Sepanjang perjalanan, Runa benar-benar menikmati pemandangan di sekitarnya. Matanya berbinar-binar menatap segala kecanggihan Ancres dari dalam. Berbagai fitur dan teknologi yang terpasang di ruang kendali, Runa takjub pada segala hal yang mengelilinginya.
Kursi Ancres semula hanya disediakan untuk dua orang, tapi karena kendaraan ini ditujukan sebagai angkutan umum, pemerintah pun menambah kursi panjang di belakang yang bisa menambah tiga orang di dalamnya.
Pemandangan yang dilihat Runa adalah pemandangan yang baru. Jalur yang dilintasi Ancres berbeda dengan jalan yang dilewati Rombongan Lucas tadi saat berangkat ke Satlered.
Ancres punya jalurnya sendiri. Bahkan punya keterbatasan untuk masuk ke tiap distrik. Bagian distrik yang sudah ditandai, Ancres bisa melaju di dalamnya. Berkeliling untuk wisata para turis. Tapi beberapa Aldrich menolak untuk menandai wilayah mereka dengan jalur Ancres.
Meski kendaraan yang disediakan pemerintah, para pemimpin distrik juga diberi kewenangan dan hak oleh pemerintah. Yang membuat mereka punya hak untuk menolak atas keputusan pemerintah.
Seperti kendaraan listrik lainnya, Ancres tidak meninggalkan jejak baik suara maupun polusi di udara ketika beroperasi. Kendalinya sendiri berada jauh di pusat pemerintahan. Dikendalikan dengan AI dan diawasi oleh operator.
Semua Ancres hanya diawasi oleh satu operator, karena semua sudah ditangani langsung menggunakan AI. Jalur yang dilalui Ancres dipantau langsung oleh operator. Bagian mengawasi adalah tugas operator, sedangkan AI bertugas pemecah masalah, mencari solusi teknikal yang tidak bisa langsung diatasi oleh operator.
Diawasi oleh satu operator bukan berarti seluruh Ancres di penjuru negeri hanya diawasi oleh satu operator. Satu operator itu hanya berlaku untuk tiap kota utama. Dalam hal ini Satlered punya satu operator yang mengawasi seluruh Ancres yang beroperasi di Satlered. Itu pun sang operator memiliki bawahan untuk membantu mengawasi.
Jalur yang dilewati Ancres cenderung ditujukan untuk para turis. Keluar dari Satlered otomatis jalurnya akan dipilih yang memiliki pemandangan yang indah. Begitu masuk ke Satlered, jalur berubah, karena pemandangan di Satlered hanya ada satu macam, maka jalur Ancres akan dibuat melewati titik-titik di mana para turis bisa berjalan-jalan.
Rute jadi sedikit rumit begitu masuk ke kota utama. Lain cerita ketika Ancres mulai keluar dari kota utama. Kondisi jalan yang dipilih sebagai rute perjalanan tidak seratus persen bagus, meski ada bagian-bagian yang kurang bagus permukaannya, Ancres bisa menyesuaikannya. Ancres sudah disesuaikan dengan medan yang akan dilaluinya. Disinilah fungsi operator dalam mengawasi. Karena yang paling mengerti spesifikasi Ancres hanya mereka. Termasuk medan seperti apa yang bisa dilalui Ancres baik ketika mengangkut penumpang dan maupun tidak.
Perhentian Ancres tidak sampai ke dalam distrik 9. Alhasil Runa, Lucas, dan Mikie turun di salah satu halte yang terletak tidak jauh dari taman di distrik 5.
“Kenapa kita tidak turun di distrik 9?” tanya Runa begitu keluar dari Ancres, rasa takjub dan kagum berakhir ketika kendaraan itu menghilang dari jangkau pandangannya. “Kita ada di mana?”
“Tenang saja, kita hanya perlu berjalan beberapa meter.” Ucap Lucas ceria seperti biasanya.
“Tapi tetap saja. Tahu begini kita seharusnya naik bus saja. Distrik 5 kalau menuju ke rumahku lumayan jauh tahu.” Mikie mengeluh.
“Kita di distrik 5?” Luna menggaruk belakang lehernya. “Jauhkah dari distrik 9?”
“Tidak terlalu. Jangan khawatir.” Mau bagaimana pun Lucas menenangkan, Mikie tetap mengeluh.
“Tapi—kalau dipikir-pikir ita membayar kendaraan tadi. Bukankah itu tadi angkutan umum?”
“Karena itu gratis. Aku tahu, dengan segala kecanggihannya seharusnya berbayar. Tapi Runa tak perlu memikirkannya. Itu gratis. Itu salah satu angkutan umum dari pemerintah yang gratis. Masih ada yang lainnya yang gratis kalua kau mau tahu.” Lucas menjelaskan.
“Benarkah? Wah, itu sangat memudahkan sekali. Jauh berbeda dari suatu tempat.”
“Di Jerman kau memungut biaya semua fasilitas umum dari pemerintah?” Mikie bertanya penasaran.
“Bukan, ada deh pokoknya suatu tempat.” Jawab Runa.
Alarm berbunyi. Berdengung mengusir burung-burung yang sedang hinggap di dahan pepohonan.
“Alarm sudah berbunyi, kita sebaiknya cepat pulang.”
“Suara apa itu?”
“Bukankah kau sudah mendengarnya kemarin?” Mikie menyahut.
Runa menggelengkan kepalanya, “Tidak. Aku tidak mendengar apapun.”
“Hebat sekali tempatmu menginap. Masa tidak kedengaran sama sekali?” Mikie masih ngeyel.
“Sudah, sudah. Ayo kita bicara sambil jalan. Aku bisa dimarahi bibi kalau kemalaman.”
“Faktor kau dimarahi bibimu hanya kalau bermain denganku, selama ada gadis ini kau tidak akan dimarahi. Coba saja kau cerita perjalanan hari ini.” Kata Mikie.