Jet masih berdiri dengan tegak di atas kedua kakinya sendiri, pengendalian napasnya membantunya dalam menghemat penggunaan energi.
“...Hah…hah….” Jet mengatur napasnya lagi.
Suasana menjadi lebih hening setelah Jet melemparkan tinju yang meledakkan hampir sebagian besar lorong di sana. Tidak ada jejak-jejak makhluk hidup, Jet memandangi ke mana ia tujukan tinjunya tadi dan ia sama sekali tidak melihat ada tanda-tanda kehidupan.
Tidak ada siapapun yang terlihat dalam jangkauan pandang Jet. “Ini aneh. Seharusnya dia ada di sekitar sini.”
Instingnya mengatakan ada pergerakan yang muncul dari arah belakang punggungnya. Secepat kilat Jet berpaling ke belakang dan mengambil ancang-ancang. Jet melompat ke titik yang ia yakini posisi seseorang yang sebelumnya menyerangnya.
Sambil mengarahkan tinjunya, Jet memfokuskan seluruh kekuatan pada salah satu tangannya. Dia meninju sebuah dinding yang masih berdiri dengan kondisi tidak utuh. Sekuat tenaga ia kerahkan dengan sangat yakin kalau musuhnya berada di sana.
Dinding itu tidak hancur. Pukulan Jet tidak menyentuh sedikit pun bagian dari dinding itu. Samar-samar muncul sebuah tangan yang menahan pukulan Jet.
“Sepertinya aku harus cari tempat lain untuk bersembunyi.” Ucapnya. Kemudian melepaskan tangan Jet dan mengeluarkan lidahnya yang berukuran tidak normal dan mengarahkannya pada Jet.
Jet menepis dengan kedua tangannya. Namun serangan lidah orang itu tidak hanya untuk memukul, dia bisa juga melilitkannya pada kedua tangan Jet dan melemparkannya sejauh mungkin dari tempat ia berada.
Jet bangun dengan wajah kesal. Alisnya berkerut seketika saat menyadari lidah menjijikkan yang menyerangnya sebelumnya adalah milik orang itu. “Itu lidah seseorang? Aku sempat heran mengapa lidah hewan bisa sebesar itu. Ew, benar-benar menjijikkan. Bagaimana bisa dia punya lidah seperti itu.”
Mengesampingkan Jet yang masih meraba keberadaan orang dengan lidah tidak normal itu, di tempat lain ada Aline yang sedang menjaga Lucius dan Eriza sendirian. Ia tampak begitu mengkhawatirkan ke mana Jet pergi.
Lucius dan Eriza tidak terluka begitu parah, namun lukanya harus dibalut agar tidak terjadi pendarahan berkelanjutan. Terlebih Lucius yang memiliki luka lebih banyak. Ruang vitalis terletak tidak begitu jauh dari tempat mereka bertiga istirahat. Pertanyaannya apakah Lucius dan Eriza masih kuat untuk berjalan ke sana.
Dengan asumsi para penyerang belum masuk jauh ke dalam, maka seharusnya ruang vitalis bisa diandalkan untuk menyembuhkan semua luka Lucius dan Eriza.
Dalam situasi seperti ini biasanya setiap petugas keamanan dan senjata pertahanan dikerahkan dan difungsikan semaksimal mungkin. Sebagaimana diketahui bahwa setiap sumber daya yang dimiliki harus dikerahkan semua. Baik itu dari lingkungan guru maupun siswa.
Jika pihak sekolah masih bisa memberikan pengumuman untuk diberikan pada setiap murid, para siswa berpotensi pasti akan diminta untuk membantu menghadapi para penyerang. Entah itu hanya membantu evakuasi atau ikut dalam pertarungan. Setiap guru pasti memiliki pendapat untuk diperdebatkan terkait masalah ini.
“Kenapa Jet lama sekali, dia pergi ke mana sebenarnya?”
“Dia mungkin bertemu penyerang.” Jawab Lucius. “Dalam situasi seperti ini tidak mengherankan.”
“Kalau begitu kita harus secepatnya pergi ke ruang vitalis. Kondisi kalian tidak begitu menguntungkan jika kita bertemu dengan penyerang.”
“Aline, menggunakan energi itu perlu konsentrasi. Aku dan Lucius saat ini tidak mampu berkonsentrasi untuk menggunakan energi, kau mungkin bisa mencobanya lagi. Hilangkan semua yang mengganggu di pikiranmu dan cobalah rasakan apa yang ada di sekitarmu dan mengalir melalui tubuhmu.”