Crusade

Anima Manoe
Chapter #74

Ch. 73 - Sang Penjaga

Lucas tidak begitu paham dengan maksud mengeluarkan semua kemampuannya, dia hanya menanggapinya dengan anggukan kecil pada ucapan Lucius. Sementara itu Jet meresponsnya dengan menyiapkan lagi tinjunya lagi untuk memulai serangan selanjutnya.

“Jet!” panggil Lucius sambil berlari ke arah Djak.

“Teknik pernapasan naga; napas api; gelombang api penuh.” Jet menyemburkan api yang sangat besar ke arah Djak. 

Mengimbangi serangan Jet, Lucius berhasil mendekati Djak tanpa dihadang senjata tak kasat matanya. Dari balik hembusan api milik Jet, Lucius menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya dan kemudian mengeluarkan segaris tipis angin yang sangat tajam dan memotong api itu menjadi dua yang langsung mengarah langsung Djak. Angin bukanlah kekuatan Lucius, itu hanya gambaran seperti apa wujud serangan Lucius jika dilihat menggunakan mata telanjang.

Serangan itu masih bisa ditahan oleh Djak bersusah payah. Memang betul jika melihat daya hancurnya berbeda dengan yang dikeluarkan Lucius sebelumnya. Kali ini dia hanya mengeluarkan segaris saja. Di lain sisi, Jet melanjutkan serangannya setelah mengetahui serangan Lucius ditahan Djak.

“Teknik pernapasan naga; cakar naga.” Jet melesat maju.

Djak menghindarinya mudah dan mendaratkan tendangannya sangat mulus ke wajah Jet hingga membuatnya terlempar ke belakang beberapa meter. Djak kemudian berpaling menatap Lucius. Karena dirasanya serangan Lucius cukup berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Sambil mengerahkan senjata tak kasat matanya Djak ikut bergerak maju.

Djak tidak bergerak seperti senjatanya yang bisa secara instan berada di manapun ia dipanggil Djak, kecepatan yang ia latih masih tidak bisa menandingi kecepatan pergerakan senjatanya sendiri.

Lucas berdiri mematung karena bingung selama beberapa saat berusaha mencerna ucapan Lucius. Apa yang harus ia keluarkan dalam hal kekuatannya dengan keadaan saat ini, batinnya terus mengucapkan hal yang sama.

Tanpa tahu langkah selanjutnya, Lucas hanya mengeluarkan gelombang energi untuk memperkuat kedua tinjunya. Dan selama beberapa saat itu Lucius melakukan kontak langsung dengan Djak sekaligus senjata tak kasat matanya. Pertarungan itu tidak berlangsung lama dan hanya bertahan sekian detik yang membuat Lucius hampir babak belur jika tidak cepat-cepat mencari celah untuk kabur.

Sebagai bentuk perlindungan Jet menghirup napas dalam-dalam dan mencoba mengeluarkan jurus andalannya yang lain.

“Teknik pernapasan naga; kibasan sayap naga api!” Jet meniup ke ruang kosong di depannya dan dari tiupannya keluar api dari bagian ujung tiupannya, api itu lalu bergerak mundur dan menyelimuti kedua tangan Jet dan membentuk sayap seekor naga yang terbuat dari api.

Jika sebelumnya Jet hanya mengibaskan sayap itu, sekarang Jet mencoba untuk menggunakannya yang lebih dari sekadar kibasan saja. Jet menekan kedua kakinya ke tanah di bawah kakinya dan memasang kuda-kuda kuat-kuat. 

Melihat Lucius yang menghindarinya dan menjauh, Djak kemudian merasakan ada kumpulan energi yang sedang terpusat pada satu titik. Dia pun memalingkan wajahnya dan menatap Jet dari kejauhan. Dalam sesaat senjata tak kasat matanya langsung berada di hadapan Jet dan mencekeram lehernya dengan kuat. Kuda-kuda yang sedang ia lakukan hancur, semua energi yang coba ia kumpulkan semua menghilang.

“Apa yang coba kau lakukan dengan semua energi itu?” gumam Djak.

Lucas tiba dalam sesaat di hadapan Djak dengan tendangan yang sudah ia arahkan kepada Djak. Memanfaatkan situasi Lucas mencoba mendaratkan tendangannya. Reaksi Djak tidak begitu langsung memahami pergerakan Lucas, namun dia tentu bisa menahan tendangan Lucas dengan mudah hanya menggunakan salah satu tangannya.

Keterkejutan yang dirasakan Lucas belum berakhir, dalam sekejap tubuhnya terlempar jauh ke belakang seperti ditarik lalu dilempar oleh sesuatu. Lucius yang berhasil mendapatkan celah dan menjauh untuk sementara dari Djak pun mendapatkan sedikit waktu guna merencanakan ulang serangannya.

Sementara itu, Jet masih terjebak dalam cengkeraman tangan Djak. Berulang kali dia berusaha melepaskan diri, semua usahanya sia-sia. Djak bergeming. Cengkeramannya semakin keras dan mencekik leher Jet. Menghambatnya untuk bernapas.

“Tidak bisa seperti ini terus.” Gumam Lucius. “Apa yang harus kulakukan?”

Saat Lucius berpikir mencari jalan lain, Lucas sudah kembali bangkit dan berlari ke arah Djak. Meski gerakannya kemudian terhenti karena senjata tak kasat mata milik Djak. Lucas terus bergerak mencari titik di mana dia bisa melewati tembok gak terlihat itu.

Lihat selengkapnya