21 Athlaspendar-pendar kebiruan yang agak redup, menyesuaikan dengan kondisi cahaya ruangan.
“Belum tidur?” sapa Athlas.
“Belum, lah,” jawab cewek dalam proyeksi hologram tersebut. Dia mengangkat sebuah buku menutupi setengah wajahnya. “ Kan, udah kubilang, aku ada tugas kelompok.
Ngerjainnya harus malam-malam karena ada satu anggota kelompokku yang digital training buat kompetisi dance se-tiap sore. Jadi, kami baru bisa conference call jam sebelasan.
Kamu kenapa belum tidur juga? Makan mi lagi kayak kemaren-kemaren? ”“Enggak bisa tidur, nih. Hehehe.”“Kenapa lagi?” Laudia menolehkan kepalanya ke arah belakang. Athlas dapat melihat ada proyeksi hologram lain di dinding kamar Laudia, terdiri dari sorotan kepala-kepala kecil yang masing-masing tampak sibuk membaca.
Itu adalah sambungan konferensi antara Laudia dan teman sekelompoknya.
“Kepikiran kamu,” jawab Athlas.
“Gombal!” Beberapa orang dari teman sekelompok Laudia cekikikan. “ Ada apa, nih? Aku lagi riset buat materiku.
Mau googling dulu. ”“Ih, bener, aku kepikiran kamu. Ciyus, deh, mioyeng.”“Apaan, sih, kamu? Alay, deh. ”“Alay-alay, kamu sayang juga, kan?”“ Iya, deh, iya. ” Kemudian, ada sorakan, “Ciyeee ..., ”
22Eko Ivano Winatadari belakang Laudia. Cewek itu melempar mereka dengan buku, tetapi buku tersebut hanya jatuh menabrak dinding, menembus sorotan hologram. Teman sekelompok Laudia mulai terbahak. “Tuh, kan, jadi aja aku digodain.”“Gapapa kali. Kan, kamu pacal aku. Hihihi .... Eh, aku mau kirim foto, nih!”“Foto apa?”Athlas tidak menjawab. Dia membuka file attachment dan mengirimkan foto. “Tuh, cek!”“Ya, ampun, kamu ngapain? ” seru Laudia.
“Selfie. Pake panci. Ganteng, yah?”“Enggak! ”“Ya, udah ....”Laudia menjulurkan lidahnya sambil tertawa. “Bercan-daaa .... Jangan ngambek, dong! ”Athlas mengangkat dagunya, pura-pura ngambek. “Ga-papa, yang penting ganteng.” “Iya, kamu ganteng. Pacarnya aku! ”Kemudian, salah satu teman kelompok Laudia di be-
23 Athlaslakang memanggilnya. “Kami udah nemu referensi materi baru, nih. Dari 360 vlog anak Jakarta. Sini, Laudia! ”“Iya, iya.” Laudia cengar-cengir menatap Athlas. “Aku lanjut lagi, ya? ”“Ya, udah. Jangan bobo terlalu malam, ya. Selamat malam, Cinta!”Laudia terkekeh. “Malam juga pacar anehkuh .... ”Layar hologram mendadak padam, kamar tidur Athlas kembali meredup dalam cahaya remang lampu tidur.
Athlas senyum-senyum sendiri menatap layar ponsel-nya. Seenggaknya, Athlas sudah enggak sekesal tadi. Laudia selalu berhasil membuat mood -nya membaik.
Athlas membentangkan kedua tangan, kemudian meme-jamkan mata sambil menarik napas dalam. Senyuman itu masih terukir manis di wajah tampannya, sampai dia meng-gumamkan sebuah kalimat dengan cukup jelas.
“Aku sayang kamu, Laudia.”Seperti pagi-pagi sebelumnya, Athlas turun dari kamar menenteng sebilah skateboard di tangan kanan. Saat hen-dak keluar, dia berpapasan dengan Nakula yang baru saja kembali dari mobil untuk mengambil barangnya yang ter-tinggal. Untuk sesaat, keduanya saling diam dan bertukar pandang. Athlas memandang Nakula dengan tatapan malas.Setelah beberapa saat saling tatap, Athlas berlalu begitu
24Eko Ivano Winatasaja tanpa mengatakan sepatah kata pun untuk berbasa-basi.“Mau bareng Papa?” tawar Nakula, suara dinginnya membuat Athlas menghentikan langkah.