Lucas terbangun saat langit sudah gelap dan matahari tenggelam jauh dari permukaan bumi. Lucas juga sepertinya tidak dengar suara-suara memanggil yang berasal dari Rogart.
Ia ditidurkan Rogart di atas batu persegi panjang seperti yang ada dalam ritual-ritual satanic. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri dengan bingung, masih terasa sedikit pusing. Matanya membayang tiap ia bergeser pandang ke arah lain.
Rogart ada di sana, dia menemani Lucas sambil menyalakan api di atas tumpukkan kayu. “Sudah bangun eh? Bagaimana—sudah seperti berkemah belum? Aku ingin sekali melakukan ini kau tahu. Apa kepalamu masih pusing—terasa sedikit berat? Jangan terlalu khawatir, itu reaksi yang wajar—sudah biasa terjadi.” Rogart memberikan Lucas kotak makan malam. “Makanlah, kau pasti sangat lapar. Kau perlu mengisi tenagamu kembali.”
“Apa yang terjadi—sesuatu terjadi kan? Apa karena energiku?”
“Kau tahu apa yang tadi menimpamu?”
“Aku terlalu banyak menggunakan energi—sebanyak apa memangnya aku menggunakan energiku?”
“Burnout adalah kejadian yang umum terjadi pada orang awam saat mencoba mengendalikan energi.Tidak hanya terlalu banyak mengeluarkan energi, kau memperparahnya dengan melepaskannya begitu saja tanpa berusaha mengendalikannya. Ingat, menggunakan bukan mengeluarkan. Yang kau lakukan itu tadi adalah mengeluarkan. Alhasil seluruh tubuhmu lemas tanpa ada energi sedikitpun.”
“Jadi yang aku lakukan hanya mengeluarkan seluruh energi dari dalam tubuhku?”
Rogart mengangguk. “Tapi sisi baiknya kau sudah bisa mengenali seperti apa energi itu, kan? Aku yakin sekarang kau sudah paham bagaimana cara memunculkan energi itu. Kau baru saja menyalurkannya ke tongkat itu, kau berhasil melakukannya. Kedepannya mungkin kau harus lebih sering melakukan pengendalian. Tidak mudah juga tidak sulit. Tapi ini akan memakan waktu yang tidak sebentar.”
Lucas mengepalkan tinjunya. “Ya, aku bisa merasakannya itu mengalir dalam diriku.” Lucas menatap Rogart. “Aku benar-benar bisa merasakannya saat itu semua terkumpul di tanganku. Apakah kau percaya? Aku—aku—aku sendiri tidak percaya bisa melakukannya.” Ucap Lucas sambil memandang kepalan tinjunya.
“Kita tidak bisa melakukannya hanya dengan rasa percaya, tapi juga dengan fokus dan konsentrasi. Ada segala macam faktor yang membentuk, karena itu tidak bisa berdiri sendiri. Hanya percaya saja tidak akan bisa membuktikan, diperlukan juga tekad dalam dirimu untuk mewujudkannya menjadi kenyataan.”
“Ya, kau benar.” kata Lucas masih memandang kepalan tangannya dan sesekali menyantap makanannya.
Hari kedua, Lucas melatih kembali kemampuannya dalam mengeluarkan dan mengendalikan energi. Kali ini Lucas tidak menggunakan tongkat itu lagi sebagai media, melainkan pedang kayu yang sudah sangat rapuh dan rusak.
Uji coba paling baik dalam mengendalikan output energi adalah dengan media yang rapuh. Hal itu bertujuan untuk memperlihatkan seberapa besar energi yang dikeluarkan dan berhasil dikendalikan.
“Aku rasa pedang itu lebih tepat sebagai alat untukmu latihan.” Kata Rogart. “Dengan pedang itu kau bisa lihat sendiri—-oh iya, coba sesekali buka matamu saat kau mengeluarkan energi. Jangan khawatirkan pedangnya. Aku tadi menemukannya di jalan.”
“Apakah pedangnya serapuh itu? Tapi jika dilihat baik-baik memang terlihat rapuh sih. Jika kuayunkan kencang-kencang pasti patah.”
“Ya, makanya pedang itu adalah media yang tepat untukmu latihan mengendalikan energi.”