Hari ketiga latihan, Lucas masih mempelajari bagaimana caranya mengendalikan energi yang berhasil ia keluarkan. Sebelumnya, setelah mengetahui bahwa energi yang pertama kali ia keluarkan terlalu besar, pada percobaan berikutnya Lucas mencoba untuk mengendalikannya. Di momen ini Lucas sudah bisa mengeluarkan energi miliknya sendiri.
Dalam percobaan pertamanya Lucas berhasil mengurangi jumlah energi yang ia keluarkan. Setelah berhasil, Lucas lanjut melatih mengendalikan energi itu untuk ia salurkan ke pedang kayu yang rapuh itu.
Saat pertama kali menyalurkan energi ke pedang kayu itu Lucas gagal mengendalikan jumlah energinya, tapi Lucas dengan cepat menyadarinya dan menghentikan penyaluran energi ke pedang kayu itu. Jadi pedang kayu itu tidak begitu rusak hingga bisa ia gunakan lagi saat ini, meski ada retakan tambahan pada bagian bilah pedang kayu itu.
Hari ini Rogart datang terlambat ke tempat latihan, tapi dia datang sambil membawa sebuah kantong kain berukuran besar. Saat menjatuhkannya, terdengar suara benda-benda saling berbenturan di dalamnya.
“Rogart kau terlambat, apa yang kau bawa?” kata Lucas menatap kantong besar itu.
Kantong kain yang dibawa Rogart sebenarnya bukan alat yang efisien untuk membawa barang-barang seperti yang dilakukannya. Ada berbagai macam alat yang bisa digunakan, alat-alat ini juga berkembang seiring berjalannya zaman. Entah apa alasannya Rogart membawanya menggunakan kantong kain seperti itu.
“Aku membawakanmu alat latihan baru. Apa kau sudah selesai dengan pedang itu?”
“Belum sepenuhnya. Aku masih harus menekan energiku lagi. Pedang ini ternyata rapuh sekali, tapi anehnya masih bisa kuayunkan beberapa kali tadi. Lihatlah, ada tambahan retakan lagi barusan. Aku pikir mengendalikan energi tidak semudah itu.” Ucap Lucas.
“Itu memang benar, makanya aku hanya mengajarkan dasarnya saja. Yah, itu juga karena aku tidak begitu pandai dalam menjelaskan. Menjadi guru bukan bakatku.”
“Kau yakin tidak bakat? Menurutku setiap penjelasan darimu mudah sekali dimengerti.”
“Benarkah begitu?” Rogart tampak meragukan dirinya sendiri. Setelah begitu banyak pertimbangannya dalam usaha mencari cara untuk memberikan penjelasan yang mudah.
“Jadi alat-alat seperti apa itu? Apa tingkatan selanjutnya dari apa yang sedang kupelajari sekarang?”
Rogart membuka kantong itu dan mengeluarkan boneka kayu dan robot secara bersamaan dari dalamnya. “Ini adalah alat latihanmu selanjutnya. Tepat setelah kau mempelajari bagaimana mengendalikan energimu sendiri, kita akan mempelajari menggunakan energi itu baik sebagai pertahanan maupun senjata. Percuma jika kau mempelajari bagaimana kau mengeluarkan, mengendalikan, dan mentransfer energimu tapi kau harus terus bergantung pada tongkat itu. Kau juga harus mempelajari menggunakan energimu sebagai senjata mandiri.”
“Baiklah, aku paham. Akan kucoba mengendalikan energi ini secepat mungkin. Aku tidak sabar mempelajari cara melapisi tinjuku dengan energi dan lalu menjadi pukulan super.” Lucas mengatakannya dengan wajah berseri-seri.
“Ya, kau bisa melakukannya. Aku terkejut bisa langsung terpikirkan ke sana, aku tidak berekspektasi kau akan langsung menerapkannya ke dalam pertarungan.”
Lucius tidak bisa menutupi niatannya yang ingin berlatih dalam mendeteksi energi dari teman-temannya. Ini juga berkat Aline yang kurang pandai dalam menjaga rahasia. Tepatnya setelah usahanya gagal untuk meminjam alat yang diminta Lucius, Aline menceritakannya pada yang lainnya.
Aline memang tidak bisa mengeluarkan dan mengendalikannya. Sama seperti Lucas yang sama sekali tidak tahu bagaimana cara menggunakan energi. Tetapi Eriza dan Jet bisa melakukannya. Jet dan Eriza sudah bisa bagaimana caranya menggunakan energi. Karena tanpa energi, Eriza tidak akan bisa menggunakan pedangnya, dan Jet tidak akan bisa menggunakan teknik pernapasan naga milik keluarganya.
Mereka pun berlatih bersama di bawah pengawasan Lucius. Karena Aline tidak bisa menggunakan energi, maka Eriza harus mulai mengajarinya dari awal dan untuk sementara tidak ikut latihan bersama Lucius dan Jet.
Keduanya memiliki hubungan kekerabatan. Aline dan Eriza punya silsilah keluarga yang sama. Aline adalah keponakan Alice, sedangkan Eriza walau tercatat sebagai kerabat jauh tapi Eriza masih dalam garis keluarga yang sama dengan Aline dan Alice.
Sama halnya seperti Lucas, Eriza juga mengajari Aline dari bagian yang paling dasar yaitu mempelajari energi. Perbedaanya, karena Eriza lebih punya banyak kosa kata dalam kepalanya, penjelasannya sedikit lebih detail dan lebih mudah dipahami bagi Aline.