Crivelli The Prevention Project

Zerosie
Chapter #5

Bab 4

"Pembagian kamar akan dilakukan. Setiap kamar akan ditempati empat orang dengan Potrait yang bebeda-beda."

Monsieter perempuan itu mengangkat tangannya. Potrait berwarna merah mengelilingi tangan Monsieter perempuan itu. Sesaat kemudian terlihat cahaya Potrait keluar dari beberapa orang.

"Begitu juga Potrait akan menemukan kamar untuk kalian. Temukanlah kamar dengan Potrait yang memanggil Potrait kalian. Kamar itu akan kalian tempati hingga hari kelulusan."

Setelah semua siswa berkumpul dengan teman sekamarnya, Monsieter perempuan itu mengetukkan sepatunya ke lantai.

"Setiap siswa di sini memiliki peraturan untuk mereka taati. Dan setiap peraturan di sini, memiliki hukuman untuk mereka yang melalaikannya. Karena itu, dengarkan dan catat baik-baik penjelasan tentang peraturan dan jadwal berikut ini."

"Keluar kamar setelah jam sepuluh malam, hukuman di ruang pengasingan. Terlambat bangun, hukuman kerja malam. Terlambat datang sarapan, hukuman tidak mendapat jatah sarapan. Tidak memakan, menyisakan, atau memuntahkan makanan, hukuman tidak makan selama seharian atau lebih. Terlambat masuk ke kelas, hukuman belajar di ruang pengasingan. Pakaian tidak rapi, hukuman ...."

Selain jadwal yang padat, Akademi Crivelli juga memiliki segudang peraturan beserta hukuman. Semua siswa harus menghafal jadwal dan peraturan tersebut yang hanya dibacakan sekali tanpa bisa mencatatnya karena mereka tidak memiliki alat tulis untuk saat ini.

Lace melirik ke sekelilingnya. Kebanyakan para siswa mendengarkannya dengan seksama, ada pula yang terbata-bata dan terlihat bingung, karena cepatnya pembacaan. Ada yang setengah tertidur dan ada pula yang sengaja tidak mendengarkan. Lace tidak terlalu mempermasalahkan apa yang ia dengar, dan tidak terlalu fokus mengingatnya, karena pada dasarnya dirinya tidak terlalu suka berbuat aneh-aneh yang sampai melanggar aturan.

"Hukuman ada untuk menertibkan kalian, dan akan semakin bertambah jika kalian terus menerus membuat pelanggaran. Namun, siapa yang mematuhi aturan, akan mendapatkan poin dan imbalan yang akan kalian dapatkan dalam waktu dekat dan ataupun saat kelulusan. Bayangkan saja wajah-wajah bangga keluarga kalian."

Kalimat itu menyihir hampir sebagian besar ketegangan. Wajah-wajah yang awalnya tertekan itu kini berubah penuh gairah akan sebuah kompetisi. Siapa yang akan menjadi siswa terbaik.



KEEMPAT puluh siswa dibagi menjadi sepuluh kamar. Kamar-kamar mereka berada di sebuah lorong menara. Jarak antar satu kamar ke kamar yang lain cukup jauh. Lace menatap pintu kamar di hadapannya. Potrait bersinar di tangan kanannya, menunjukkan bahwa itulah kamarnya. Setelah menghela nafas cukup lama, Lace membuka pintu dan masuk ke kamarnya.

Kamar-kamar itu terlihat seperti kamar biasa, tetapi saat menyentuh gagang pintunya, Lace merasakan aliran Potrait Ethanien, sama seperti dirinya menyelubungi pintu, hingga ke dinding-dindingnya, bahkan mungkin seluruh menara ini. Lace segera menarik tangannya atau tenaganya akan habis.

Tiga orang lainnya yang berbagi kamar yang sama dengannya sibuk menata barang-barang mereka. Barang-barang Lace sendiri masih berupa tumpukan rapi di salah satu sudut ruangan. Lace melangkah tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan mulai menata barangnya.



TERDENGAR siulan di lorong bersama dengan suara tongkat yang diketuk-ketukkan di lantai, sangat dekat dengan pintu kamar mereka membuat mereka semua menoleh. Seorang lelaki tua dengan mantel dan topi hitam bersulam emas yang membawa tongkat hitam tersenyum di ambang pintu. Seketika semua memberi hormat kepada orang tersebut, orang yang Lace kenali sebagai pemberi surat beasiswa kepadanya, juga Monsieter Soleil yang menyematkan emblem Ethanien padanya.

Lihat selengkapnya