Suara gaduh yang mengganggu terdengar dari kamar sebelah. Ada banyak sekali suara manusia di ruangan itu. Lucius hanya bisa menggeleng dan menutup telinganya pasrah. Dia bisa mengetahui siapa mereka dan berasal dari mana kegaduhan itu berdasarkan pengalamannya. Pengalamannya saat berteman dengan Jet. Mereka adalah keluarga Jet yang sangat menghebohkan.
Mendengar suara berisik dari ruangan tempat Jet dirawat, itu artinya keluarga Jet sudah datang menjenguk. Berdasarkan hal ini, dipastikan Jet dan Lucius berada di ruangan yang saling bersebelahan.
Lucius melihat ke langit-langit sambil merenung. Ada sesuatu yang membuatnya melamunkan berbagai hal. Salah satunya mantra yang dia gunakan saat bertarung tadi, dan juga tentang sekelompok orang berjubah cokelat yang misterius. “Bagaimana dia mengalahkanku?”
Lucius sepertinya merasa penasaran dengan kekalahannya. Walau rasa-rasanya masuk akal karena kondisi fisiknya juga yang tidak mendukung untuk berkelahi di babak kedua.
Saat Lucius memikirkannya, berusaha mencari tahu dengan menyelami lagi memorinya, seseorang masuk secara diam-diam ke ruangan Lucius. Dia masuk dengan berjingkat. Menundukkan kepala dan membungkukkan tubuhnya, dia lalu menutup pintu itu perlahan.
“Jet, apa yang kau lakukan?” tanya Lucius.
Sebelum menjawab, Jet menoleh dan mengintip ke arah jendela dekat pintu. Lalu dia berbalik dan menatap Lucius. “Kau dengar sendiri ‘kan? Mustahil kau tidak mendengarnya.” Kata Jet. “Menurutmu apakah aku bisa istirahat dengan keadaan seperti itu? Aku menyerah.” Jet menghambur ke sofa di sampingnya.
Suasana hening sejenak di ruangan Lucius, tapi tidak di ruangan Jet. Sampai sekarang masih terdengar keributan dari ruangan Jet. Malah makin gaduh dan jadi semakin mengganggu telinga. Ada jeda sebentar saat suara pintu dibuka di ruangan Jet, mungkin itu adalah perawat atau dokter yang sedang menegur keluarga Jet yang datang berkunjung.
Tetapi tak lama kemudian mereka kembali berisik. Suara gaduh terdengar lagi. Teguran dari dokter atau perawat itu tampaknya tidak cukup ampuh meredam atau menghentikan kegaduhan yang dibuat oleh keluarga Jet.
Jet hanya menggeleng di sofa. Seperti Lucius tadi saat pertama kali mendengarnya. “Aku bahkan tidak bisa mendengar setiap ucapan mereka.” Jet bangun, dan membenarkan posisi duduknya. “Tidak bisa membedakan mana nasihat mana omelan.” Jet menaikkan bahunya. “Kau bagaimana? Sudah mendingan?”
Lucius menyentuh dadanya. “Tidak begitu menyakitkan seperti tadi. Ya, rasa sakitnya sudah sedikit berkurang.”
“Baguslah. Sekarang aku penasaran dengan Eriza dan Aline.” Jet menaikkan kakinya ke atas sofa. “Kau tahu di mana mereka berdua dirawat? Di ruangan mana maksudku.”
“Kau mau menjenguk mereka?” Lucius berkata, sambil menatap Jet. “Perban itu hanya hiasan?”
Jet melihat perban yang melilit tubuhnya seperti mumi. “Hm...poin pentingnya adalah aku sudah mendingan dan bisa bergerak seperti semula. Walau belum bisa bergerak bebas.” Kata Jet meremehkan kondisinya.
Lucius diam tidak menanggapi.
Setelah memperbaiki posisi bantalnya, Lucius menarik selimut sampai ke dadanya dan berbaring. Kemudian memejamkan mata mengabaikan kehadiran Jet di sana.
“Hei, kau serius mau tidur sekarang?” Jet bangkit berdiri. “Ya sudah, selamat beristirahat.” Jet kemudian keluar sambil menoleh ke kanan dan kiri.