Crusade

Anima Manoe
Chapter #2

Ch. 01 - Pertandingan

3 September 2619


Hiruk-pikuk suara penonton memenuhi stadion Satledown. Semua bergembira, berteriak menyemangati jagoan mereka yang sedang bertanding. Dua orang remaja berdiri di atas arena berlantai beton, yang dikelilingi rerumputan. Ada yang menepuk-nepukkan tangan raksasa yang terbuat dari karet, ada yang menyalakan kembang api dan mengarahkannya ke langit, yang seketika itu juga mendapat perhatian oleh penjaga stadion.

Pertandingan yang sangat dinanti-nanti. Dua remaja yang sedang berdiri menunggu aba-aba itu adalah peserta turnamen yang dinantikan oleh sebagian besar penonton. Babak final adalah tempat di mana mereka menjadi tontonan yang dinanti oleh para penonton. Beberapa di antara mereka bahkan sudah memiliki penggemar saat babak penyisihan.

Suara penonton dari bangku stadion semakin riuh. Menyoraki panitia yang terlalu lama memulai pertandingan dan juga menyoraki kedua peserta memberi semangat.

Hologram yang mengambang di langit akhirnya muncul. Tepat di atas lapangan. Di atas arena pertandingan. Tampil seorang pria tua berwajah keriput yang memiliki semangat membara-bara. Menyapa para penonton lewat hologram yang menampilkan wajahnya yang sedemikian jelek.

“Halo semua! Salam olahraga!”

“Cepat mulai pertandingannya!” balas para penonton berseru kompak.

“Oke, oke, pertandingan akan segera dimulai. Mohon bersabar.” Suaranya tiba-tiba berubah menjadi berat seperti ketika mau mendongeng. “Baiklah, untuk pertama-tama aku harus bertanya pada semuanya. Semuanya.” Hologram berbentuk persegi itu bergerak, mengelilingi stadion. “APA KALIAN SUDAH SIAP?!!” teriaknya.

“YA!” seru penonton lagi, kompak.

“Baiklah, aku sudah mendapat suara di sini. Sekarang giliran mereka berdua.” Hologram itu melesat turun dan berhenti tepat di tengah-tengah kedua peserta. “Anakku, kalian sudah siap?” tanyanya riang.

Salah satu peserta melakukan peregangan otot, sedangkan yang satunya menguap sambil menggumamkan sesuatu. “Siapa yang kau panggil anak, berengsek?” gumamnya.

Suasana menjadi hening. Kemudian, “Baiklah, akan kuanggap itu sebagai jawaban.” Hologram itu kembali naik. Langsung melesat kembali ke hadapan penonton. “Kita sudah mendapat jawaban dari mereka.” Si pria tua dalam hologram itu menaikkan alisnya. “Waktunya kita mulai!”

Suara yang memekikkan telinga terdengar sampai ke sudut stadium. Riuh penonton yang sejak tadi meramaikan bagian dalam stadium sekarang jadi lebih tenang. Tidak ada lagi suara penonton yang sebelumnya sangat berisik. Sekarang menjadi lebih tenang dan terkendali. “Kali ini aku akan benar-benar memulainya. Jadi, kumohon tenanglah.” Suara dari hologram itu terdengar sedikit horor.

Api mencuat keluar dari pinggiran arena. Meletus dan terbang sampai ke langit-langit stadion. Berterbangan dan membentuk seekor naga merah, yang kemudian menukik turun menabrak arena sampai meletup dan kembali ke langit dan berganti menjadi angka-angka hitungan mundur. Suara si pria tua dalam hologram itu juga ikut menghitung.

“Waktunya menghitung mundur, 3… 2… 1… HAJAR!!” penonton di segala penjuru stadion bersorak gembira. Berdiri dan meneriakkan “Ayo!” secara kompak dan bergantian dari setiap sisi bangku penonton.

Kedua peserta yang berada di arena bersiap-siap sebelum akhirnya mereka saling berlari ke arah masing-masing dan melayangkan tinju mereka yang pertama. Pada pukulan yang pertama keduanya saling bertahan. Tidak ada dari keduanya yang terkena pukulan. Dua-duanya saling menahan pukulan masing-masing.

Mereka berdua kemudian melompat mundur kembali ke tempat mereka semula, sambil memasang kuda-kuda kuat-kuat. Mata mereka berdua sama-sama berkilat. Memancarkan tatapan tak mau kalah. Berambisi untuk menang. Harus.

Lihat selengkapnya