Saat ini Lucius dan Eriza sudah mendapat penanganan yang lebih baik di ruang vitalis. Berkat bantuan bu Astra yang secara tidak sangka muncul menolong Aline. Kini keduanya—beserta Aline, bisa fokus menyembuhkan diri dengan lebih baik dan lebih cepat.
Walau dikatakan sebagai pertolongan pertama, apa yang diberikan Astra pada ketiganya sebagai dalam bentuk pertolongan pertama sangatlah membantu. Mungkin pengalaman dan ilmu serta wawasannya yang luas yang membuatnya bisa cepat tanggap dalam sebuah situasi.
Selama proses penyembuhan Lucius, Eriza, dan Aline dipaksa pingsan di dalam tabung berwarna perak. Sementara itu Astra sedang mengutak-atik sesuatu pada tablet yang ada di samping di setiap tabung. Pada tabel ini terlihat grafik dan statistik bagaimana kondisi dari ketiganya. Berdasarkan statistik yang ada, Lucius memiliki luka yang cukup serius dibanding Eriza dan Aline. Tapi antara Eriza dan Aline, Aline yang memiliki luka lebih parah daripada Eriza. Tampak serangan kejut dari tombak itu berhasil memberikan luka bertahap pada organ dalam Aline.
Saat itu juga Darren datang bersama Jet. Dia langsung menyuruh Jet untuk ikut berbaring di dalam tabung perak seperti yang lain. Dengan enggan Jet masuk ke tabung itu. Sebagian dari dirinya tetap ingin tersadar selama berada di dalam, tapi ia tidak bisa. Dalam tabung itu terdapat bius untuk memaksa siapa pun yang ada di dalamnya tertidur, Jet yang masih curiga dengan pak Darren lebih suka tetap tersadar saat berada di dalam. Sayangnya itu tidak bisa ia lakukan. Hanya hitungan detik Jet kemudian tertidur.
“Bagaimana kondisi Jet? Apa parah?”
“Tunggu sebentar, biar kulihat. Eh… tidak ada yang parah aku rasa. Dia hanya perlu istirahat sebentar di sana. Tanpa tabung dia seharusnya bisa melakukan penyembuhan secara mandiri, jelas ketahanan tubuhnya berbeda dari yang lain. Mungkin dia belum tahu caranya, aliran energinya terasa kacau. Jika dia bisa mengendalikannya aku yakin dia tidak perlu tabung itu untuk pemulihan lagi.”
“Wow, aku tidak tahu kalau alat itu juga membaca aliran energi.”
“Memang tidak.”
“Ow, ya—tentu saja itu kau sendiri yang membacanya.”
Setelah melalui percakapan yang canggung, Darren merasa gelisah akan sesuatu. Matanya berulang kali memeriksa keadaan di sekitarnya. “Maaf bu Astra, bisakah aku titipkan mereka berempat kepadamu. Aku ingin memeriksa keadaan di sekitar. Dari tadi aku merasakan ada sesuatu yang aneh seperti seseorang tapi juga seperti hanya energi.”
Astra mengangguk, “Ya, tentu saja, berhati-hatilah. Jangan khawatirkan mereka, aku bisa memastikan mereka aman di bawah pengawasanku.”
“Bagus, kalau begitu aku permisi.”
Darren kemudian pergi ke lantai 1, dia bergegas menuju ke taman. Setelah melewati lorong yang menyambungkan antara ruang kelas 1-A dan aula, Darren tiba di taman. Layar-layar raksasa melayang di setiap sisi dinding sama sekali tak tersentuh kerusakan apapun. Tempat ini seharusnya menjadi salah satu tempat yang terdampak akibat menjadi medan pertempuran. Namun bisa dilihat oleh mata Darren kalau area taman sama sekali tak tersentuh. Selain layar raksasa juga ada beberapa jenis tanaman buatan yang hidup dan tidak terganggu selama penyerangan.
Langkah Darren terhenti saat ia mencoba mendekati patung pahlawan yang berdiri di tengah taman. Semacam dinding tak terlihat, tapi sedikit lebih empuk dan terasa seperti karet. Dan dinding tak terlihat ini mengikuti pergerakan Darren ke mana pun ia melangkah. Darren menatap dengan bingung.