Setelah cukup lama berada di jalanan, hari sudah gelap saat Easter tiba di kampusnya. Saat dia datang di koridor lantai kamar asramanya, dia sedikit terkejut melihat sekelompok wanita telah berdiri di depan pintu kamarnya. Seolah-olah mereka datang untuk menyambutnya.
Namun dia segera tahu bahwa mereka pasti tidak datang untuk sekadar menyapanya. Easter segera mengubah sikap dan berjalan dengan kewaspadaan juga hati-hati.
Baru saja Easter berjalan, mereka segera berpaling menatapnya seolah mereka bisa merasakan kehadirannya yang mudah terdeteksi. Mereka juga memasang sikap angkuh dan memiliki aura permusuhan di seluruh tubuh mereka.
“Menyingkirlah.” perintah Easter saat dia telah dekat dengan mereka. Dia bahkan tidak repot-repot bertanya mengapa mereka berkumpul di depan kamar asramanya.
Namun tak satu pun dari mereka bergerak. Mereka bahkan menguatkan kaki mereka di posisi masing-masing. Gina yang lebih dulu berkata, “Halo, Easter. Kita bertemu lagi.”
Gina bahkan tersenyum manis namun masih terlihat kelicikan di matanya.
Easter tidak menyapanya balik. Dia jutru semakin menegaskan perintahnya, “Menyingkirlah. Aku ingin masuk ke kamarku.”
“Easter, kami datang untuk menyapamu. Kami sangat gembira mengetahui bahwa akhirnya kau telah sadar setelah koma. Jadi, karena itu kami datang untuk kemari untuk menemuimu. Mengapa kau begitu kasar pada kami?”
“Benar, kami datang kemari untuk menanyakan bagaimana kondisimu. Berbaik sangkalah pada kami.”
“Easter, kami mana tahu kalau kau sudah berubah. Kau sama sekali tidak memberitahu kami saat itu,” kata salah satu dari mereka. Dia berbicara tentang kejadian tadi siang.
“Tepat! Kami bahkan sama sekali tidak mengenalimu.” Gina ikut menimpali. Dia memandang Easter dari atas sampai bawah, “Hei, Easter, kau benar-benar telah berubah sejak keluar dari rumah sakit. Cara berpakaian dan penampilanmu cukup lumayan untuk bisa masuk ke geng kami.”
Teman-teman sekamar Gina segera mengangguk mengiyakan setelah Gina memberi sinyal kedipan mata pada mereka.
“Benar, benar. Kau bisa masuk ke geng kami dengan penampilanmu yang seperti ini. Lagipula, selama ini kau selalu sendirian, bukan? Setelah berteman dengan kami, kamu pasti tidak akan menyesal.”
Ini hanya akal-akalan Gina untuk membujuknya. Perlakuan Gina pada Easter yang dulu sama sekali tidak bisa membuatnya percaya begitu saja. Mereka bahkan tidak meminta maaf padanya setelah semua yang telah terjadi.
Dia memasang ekspresi tidak peduli dan mendorong Gina yang berdiri di pintu hingga tersungkur dari tempatnya. Setelah itu, Easter tanpa memberikan kesempatan bagi mereka untuk memarahinya, segera menutup pintu dan mengunci kamarnya.
Hal ini, tentu saja kembali membuat mereka meradang. Mereka datang dengan sengaja untuk membuat masalah namun Easter menghindarinya dengan cepat. Easter bahkan tidak memberi kesempatan bagi mereka untuk memberinya pelajaran atas apa yang terjadi tadi siang.
“Apa dia benar-benar sudah gila? Dia bahkan berani melakukan itu pada Gina kita? Tidak bisa dipercaya. Gina, kita harus memberinya pelajaran.”
“Sepertinya, Easter benar-benar berubah setelah keluar dari rumah sakit.”
“Iya, mungkin kepalanya yang terbentur secara ajaib menyentuh saraf tertentu sehingga membangunkan keberaniannya.”
“Atau apakah dia bertukar nyawa dengan seseorang?”
“Omong kosong! Kalian semua terlalu banyak berimajinasi. Semua yang kalian bicarakan, hanyalah terjadi di dunia fantasi. Aku justru menduga seseorang melakukan operasi plastik untuk menyerupai dirinya.”
Ketiga temannya terkejut dengan fakta terbaru ini. Mereka saling memandang satu sama lain. Sebelum bertanya dengan ragu, “Jika itu sungguh terjadi, lalu, dimana Easter yang asli? Juga, siapa sebenarnya yang menggantikan Easter yang sekarang?”
“Itu memang cukup masuk di akal jika dipikirkan. Gina, kita harus mencari tahu tentang ini secepatnya dan segera membuka tipu muslihatnya.” saran salah seorang diantaranya.
“Aku harus memberitahu pada Barnes tentang ini. Masalah hari ini, kita tentukan besok saja saat kita bertemu Barnes.” Gina memutuskan ini dan diikuti persetujuan dari yang lain.
Keesokan paginya, langit bersinar cerah di cakrawala. Bunga-bunga menari di bawah sinar mentari.
Sebelum masuk kelas, Easter pergi dahulu ke kantin. Kemarin, dia melewatkan makan malamnya dan uang bulanan yang diberikan ibunya tidak akan cukup jika dia terus-menerus membeli makanan di luar. Makanan di kantin kampus jauh lebih murah ketimbang di luar. Jadi, ini adalah pilihan yang tepat untuknya berhemat.
Menu makanan di kampus hari ini adalah rendang, tumis kangkung, nasi uduk, dan lain-lain. Para mahasiswa bisa dengan bebas memilih menu mereka.