Crossing on My Path

Arlindya Sari
Chapter #8

I am Alone

Gelombang kedua perekrutan Supervisor bergulir. Tiba-tiba muncul beberapa anak fresh graduated memenuhi area produksi. Tak tangung-tanggung, mereka terdiri dari tujuh wanita dan dua laki-laki dengan gaya yang tipikal. Para wanita terlihat agak maskulin, ternyata mereka lulusan jurusan teknik, bahkan salah satu yang terlihat begitu eksotis dan cantik, bernama Diana berasal dari lulusan teknik mesin. Sayang, wajah yang anggun tak sesuai dengan bentuk tubuh dan cara jalannya yang seperti laki-laki. Orderan yang sedang membludak di masa peak season membuat pihak manajemen menambah jumlah personil produksi, baik pekerja buruh maupun Supervisor.

 Mr.Nagoya tak biasanya hari itu mengadakan sidak di area produksi. Ia menghampiri ruang kerja para Supervisor untuk mengecek jadwal produksi dari balik salah satu layar computer yang berjejer di meja produksi. Beberapa orderan yang sedang melonjak tajam menjadi perhatiannya, termasuk orderan produksi di line Indy. Orderan yang di-handle Indy adalah yang terbanyak dibandingkan Supervisor lain. Mata Mr.Nagoya yang jeli menyusuri kolom demi kolom jadwal produksi, hingga menemukan suatu keganjilan di jadwal produksi milik Indy. Angka yang tertera disana terlihat sangat fantastis, lebih banyak dari biasanya.

Mr.Nagoya menatap Indy dengan heran, “What is this?” dengan ciri khas suaranya yang parau akibat sering minum sake.

Indy mendekatkan wajahnya ke layar komputer. Ia kaget melihat angka di jadwal produksinya bulan ini kelebihan satu digit. Untungnya Pak Arman dengan sikap leadership-nya membantu menjelaskan, “I think it just a typo, Sir”.

Jam kerja yang over telah membuat otak Indy sedikit kelimpungan dan mata yang berkunang-kunang, hingga ia tidak fokus lagi melihat angka-angka saat membuat jadwal produksi. Sesekali Mr.Nagoya mengecek jadwal produksi lainnya, kemudian ia tidak berkomentar lagi dan langsung kembali ke kursi kebesarannya. Indy mulai meringis sambil menutupi wajahnya dengan hati berdebar, takut kesalahannya berakibat fatal untuk karirnya.

“Kalau aku hitung-hitung, kamu sudah lima kali menangis loh selama bekerja disini”, tiba-tiba Tiwi, seniornya berkomentar tatkala melihat mata Indy yang sembab selepas mendapat shock therapy dari Mr.Nagoya.

Dunia kerja yang berbeda 180 derajat dari kehidupan Indy sebelumnya telah membuatnya tertekan hingga tak tahan untuk menumpahkan air mata beberapa kali. Indy termasuk pribadi introvert yang selalu memendam masalahnya sendiri, yang tentu saja menjadi kekurangannya di tempat kerja itu yang seharusnya terbuka setiap ada masalah.

Indy, Mr.Nagoya memilih kamu untuk mengisi posisi Supervisor QC (Quality Control) yang kosong, mulai Senin depan”.

Pengumuman dari Pak Arman itu disambut bahagia oleh tim QC senior, yaitu Ayu, Shinta dan Darma. Namun berbeda dengan tanggapan para Supervisor Produksi yang terlihat sedkit envy. Kata-kata nyinyir pun mulai terlontar dari mulut para Supervisor Produksi tersebut, Natali termasuk yang paling ketus.

“Masa katanya yang masuk ke QC itu dibuang dari departemen produksi?”, curhat Indy kepada Darma, seniornya dengan wajah meringis setelah mendengar perkataan Natali.

“Nggak lah, termasuk gue gitu?”, sahut Darma.

Darma sendiri sempat ngambek saat dipindahkan dari departemen produksi ke QC.

“Jadi, orang-orang kayak Ayu, Santi, Darma yang ditarik ke QC itu dibuang semua maksud lo, padahal mereka kan pinter-pinter semua.” sergah Indy kepada Natali.

Natali dan Yanti terlihat kikuk dengan jawaban Indy yang menohok itu.

“Kalau saya sih nggak mau dipilih, In”, celetuk Yanti dengan perasaan envy, padahal dalam hati dia ingin sekali menjadi yang terpilih.

Sempat terlintas dipikiran Indy bahwa mutasi ini mungkin pertimbangan Mr.Nagoya atas kecerobohannya sewaktu membuat jadwal produksi tempo lalu. Atau bisa juga karena rumor kedekatannya dengan Nando yang menjadi rekan kerjanya sudah sampai ke telinga Mr.Nagoya. Mungkin untuk alasan profesionalitas, Indy dipisahkan dari Nando, pikirnya dengan penuh tanda tanya.

“Yahh…padahal Mba Indy sudah mulai menguasai line produksi”, kesan salah satu buruh pabrik saat Indy mengumumkan perpisahannya di departemen produksi.

Lihat selengkapnya