Crescent Moon

Sylvia Nurlita
Chapter #3

Chapter 1

London, Saturday .

03 July 2021.

Selvi menyesap secangkir kopi hangat, sambil berjalan kecil di greenwich yang ramai saat jam 9 pagi. Semua orang sibuk dengan berbagai hal, ada yang sedang membuka toko, membawa barang berat, menyiram tanaman di jalan, membawa belanjaan dan banyak hal lain. Pagi itu udara terasa sangat sejuk, bahkan di antara gerumunan orang.

Buk.

Seorang pria dengan kacamata hitam menabrak wanita di depan selvi, menumpahkan kopi es yang dia bawa ke kemeja putih wanita itu.

"ooh, what's your problem?" teriak wanita itu membuat semua orang berhenti beraktifitas dan mulai menatap kearahnya.

Pria itu melihat kopinya "kau seharusnya lebih hati-hati, you spilled my americano" membuang cup kopinya kesal, tanpa rasa bersalah.

"Apa? sir you make my clothes dirty"

Pria itu maju selangkah mendekat pada wanita berambut pirang sebahu itu dan melepas kacamata hitam dari matanya "It's not my fault, kau menabrak ku" suara nya meninggi.

Orang-orang di sekitar sibuk berbisik dan menatap tanpa maksud menghentikan keduanya.

Tanpa rasa takut, wanita itu juga melangkah mendekat ke pria "you who bumped into me, you who spilled your coffee on my clothes dan sekarang kau marah pada ku?" tatapan mengerikan kini saling beradu.

Pria itu tiba-tiba mendorong wanita itu, hingga terjatuh kearah selvi "already know dirty you still approach me? bitch"

"Aw" dengan kesadaran setelah cukup terkejut selvi membantu wanita itu berdiri setelah mendengarnya meringis.

"are you ok?"

Belum sempat wanita itu berdiri tegak, pria itu berlalu menabrak selvi dan keduanya kini jatuh. Tanpa merasa bersalah pria itu meninggalkan semua tatapan tajam sekitar.

Selvi melihat wanita itu yang sangat kesal.

"Kau tidak apa-apa?" kembali bertanya setelah keduanya berhasil berdiri.

"huh, what should I do?" dia menyentuh pakaiannya yang basah dan kotor.

"do you have to go with that outfit?" selvi berharap mendapatkan jawaban kali ini.

Wanita itu menatap selvi dengan lirih dan mengangguk pelan "I have a job interview this morning" jelasnya.

Selvi terdiam sejenak, mengedarkan pandangannya. Dia melihat Toilet umum di samping toko roti di seberang jalan.

"Kemarilah" selvi menuntun tangan wanita itu mengikutinya ke toilet umum.

"Kau bisa pakai milikku, sepertinya ukuran kita sama" Selvi mengeluarkan sebuah kemeja putih di totebag yang dia bawa.

"Tapi.."

"Ada apa?" Selvi bingung dan terdiam sesaat.

"Milik ku.." dia menatap label pada pergelangan tangan bajunya.

"oh, it's branded?" selvi membuka dengan lebar pakaian yang dia keluarkan tadi "take it easy, this is also branded dan sepertinya kita menggunakan merk yang sama" jelas selvi lagi entah mengapa dia kekeh ingin meminjamkan pakaiannya.

"but mine is fake" dia menundukkan kepalanya, selvi merasa canggung karena perkataan bodohnya.

"Emm..it's okay it's not important now" Selvi menyerahkan pakaian itu "kau akan terlambat jika tidak pergi sekarang" mengingatkannya alasannya harus mengganti pakaiannya.

Wanita itu berlari kecil ke salah satu bilik setelah berterima kasih dengan pakaian yang di beri oleh selvi. Selvi menulis di memo berwarna biru yang dia bawa dan meningglkannya di kaca toilet.

'good luck with the interview, consider it a gift. I have to go.'

***

Jam menunjukan pukul 09.46 pagi, selvi kembali menyusuri jalan. Hal lain menarik perhatiannya, seorang busker tua dengan gitar di tangannya sedang bernyanyi di pinggir jalan. Tidak banyak mata yang menatap pria itu, semua orang hanya melewatkannya.

Selvi mendekat dan memasuki beberapa uang kertas pada kotak di dekat kaki pria itu.

"Thank you" suara lembutnya membuat selvi tersenyum.

Selvi mangangguk dan mendekat "can i sing a song?" Pria tua itu menatap beberapa saat dan mengangguk senang.

"sure, what do you want to sing miss?" dia mengatur tinggi stand mic untuk mempermudah ku.

"Back to you" ucap Selvi yakin "Bisa kau iringi aku dengan gitar?"

"oh that famous singer" suaranya terdengar menjadi riang " tentu, aku bisa" dia segera kembali dengan gitarnya.

Suara gitar mulai berbunyi, nada indah yang tidak asing menenggelamkan selvi dan mulai menutup matanya untuk bernyanyi.

Took you like a shot

Thought that I could chase you with a cold evening

Let a couple years water down how I'm feeling about you

And every time we talk

Every single word builds up to this moment

And I gotta convince myself

I don't want it even though I do

You could break my heart in two

But when it heals, it beats for you

Lihat selengkapnya