Vergin memimpin jalan di depan sedangkan Perio berada di paling belakang barisan. Mereka berempat kini beranjak pergi menjauh dari lokasi pertarungan sesuai perintah Helen.
“Kita hampir sampai di pertigaan, ke mana sebenarnya tujuan kita?” Lucas bertanya.
“Menjauh. Kita harus pergi sejauh mungkin dari tempat tadi. Kita akan mengganggu Hedda jika kita tetap di sana.”
Mereka berempat berlari. Dan berhenti ketika sampai di pertigaan di tempat mereka bertemu sebelumnya. Semua tampak ngos-ngosan dan lusuh ketika merebahkan diri di trotoar jalan. Terkecuali Runa yang tidak mau melakukannya.
“Huuh, melelahkan. Apa kita sudah cukup jauh?” Vergin mendongak dan melihat ke arah Perio.
“Seharusnya. Mari berisitirahat sebentar. Kita harus lapor ke mana setelah ini?”
“Ke mana lagi kita harus melapor, kau kan lihat sendiri tadi Hedda sudah turun tangan. Presiden?”
“Alice.” Kata Runa. “Tadi wanita itu bilang tinggal menunggu Alice dan bagian pengawalan.”
“Alice sang wakil maksudmu? Dia cukup tangguh juga.”
“Bibi Alice? Nenek lampir itu?” celetuk Lucas. Tiba-tiba mengerutkan keningnya.
“Apa dia juga bibimu Lucas?” tanya Runa merasa penasaran. Napasnya masih tersengal kelelahan.
“Aku rasa dia bukan bibinya. Aku kenal keponakannya. Dia bersekolah di Saint Jackson.” Kata Perio.
“Ya, tentu saja. Siapa juga yang mau jadi keponakan nenek lampir itu.”
“Hahaha.” Vergin tertawa. “Itu hal yang wajar. Siapapun yang mengenalnya pasti akan berpendapat sama.”
“Apa kau mengenalnya, Vergin?”
“Tidak terlalu, karena dia lebih aktif dari nona Hedda sendiri. Kebanyakan dari petugas lebih sering melihat nona Alice daripada nona Hedda.”
“Kau sangat sopan sekali Perio.” Vergin menambahkan penekanan pada nama Perio saat memanggilnya. “Kurang lebih Alice itu tangan kanannya—tidak, dia memang tangan kanannya.”
“Apa dia hebat? Seperti apa kemampuannya?”
“Runa, hal seperti itu tidak perlu ditanyakan. Bukannya berharap ada peperangan besar, tapi puncak kekuatan para pemimpin distrik hanya akan terlihat saat seluruh distrik dalam bahaya. Penggunaan kekuatan mereka harus berdasarkan skala bahaya yang terjadi.”
“Untuk meminimalkan kerusakan.” Perio menambahkan.
“Apakah pernah terjadi sebelumnya?” Runa menghampiri dan duduk di antara Vergin dan Perio. “Peperangan.”
Memang Runa yang bertanya, tapi yang menunggu jawabannya tidak hanya Runa, Lucas juga penasaran tentang hal itu.
“Setahuku tidak. Tapi jika berdasarkan buku sejarah, kita sering kali berperang melawan alien.”
“Mereka bukan alien, mereka sama seperti kita manusia, hanya saja tinggal di planet lain.” Kata Perio.
“Sama saja bagiku. Mereka penjajah. Menyerang dan mengambil apa yang ada di bumi. Aku kurang paham apa saja yang diincar mereka. Yang pasti kedatangan mereka selalu menimbulkan kerusakan yang signifikan pada setiap wilayah.”
“Singkatnya, kami berdua tidak begitu paham sejarah. Kau akan mendapat informasi yang lebih lengkap kalau kau pergi ke perpustakaan.” Perio menatap Vergin lalu berganti ke Lucas dan Runa.
“Bukankah kalian pelajar? Aku lihat-lihat umur kalian pasti sekitar 15 tahun, benar?”
Lucas menggeleng. “Tidak, aku 17.”
“Aku 16.” Jawab Runa.
“Sedikit meleset.” Vergin memiringkan kepalanya tanpa rasa malu.
“Tidak ada yang jual minuman ya di sini? Aku haus sekali.” Lucas mengusap tenggorokannya. “Ini momen krusial, di mana sih penjual minuman.”
Vergin dan Perio tertawa mendengar kalimat Lucas.
“Krusial?” Runa merasa semakin haus dicampur kebingungan setelah mendengar ucapan Lucas.