Tiga tahun berlalu sejak hari itu, kini aku dan pacar tersayangku telah menjalani kehidupan rumah tangga. Sakit hatiku atas hari itu perlahan sirna. Karena kami telah menikah, seharusnya dia telah melupakan mantannya itu.
"Akh ... Semuanya telah siap. Tinggal menunggu suamiku pulang, lalu kami akan makan malam bersama. Oh iya, karena masih ada waktu sebelum dia pulang, lebih baik aku berdandan terlebih dahulu," pikirku.
Aku berjalan menuju kamarku, lalu mulai berdandan. Sebenarnya, ini sudah lewat dari jam dia biasanya pulang, tapi aku tetap berusaha berpikir positif. Selagi menorehkan make-up ke wajahku, aku juga mengira-ngira apa yang sekiranya terjadi hingga membuat suamiku pulang terlambat. Setengah jam lebih aku bersiap-siap di kamar, lalu bel rumah pun berbunyi.
Samar-samar kudengar suara teriakan suamiku, "ma ... Mama ... Pap sudah pulang."
"Iya, Pa, Mama segera datang," teriakku dari dalam kamar.
Aku beranjak dari tempat duduk, lalu segera berlari membukakan pintu untuk suamiku.
"Papa, maaf lama," ucapku seraya membuka pintu.
"Iya, nggak apa-apa," ucapnya, dia lalu memelukku, kemudian mencium keningku. "Maaf, ya, Papa telat pulangnya."