Crusade

Anima Manoe
Chapter #9

Ch. 08 - Es Krim

“Ini terasa membosankan.” Kata Jet.

“Ada ide?” Eriza bertanya dari balik pundak Aline.

Aline menoleh pada Jet setelah menatap dan mendengarkan Eriza berbicara. Tapi tak lama setelah itu, Aline kembali mengarahkan pandangannya ke Lucius.

Duduk di ujung kanan bangku, Lucius masih nyaman bersandar dan memandang langit sambil menikmati hembusan angin yang sebentar-sebentar menghilang. Menerima setiap terpaan angin yang datang tanpa diduga-duga. Sesekali Lucius menatap ke arah gerombolan awan yang tampak lebih gelap daripada saat mendung di kejauhan.

Hari semakin siang sementara Lucius dan yang lainnya duduk di bangku taman memperhatikan orang-orang berjalan lalu-lalang. Selain kegusaran Jet yang mengeluh terus-terusan karena merasa bosan, ada pergerakan awan di langit biru yang sedang mereka nikmati. Kalau tidak ada acara spesial atau kegiatan khusus, taman di siang hari hanya menyajikan pemandangan yang panas dan sepi. Mirip seperti di gurun, dengan perbedaan yang terletak di bagian hamparan aneka ragam tanaman yang menghias di sekitarnya.

“Serius, kita hanya akan duduk-duduk saja di sini?” tanya Jet, sambil bangkit berdiri.

Yang lain tak menghiraukan Jet. Aline sempat melirik sebentar, tapi berpaling kembali.

“Memangnya kenapa kalau kita hanya duduk-duduk saja di sini? Tidak ada yang melarang juga kan?” Eriza menengadah, lalu menatap Jet.

Jet membalas tatapan Eriza dengan kesal, alisnya berkerut. Jet mengepalkan tangannya lalu mendengus sambil duduk lagi. “Hmph!”

“Itu dia!” seru Lucius.

Aline melihat ke mana mata Lucius tertuju secara spontan. Di seberang di belakang air mancur ada sebuah truk es krim yang baru saja tiba. Dari pintu tempat si sopir keluar pria bertopi dengan warna yang seragam dengan baju dan celananya. Pria itu melambai-lambai ke sekitarnya sambil tersenyum lebar. Berteriak memanggil-manggil orang-orang yang berjalan melewatinya untuk datang dan membeli es krim miliknya. Kaca besar di samping truk perlahan bergerak, membelah menjadi dua. Setengah bergeser ke samping kiri, setengahnya lagi bergeser ke samping kanan. Kemudian, terlihatlah gambar berbagai macam es krim yang dipajang di sana. Berbagai macam rasa yang tersedia. Si sopir terkadang menjulurkan tangannya ke dalam saat ada orang yang berjalan di depannya, menawarkan dan memperlihatkan lezatnya es krim yang dijualnya dengan senyum lebar. Ke sanalah mata Lucius tertuju, dengan tatapan bersemangat.

“Es krim?” tanya Jet bingung.

Eriza juga memandang Lucius dengan ekspresi bingung. Meski juga bingung, Aline tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari Lucius.

Lucius berdiri, “Ayo, aku sudah menunggu dari tadi.” Katanya dan bergegas pergi.

Eriza dan Aline ikut bangkit. Berjalan menyusul Lucius di belakangnya.

“Heh? Jadi kita seharian duduk-duduk di sini karena menunggu tukang es krim itu?” tanya Jet, berdiri diam dengan emosi memuncak. Kemudian melotot ke punggung Lucius dengan raut wajah kesal. “Uwrggh!” gumamnya.

“Cepat kemari! Bodoh!” teriak Eriza memanggil Jet yang masih kesal dan menendang-nendang bangku taman.

Jet menyipitkan matanya ketika balik menatap Eriza.

“Bibi, aku pesan satu es krimnya.” Kata Lucius pada seseorang berpenampilan ceria yang ada di dalam truk.

“Kau juga mau Aline?” tanya Eriza.

Aline mengangguk.

“Hei, kau tidak menawariku?” tanya Jet protes.

“Kenapa kau tidak sekalian titip pesan pada Lucius tadi?”

“Bagaimana bisa? Dia berjalan lebih dulu di depan tadi. Mana jalannya cepat sekali.” Kata Jet berbalik melihat air mancur di belakangnya. “Seperti kebelet kencing saja.” Gumamnya, dan terkejut saat menoleh kembali ke Eriza.

“Bibi, aku pesan dua ya? Yang satu….”

“Oy… kau mengabaikanku?”

“Terima kasih.” Kata Eriza selesai memesan. “Kau kenapa?” tanya Eriza saat kembali ke sisi Aline dan memandang Jet yang terlihat lebih kesal dari sebelumnya.

Es krim yang dipesan Lucius selesai dibuat. Seorang wanita muncul dari dalam truk, menjulurkan tangannya ke Lucius, memberikan es krim campuran stroberi dan vanila, dengan taburan coklat berbentuk bintang dan dua ceri merah segar di atasnya. “Selamat menikmati.” Katanya lembut.

Lucius mengangguk dan tersenyum ramah saat menerima pesanannya. “Terima kasih.” Ucap Lucius lalu mulai menjilati es krimnya.

Lihat selengkapnya