya.
"Lepasin tangan Quinnsha!"
"Ga mau."
"Ngeselin banget sih lu."
"Tanggung jawab beb pipi bang budi sakit nih."
"Bilang apa lu? Ulang sekali lagi Quinnsha lempar lu ke pluto."
"Bang budi nggak rewel kok, asal ke pluto nya sama bby Quinnsha."
"Jijik ama lu."
Tiba-tiba terdengar sorakan dari arah belakang jendela, rupanya teman-teman Quinnsha menyaksikan dirinya sedari tadi.
"Ciee ciee."
"Pagi buta gini dah pacaran aja kalian."
"Pagi buta cintanya juga buta. Eaaa."
"Eh, pak budiman ama mbk Quinnsha yang gumush jadian aja sana."
"Eh lu budiman mundur deh mendingan. Lu bukan typenya dedek Quinnsha."
"Sini dek sama abang."
Quinnsha semakin panas mendengar teman-temannya bicara yang nggak jelas. Lalu Quinnsha pergi begitu saja meninggalkan mereka semua.
"Ke kantin aja deh." Gumam Quinnsha pada dirinya sendiri.
Setelah berjalan melewati deretan kelas X, beberapa langkah lagi Quinnsha akan sampai di kantin.
Tiba-tiba langkahnya terhenti karena melihat segerombolan anak cowo IPS yang nongkrong di kantin.
"Rame banget sih."