Crusade

Anima Manoe
Chapter #25

Ch. 24 - Ke mana Kecurigaan Mengarah

“Ya, karena kau meminta di distrik 9, ini rekomendasi yang bisa kuberikan padamu. Menurutku ini penginapan terbaik.” Mikie berbicara seperti seorang pemandu wisata.

Mereka bertiga sekarang berada di depan sebuah gedung berlantai empat. Seluruh bangunannya terbuat dari beton yang ditumbuhi tanaman-tanaman buatan yang bisa menguncup saat malam dan mekar saat pagi. Pada bagian atapnya ada satu pohon berukuran sedang yang subur. Di depan pohon itu terdapat pondok yang dihias sedemikian rupa. Kerlip-kerlip lampu-lampu kecil menyala di atap dan pondok itu. Berwarna-warni. Bangunan itu hampir seluruh bagian depannya dipasangi lampu-lampu kecil, melilit gedung itu dengan rumit. Meskipun begitu, saat malam tiba, semua lampu-lampu itu menyala indah di bawah sinar bulan yang sendu. Menemani jiwa-jiwa yang kesepian di kegelapan malam.

“Terlihat rumit.” Kata Lucas.

“Itu karena sekarang masih siang, sebentar lagi sore, nanti kau akan lihat betapa indahnya gedung ini saat malam.”

“Gemerlap malam yang indah, aku suka. Aku akan mengambilnya.”

“Baguslah kalau kau suka.” Kata Mikie tersenyum senang. Ketakutannya terhadap tatapan Runa tampaknya telah menghilang.

“Asyik, kita jadi bisa bermain bersama!” seru Lucas. “Yuhuuu!”

“Kenapa kau sesenang itu? Kita ‘kan belum tahu dia mau berapa lama menginap di sini.” Kata Mikie melemparkan pandangan ke Runa.

Runa secara tak sadar tersenyum pada Lucas, mengabaikan Mikie yang sedang menatapnya dari samping pinggangnya Lucas. Tersenyum, memasang wajah mesum.

“Ah, kau benar. Runa?” Lucas memandang Runa.

“Untuk sementara aku berniat menyewa selama satu tahun di sini. Bagaimana?”

Ekspresi Lucas berubah drastis dalam sekejap. Wajahnya terlihat sumringah, lebih sumringah dari sebelumnya. Matanya berbinar bahagia, senyum mengembang di bibirnya. “Hore! Mikie, kita dapat teman baru!” teriak Lucas di depan penginapan itu. Membiarkan protes dari para penghuni penginapan berlalu melewati telinganya.

Runa tertawa kecil di samping Lucas, sorot matanya secerah dan seterang sinar mentari. Berbeda dengan Mikie yang sempat merasa sumringah seperti Lucas, apa yang dirasakannya mulai berganti jadi perasaan merinding, Mikie kemudian bergidik saat mengingat kembali tatapan mengerikan Runa sebelumnya.



“Perempuan itu mengerikan, kau yakin mau berteman dengannya?”

“Apa maksudmu? Dia tampak bersahabat di mataku.” Lucas berkata, senyum ceria terlukis di wajahnya yang polos.

Ya, dan itu hanya di matamu. Di mataku dia seperti jelmaan iblis terkutuk.

“Ya, sudah. Karena kau tidak ada masalah dengannya, aku pulang dahulu. Sampai jumpa besok, Lucas.” Mikie melambai pada Lucas di persimpangan. Mereka berdua berpisah dan berjalan pulang ke rumah masing-masing.

Matahari bergerak turun bersama para awan yang beriringan menciptakan tempat teduh. Cahaya matahari yang panas perlahan berganti menyejukkan saat biru cerah berubah jadi oranye yang indah.

Saat matahari hampir tenggelam, warna oranye langit mengingatkan Lucas pada seseorang di rumahnya. Seorang wanita yang sangat menyukai warna oranye. Tetapi ia justru melupakan hal yang penting tentang dirinya sendiri; yang terlihat berantakan dan kotor. Apa yang akan terjadi padanya ketika bibinya nanti melihat penampilannya yang kacau seperti itu, di pikirannya bahkan tak sedikit pun terbesit pertanyaan seperti itu, atau yang mirip seperti itu. Mikie pun melupakan hal ini dan membiarkan Lucas pulang begitu saja tanpa membersihkan dirinya terlebih dahulu. Jika dia sadar akan hal ini, dia pasti sangat terkejut mengingat yang dilakukannya hanya melambaikan tangan pada Lucas saat bocah itu berjalan pulang dengan pakaiannya yang kotor dan berantakan.

“Bibi, aku pulang!” Lucas membuka pintu. “Bibi, kau ada di rumah? Aku—”

“Lucas!” seorang wanita berlari menghampiri Lucas. Memeluknya erat seolah sudah sangat lama tidak bertemu. “Lucas, apa yang terjadi padamu?” tanyanya saat melihat Lucas dari dekat.

“Ah, ini bukan apa-apa. Hanya sedikit petualangan.” Katanya.

“Petualangan apa?” wajah Helen mulai terlihat berkerut kesal. “Kau masih bermain dengan Mikie ya?”

Lucas mengangguk dan nyengir. “Hehehe.”

“Dasar, apa dia menyuruhmu untuk berkelahi? Cepat beritahu aku keseluruhan ceritanya.” Kata Helen melipat tangannya.

Lucas berdeham, lalu mulai bercerita. Awal niatannya pergi keluar. Kenapa dia memanggil Mikie, termasuk tentang dia dan Mikie yang menggunakan dapurnya untuk memasak dua bebek panggang. Lalu berkunjung ke rumah misterius yang ia temui sebelumnya, hingga berniat mencari warung mi yang malah menemukan sejumlah pria yang sedang menjahili turis di tengah jalan. Sampai ke bagian dia ditindih oleh orang-orang itu dan mencarikan Runa sebuah penginapan terbagus di distrik 9.

Lihat selengkapnya