Vergin membenturkan tongkatnya ke lawan di hadapannya. Mereka berdua saling beradu kekuatan senjata. Keduanya tertahan oleh senjata masing-masing.
Vergin kemudian menarik tongkatnya dan mengubahnya menjadi perisai, lalu memukulkannya ke wajah pria itu. Tidak bisa menduga serangan Vergin, pria itu terlempar ke belakang bersama dua senjatanya.
Itu adalah serangan yang tak terduga dari Vergin. Siapa yang mengira sebuah perisai akan digunakannya untuk memukul wajah seseorang. Jika dilihat dari pertarungan sebelumnya, di pertarungan saat ini Vergin terasa lebih bebas dan punya banyak opsi dalam menyerang. Tapi itu berkemungkinan tak bertahan lama. Melihat Runa dan Lucas tak bisa berbuat apa-apa, ditambah masih ada dua orang lagi yang belum ikut bertarung.
“Bukankah sudah waktunya kau pergi?” kata pria bertudung, yang sedikit demi sedikit memperlihatkan bagian atas kepalanya. Ada tato pada bagian dahinya yang putih bersih.
Pria berekor yang berdiri di sebelahnya menatap sinis. “Kau yang harusnya pergi dari sini.” wajahnya tampak mengeras, urat-urat di lehernya terlihat jelas meski ada gumpalan otot yang mengelilinginya. Di beberapa bagian bajunya mulai sobek. Perlahan tubuh pria itu membesar seiring membesarnya amarah yang dia perlihatkan.
“Kau yakin mau mengeluarkan kekuatan menggelikanmu itu di sini? Pergilah. Ini bukan tempat untuk unjuk gigi. Ada yang harus ku selesaikan di sini dan sebaiknya kau tidak menggangguku.” kepalanya sepenuhnya terlihat. Matanya bersinar terang dengan lambang salib yang tergambar pada bola matanya. Rambutnya panjang sebahu dan tampak sangat rapi. di dahinya ada tato berbentuk huruf Y dan X yang saling tumpang tindih berwarna hitam.
“Aku lihat dahimu butuh satu gambar lagi, mau kubuatkan? Aku pandai menggambar.”
“Haha, lucu sekali. Tidak terima kasih. Pergilah sebelum kucabut semua otot yang menempel di tubuhmu.”
Hawa panas yang membakar menyeruak menyelimuti ruang lingkup pertarungan mereka. Warna merah yang membara semakin pekat dalam hintungan detik. Kepul asap menyerupai kabut membentuk lingkaran di antara dua pria itu.
Suara nyaring yang mengganggu telinga terdengar dari atas langit, memekakkan seperti udara yang saling bergesekan. Lingkaran membentuk mengurung dua pria itu dalam wujud asap tipis.
Kedua pria itu menatap, memandang jauh ke atas langit bersamaan.
Di saat yang sama, kabut yang dingin bergerak menyelimuti seluruh area pertarungan Lucas dan Runa. Dan kabut itu bergerak perlahan menuju Vergin dan Perio.
Lucas dan Runa sama-sama terkejut dalam posisi terpojok.
Lucas masih bisa bangkit namun fakta bahwa dia belum bisa menyeimbangi pria itu tidak bisa dibantah. Begitu juga dengan Runa yang tidak bisa mengeluarkan kekuatannya sama sekali dan hanya bisa menghindar serta menangkis.
Keduanya dikejutkan di saat yang tidak tepat. Terutama Vergin dan Perio yang sedang bertarung. Sibuk mengayunkan senjatanya, tak lama menangkis lalu menghindar. Kemudian sebuah kabut tiba-tiba muncul. Pertarungan mereka berdua terpaksa berhenti.
Mereka memeriksa keadaan sekeliling. Hawa dingin yang terasa bergerak di antara kaki mereka seolah tidak nyata dan ada genggaman seseorang dalam kabut itu.
Sesuatu tampak jatuh dari langit. Siluet kecil berbentuk seperti manusia. Siluet itu semakin besar, terus membesar. Sesaat sebelum tampak dari permukaan, kumpulan awan menutupinya hingga kemunculannya tampak menembus awan. Dan memunculkan figur seseorang sedang jatuh ke bawah dengan tangan yang diselimuti api.
“Pengendalian api tahap pertama; tinju api!”
Renga melepaskan tinjunya dan mendaratkannya tepat ke arah dua pria itu.
BLARRR!!!
“Pengendalian air tahap ketiga; kabut simetris.” Helen muncul dari balik kabut. “Pengendalian air tahap kedua; rantai laut.” Helen melompat ke depan Lucas. “Kau tidak apa-apa Lucas?” tanyanya. Lalu rangkaian rantai panjang membentuk jelas di permukaan, kemudian bergerak mundur menarik paksa. Sejumlah orang yang terikat di rantai itu adalah empat orang bandit yang dihadapi Lucas, Runa, Vergin, dan Perio.