Dari total 13 peluru, 7 diantaranya mengarah ke kepala Runa. Tiap-tiap peluru menembus rambutnya. Peluru pertama mengenai rambutnya dan membuat ikat rambutnya lepas. Dengan rambutnya yang tergerai Runa terlihat sedikit kesulitan dalam melihat musuhnya.
Sementara 6 sisanya meluncur ke arah tubuh Runa, yang kemudian berhasil ia hindari semua. Pria itu menggunakan semua cara untuk menyentuh Runa. Berbagai macam serangan, mulai dari jarak dekat hingga jarak jauh. Pria itu benar-benar memanfaatkan kedua senjatanya.
“Pistol itu merepotkan.” keluhnya saat sibuk menghindari semua serangan pria itu.
Hingga kini Runa belum satu kali pun mendaratkan serangan kepada pria itu. Dia hanya bisa menghindar sambil terkadang mencoba mendekat. Bahkan bila dia berhasil mendekat, tidak ada yang berubah. Dia hanya bisa memukulnya dengan tangan kosong.
Lucas berlari maju berbarengan dengan pria itu, ia menyeret pedangnya di samping kanannya. Mereka berdua beradu pedang dengan sengit. Pedang Lucas besar dan kuat, berbanding terbalik dengan milik pria itu. Walaupun begitu itu tidak membuat pria itu sedikitpun merasa gentar atau gemetar ketakutan. Saat menangkis ayunan pedang Lucas, pria itu menahannya hanya dengan satu pedangnya dan bahunya sebagai tumpuan untuk membantu menahan serangan Lucas.
Saat Lucas terlihat lengah sedikit, pria itu menusukkan katananya melewati pedangnya dan pedang Lucas. Atas serangan ini Lucas bereaksi cukup cepat dan berhasil menghindarinya. Untungnya permukaan pedangnya sangat lebar membuatnya tidak harus menggesernya terlalu banyak untuk menangkis tusukan dari katana milik pria itu.
Lucas menarik dan menurunkan pedangnya sedikit ke bawah lalu berjongkok menendang kaki pria itu. Tidak mengenai apapun. Kemudian Lucas mengayunkan pedangnya saat pria itu masih di melayang di udara. Memang berhasil ditahan, tapi besarnya kekuatan yang dihasilkan ayunan Lucas serta bentuk pedang itu membuat pria itu mendapat tambahan desakkan yang membuatnya terpental.
Menyadari semakin lama semakin dirasa pedang yang dibawanya menjadi semakin ringan, Lucas pun memainkan pedangnya. Membawanya bergantian menggunakan tangan kiri lalu tangan kanan. Tanpa ada rasa curiga pada garis merah menyala yang membelah pedang itu .
Pria itu bangkit berdiri. Dalam kepulan asap cokelat dan debu yang berterbangan, dia membuang pedangnya dan sepenuhnya hanya menggunakan katana saja. Dia meluncur dengan cepat ke arah Lucas. Gerakannya semakin gesit dan lincah.
Perpindahan serangannya semakin cepat dan sangat rapi. Lucas berjaga-jaga dan mencoba menebak dari arah mana dia menyerang. Pria itu sama sekali tak menyembunyikan ke mana ia akan menerjang Lucas.
Dari balik punggungnya, Lucas bergerak memutar tubuhnya dan menendang pedangnya untuk mengubah arah dengan cepat. Sama seperti sebelumnya, tusukan dari katana itu berhasil ditahannya. Namun tidak berhenti sampai di situ.
Pria itu menarik lagi katananya dan menebas ke arah leher Lucas. Lucas menunduk dengan sigap dan membuat katana itu menabrak sisi lain gagang pedangnya. Lucas mendesah “Huh, hampir saja. Sungguh, cepat sekali ayunan pedangnya.”
Pria itu kembali mengerang Lucas dengan katananya. Sekali dua kali tebasan dilepaskannya dengan kuat dan dengan perubahan posisi yang cepat. Gerakan kaki dan tubuhnya terorganisir dengan baik, ayunannya sangat cepat dan tepat mengarah ke sasaran. Gerakan tangannya juga tampak tidak kaku.
Pria itu menyerang terus menerus tanpa memberi jeda untuk Lucas memikirkan bagaimana cara menyerang balik. Dengan gerakan yang sistematis, cepat, dan tepat. Tiap serangannya sangat tajam. Pria itu tahu ke mana dia harus menyerang untuk mengalihkan fokus Lucas, mana yang harus dia serang untuk melumpuhkan Lucas, atau titik vital yang bisa membunuh Lucas.