Crusade

Anima Manoe
Chapter #14

Ch. 13 - Sebuah Sergapan 2


2 jam sebelumnya.


“Sangat tak beretika.” Kata seorang wanita tegas. “Apa yang kau lakukan adalah pelanggaran dalam berbisnis. Kau mau mencampuradukan bisnis dengan persoalan pribadimu. Mengancam beberapa partner bisnismu agar berada di pihakmu, lalu membuat mereka menjadi tamengmu saat terjadi perang. Kau pikir aku tidak tahu niatanmu yang sebenarnya? Dasar pengecut. Aku di sini untuk berbisnis, membicarakan kesepakatan kita yang baru. Bukan untuk mendengarkan pidato provokatifmu. Jika tidak ada lagi yang mau kau bicarakan, aku akan pergi.” Wanita itu bangkit dari tempat duduknya. Memakai mantelnya yang berwarna jingga cerah.

“Membicarakan etika, rasanya kau perlu menyadari tindakanmu saat ini. Tidakkah pergi begitu saja dari sini adalah tindakan yang kurang pantas? Aku mengundangmu secara baik-baik ke sini. Kau yang termuda di antara kita semua, kau yakin mau membicarakan tentang hal yang beretika?” kata seorang pria di ujung meja.

Dalam sebuah ruangan yang hanya sedikit disinari cahaya, duduk lima orang di depan meja berbentuk lingkaran. Masing-masing menyampirkan mantel khas mereka di kursi yang mereka duduki. Empat Aldrich dan satu Hedda. Bersama tangan kanan mereka yang tak pernah berhenti waspada, diskusi yang tadinya membahas tentang perjanjian perdagangan antar distrik ini pun berganti jadi topik yang sangat sensitif. Dialog provokatif, narasi pemberontakan, semuanya dibungkus serapi mungkin agar halus dan tak terdeteksi saat disampaikan di muka umum. Sang pembicara yang dengan terang-terangan membahasnya secara terbuka di ruangan itu adalah Gorf Himelburg. Orang yang mengundang mereka berempat sekaligus yang memfasilitasi tempat pertemuan mereka. Seorang pria setengah baya yang memiliki sedikit kepercayaan diri untuk menggulingkan pemerintahan.

“Benarkah seperti itu?” wanita itu melangkah ke pintu. “Kalau begitu maafkan aku.” Katanya berbalik dan membungkuk. Kemudian pergi dengan ekspresi datar. Suara seperti kata-kata menyumpah terdengar ketika ia pergi. “Alice, ayo.”

Alice menunduk kepada keempat wakil Aldrich yang ada di sana, kemudian berlari menyusul Helen.

“Jadi, sekarang kita mau ke mana?” Tanya Alice saat menyamai kecepatan berjalan Helen.

Alice melirik dari sudut matanya. Terlihat jelas di sampingnya, Helen berjalan dengan tenang dan wajah yang berseri-seri. Bukan tidak terdengar, para wakil dari pemimpin distrik itu sebenarnya hanya berpura-pura tidak mendengar saja tentang apa yang dibicarakan oleh para Aldrich dan Hedda di dalam. Mereka pun tidak bisa mengabaikan ketegangan yang sempat terjadi antara salah seorang Aldrich dengan Hedda, yang tidak lain adalah Helen.

Hal ini yang membuat rasa penasaran Alice bangkit. Setelah mendengar perdebatan perlawanan dari Helen, Alice merasa bingung. Tepat setelah melihat wajah dan sikap Helen, Alice tak memahami tentang Helen. Kenapa dia bisa setenang dan sesenang itu? Pikir Alice yang berjalan di sampingnya. Perihal permusuhan dengan sesama pemimpin distrik bukan hal yang bisa dianggap enteng. Perjanjian perdagangan, keamanan, setiap distrik dituntut bekerja sama dalam mengatur kota. Jika terbukti terdapat perpecahan maka pemerintah tak punya pilihan lain selain mencopot jabatan para pemimpin distrik yang terlibat.

Meski tidak secara langsung dilaporkan, setiap kegiatan seperti pertemuan atau yang lain, semuanya harus dicatat sebagai laporan yang kemudian diteruskan kepada pemerintah pusat. Tapi sewaktu-waktu, pemerintah bisa datang langsung ke acara yang diadakan para pemimpin distrik untuk mengawasi langsung jika pihak pemerintah mencurigai adanya konspirasi atau niatan terselubung para pemimpin distrik yang dapat membahayakan masyarakat atau pemerintahan.

Ada satuan khusus yang dibentuk pemerintah untuk mengawasi dan mengurusi hal-hal yang berkaitan tentang distrik. Mereka berada satu tingkat di atas para pemimpin distrik. Memiliki wewenang lebih luas dari pemimpin distrik.Tim pengawas yang diutus langsung pemerintah untuk mencegah terjadinya pemberontakan di setiap distrik. The Keepers. Mereka mendapat wewenang mutlak untuk menghukum langsung para pemimpin distrik demi mencegah setiap tindakan yang dapat menimbulkan bahaya dan rasa tidak aman bagi warga. Sedikit pun, jika dianggap mengancam keselamatan warga sipil, mereka pasti akan menampakkan diri mereka untuk menghukum langsung para pemimpin distrik.

“Kita ke pasar,” kata Helen dengan senang. “Aku mau cari oleh-oleh untuk Lucas.”

Lihat selengkapnya