“Aku pikir sementara dia sibuk di dalam kita sebaiknya pergi dari sini. ada yang mengabariku kalau beberapa orang sedang kemari.” Wanita itu menatap keempat anak buahnya, dan mereka tidak memberikan reaksi apapun.
Mereka tidak bisa memberikan reaksi apapun terkait hal ini karena yang sudah menjadi tugas mereka kini dianggap gagal. Wanita itu memang mengatakan ini hanya sebagai uji coba untuk memperoleh data pertarungan mereka masing-masing. Tapi itu bukanlah tugas mereka, karena tugas mereka sebenarnya harusnya lebih jauh dari ini.
Sampai detik ini Helen masih terperangkap di dalam kabut beracun milik wanita itu. Penglihatannya mulai melemah dan seluruh tubuhnya semakin kehilangan kendali. Racun-racun dari kabut itu nampaknya perlahan sudah memasuki tubuh Helen sedikit demi sedikit.
Hal ini menjadi sebab utama kenapa kekuatan Helen tidak terkendali dan melemah. Tubuh Helen bahkan ikut melemah terkait kondisinya sekarang. Saat ini Helen hanya bisa meringkuk tak berdaya dalam kepungan kabut beracun wanita itu.
“Dibanding kekuatanku yang tak berguna, aku rasa ini semua karena semua kabut ini yang masuk ke dalam tubuhku. Aku harus cari cara agar keluar dari kepungan kabut ini.”
Helen mencoba berdiri dengan bantuan kedua tangannya. Helen sekali lagi mencoba menjadikan kedua kakinya sebagai tumpuan untuk berdiri. Helen menarik napas dalam-dalam, lalu meniupnya ke sisi dinding kabut yang ada di hadapannya.
Helen secara berangsur-angsur membuat lubang kecil pada titik di sisi dinding kabut yang ia tiup. Renga meninggalkan Helen mengatasi masalah ini sendirian bukan tanpa alasan, itu karena dia percaya padanya baik sebagai seorang Hedda atau pun istrinya.
Beberapa detik kemudian Helen berhasil membuat lubang yang lumayan besar untuk bisa membuatnya lompat keluar dari kepungan kabut beracun itu. Dan di sana, wanita itu beserta keempat anak buahnya sudah pergi tanpa meninggalkan jejak satupun.
Helen terduduk di pinggir jalan bersandarkan potongan batu besar yang tidak simetris. Ia sedang mencoba berkonsentrasi karena kesusahan bernapas. Matanya masih terus mengabur dan memburamkan pandangan di hadapannya. Dadanya terasa sesak setiap ia mengambil napas.
Tidak berselang lama, sebuah bayangan samar-samar muncul dalam pandangan Helen. awalnya satu orang, lalu bertambah jadi empat orang.
“He–len, kau…baik-baik…saja? …Helen!” panggil Alice. Mengguncang tubuh Helen dengan kencang.
Ketika sadar, Helen sudah berada di rumah sakit. Ia terbaring di ranjang dengan tubuh lemas. Saat pertama kali membuka matanya, Helen hanya mendapati satu orang yang berada di dekatnya. Alice, yang juga menjabat sebagai wakilnya. Dia duduk dengan tenang di kursi di samping ranjang Helen.
Alice tidak nampak mengantuk, ia juga tidak tampak lemas. Dia terlihat baik-baik saja.
“Alice, aku pingsan ya?”
Alice menoleh. “Ya, waktu kutemukan kau tiba-tiba pingsan. Kau baik-baik saja?”