Crossing on My Path

Arlindya Sari
Chapter #7

Sang Idola

Nando membuka pintu kaca yang membatasi ruang marketing dan produksi. Kakinya yang jenjang melangkah panjang menuju area produksi. Seketika suasana area produksi menjadi gaduh diantara bisingnya suara mesin produksi. Puluhan mata dengan liarnya menatap sosok idola yang melintasi ruas-ruas jalan kecil disekitar line produksi. Antara tangan, mata dan mulut mereka sudah tidak lagi yang sinkron. Jari-jari mereka sibuk mengejar target produksi, sementara mata mereka jelalatan melihat makhluk bening yang sedang melintas didepan mereka, dan mulut mereka saling bersuat suit dan bergunjing satu sama lain. Tubuh tinggi semampai, kulit putih, wajah rupawan dan gaya metropolis bagaikan artis ibukota sontak menjadi idola diantara para pekerja yang mayoritas kaum hawa. Sosok bening pemuda kota menjadi pemandangan langka disaat keseharian para buruh wanita selalu disuguhkan potret pria kucel, kumel dan dekil dengan wajah pas-pasan ala pemuda kampung.

Nando bukanlah satu-satunya idola di tempat itu, bahkan bagi Indy Nando tidak terlalu istimewa dan biasa saja. Tampang bening dengan gaya metropolis seperti Nando adalah idola para karyawan staff yang banyak tinggal di kota dan banyak ditemui di kota besar. Nando adalah tipikal pria kota. Hanya sebagian kecil fans Nando dari kalangan pekerja buruh, yaitu mereka yang memiliki selera tinggi. Dindin adalah saingan berat Nando dengan jumlah penggemar yang lebih banyak, baik dari kalangan karyawan staff dan didominasi para pekerja buruh. Perangainya yang kalem namun ramah dan sederhana dengan wajah Sunda yang rupawan dan kulit putih mulus bagaikan artis Korea, menjadi sosok yang diidamkan menjadi pasangan. Diurutan ketiga, ditempati oleh Darma dengan wajah Sunda yang maskulin namun berkulit hitam manis. Darma disukai kalangan yang lebih terpelajar, namun sikapnya yang ramah menjadi idola para pekerja buruh. Sementara yang terakhir yang terganteng ditempat itu adalah Deny. Wajah Sunda yang maskulin dengan brewok dan kulit hitam manis membuatnya terlihat menggoda, apalagi bentuk tubuhnya yang gempal membuat gemas siapapun yang melihatnya.

Senior mereka, Tiwi diam-diam memuji kegantengan Nando disela-sela obrolan makan siang. Antara suka namun segan, Tiwi hanya menyimpan perasaannya dengan malu-malu. Ia merasa itu hanya kekagumannya saja, tak mungkin Nando meliriknya, apalagi ada banyak wanita cantik yang lebih pantas untuk Nando, pikir Tiwi.

“Nando ganteng ya”, Natali tiba-tiba menyeletuk sesaat menjelang tidur dikamar bersama Indy.

Indy tak menyangka Natali mengagumi Nando juga.

“Elo kan udah punya cowok, Nat”, ujar Indy dengan wajah bingung.                

“Ya…kalau ada yang lebih baik, kenapa nggak, iya kan?”, jawab Natali santai sambil mengerlingkan mata kirinya.

Percakapan itu tak seperti biasanya yang hanya membahas pekerjaan saat menjelang tidur antara Indy dan Natali. Mereka pun terdiam dalam senyum-senyum tipis dalam pikiran masing-masing, kemudian menuju ke peraduan malam. 

*****

Gudang kantor yang kadang berfungsi sebagai mushola, menjadi tempat pelarian yang aman bagi para staff dan Supervisor untuk rehat dari pekerjaan. Sekeliling ruangan penuh dengan rak-rak besar tempat menyimpan file-file lama, hanya bagian tengah ruangan yang dikosongkan dan diberi karpet, menjadikan ruangan itu tempat yang nyaman untuk mengobrol yang tidak bisa diobrolkan di tempat kerja oleh para staff. Bahkan obrolan vulgar pun sering terlontar disaat Supervisor laki-laki dan perempuan sedang berkumpul bersama di ruangan itu. Sebagian staff yang sudah berumah tangga kerap mengumbar kehidupan ranjang mereka tanpa malu di tempat itu, membuat para single yang mendengar mendadak dewasa lebih cepat.

“Siapa sih In yang gak mau, semua cowok pasti mau punya anak dari elo”, tatapan syahdu Nando di ruangan itu membuat Indy tersipu disaat mereka berdua sedang asik berkumpul bersama karyawan lain.

Namun, ditengah ramainya obrolan karyawan saat itu, hanya Indy yang benar-benar menangkap ucapan Nando tersebut. Mencuri waktu, walau hanya sepuluh menit untuk tidur, bergosip dan mengobrol tak tentu arah, melepas penat dan meregangkan urat saraf hingga makan cemilan untuk sekedar mengganjal perut, menjadi aktifitas yang mengakrabkan diantara mereka. Bahkan Nando, Indy dan Tata secara tak direncanakan pernah secara tak sengaja melepaskan penat bersama hingga tertidur di ruangan itu. Entah tahu darimana, Mr.Nagoya sang manajer produksi sempat sidak dan membuka pintu gudang itu dengan tiba-tiba dan seketika memergoki mereka bertiga sedang tertidur. Kecurigaan atas ketiga karyawannya yang menghilang untuk waktu yang cukup lama telah membuat rasa penasaran, hingga Mr.Nagoya mengecek setiap ruangan. Sontak berita itu menjadi bahan bully-an yang gurih diantara para Supervisor. Selama beberapa hari Indy selalu dipojokkan atas kejadian itu oleh para seniornya.

*****

Rahma rupanya tak tahan dengan pesona Nando, hingga berusaha bersikap manja didepan Nando untuk menarik perhatian. Saingan berat para karyawan buruh dan staff, Rahma adalah sosok gadis cantik bak model ibukota dengan wajah mulus dan tubuh aduhai, terlihat sangat cocok sekali berdampingan dengan Nando. Namun karena pekerjaan Nando sering berhubungan dengan line produksi Indy, Nando lebih sering menyambangi Indy ketimbang Rahma untuk mengecek orderannya. Indy yang lebih serius mengurus anak buahnya ketimbang memperhatikan Nando justru membuat Nando jadi tertarik padanya. Wajah manis nan polos, sifat yang kalem dan pendiam memberikan perasaan nyaman dan tenang dihati Nando.

Lihat selengkapnya