Crystal Snow

Pyoo
Chapter #1

Gadis Pindahan

Pagi ini, seorang gadis tengah terduduk dipinggiran ranjang kamarnya, memakai sebuah sepatu berwarma hitam. Dia adalah Liana Park, gadis berketurunan Korea-Australia.

Hari ini adalah hari pertamanya kembali bersekolah di Korea setelah dua tahun bersekolah di Australia.

Tok... tok... tok...

Terdengar suara ketukan pintu. "Masuk," sahut Liana yang masih mengikat tali sepatunya.

"Lian-ah, kau sudah siap? Ayo turun dan sarapan," ucap seorang pemuda lucu bernama Park Jimin yang merupakan kakak kembar tak identiknya.

"Ah, aku akan makan di sekolah saja," sahut Liana seraya mengambil tas sekolahnya lalu menyampirkannya di bahu kanan.

"Kenapa begitu?" tanya Jimin saat adiknya itu berjalan melewatinya.

"Ibu tidak akan suka jika aku makan di meja yang sama dengannya," jawab gadis itu seadanya lalu melanjutkan langkahnya dengan santai.

Jimin menatap punggung adiknya sendu. Bukankah semua yang dialami adiknya itu tidak adil? Pikirnya. Ia lantas berjalan lesu menuju ruang makan yang berada di lantai satu rumahnya. Disana, sudah duduk ibu dan kakaknya yang hanya satu tahun lebih tua darinya.

"Hyung?" Panggil Jimin pada sang kakak dengan nada heran. Bagaimana tidak? Park Yoongi, kakaknya itu, langsung bangkit dari duduknya saat Jimin baru saja duduk dihadapannya.

"Makanlah, hari ini kau berangkat diantar supir, aku ada tugas."

Jimin lantas mengangguk paham. "Hyung tidak makan?"

"Aku akan memakan ini saat luang," jawab Yoongi dengan tangan yang mengangkat sebuah kotak makan.

"Aku berangkat."

Setelah itu, Yoongi benar - benar pergi meninggalkan Jimin yang hanya bisa menghela napas.

"Makanlah, Jiminie. Ibu juga harus segera berangkat ke kantor."

Hanya itu yang diucapkan ibunya sebelum meninggalkan Jimin sendirian di meja makan.

Di sisi lain, Liana tengah berjalan kaki menuju halte bus. Keluarganya memang kaya, tapi itu hanyalah harta milik kedua orangtuanya bukan harta dirinya, itulah isi kepala Liana.

Gadis mungil itu terus berjalan hingga sebuah mobil sport hitam mewah berhenti didekatnya dengan klakson yang berbunyi. Liana mengenal mobil beserta pemiliknya, dia adalah Yoongi, kakanya juga. Namun, gadis itu hanya menatap sekilas lalu kembali melangkahkan kakinya hingga sebuah tarikan kasar menghentikan langkah itu.

Yoongi menarik kasar tangan adiknya itu lalu mendorongnya masuk kedalam mobil, tepatnya disebelah kursi kemudi.

"Makanlah. Kau akan merepotkanku jika pingsan."

Liana tersentak kala Yoongi yang baru saja duduk di kursi kemudi melemparkan sebuah kotak makan ke tangannya.

Dengan wajah datarnya Yoongi kembali mengemudikan mobil itu, sementara Liana hanya bisa melirik sekilas wajah datar kakaknya lalu menunduk.

"Apa kau tuli?"

Kembali terdengar suara dingin Yoongi. Liana mendongak menatap wajah kakaknya yang terlihat enggan untuk membalas tatapannya.

"Mengapa kau memberiku perhatian jika hatimu membenciku, oppa?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Liana. "Buang saja jika kau tidak mau."

Namun, nyatanya Yoongi adalah sosok es yang tak tersentuh, hatinya telah membeku bersamaan dengan kehangatannya pada gadis mungil disampingnya itu.

Mendengar jawaban dari Yoongi membuat Liana menunduk sambil menggenggam erat kotak makan ditangannya, sementara Yoongi hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada jalanan dihadapannya.

Keheningan menghampiri mereka, Yoongi yang hanya fokus pada kemudi dan Liana yang masih saja menunduk dengan kotak makan ditangannya.

Hingga saat mobil Yoongi telah sampai di gerbang sekolah pun keadannya masih seperti itu.

"Jangan buat masalah dan jangan merepotkanku." ucap Yoongi sebelum keluar dari mobil lalu menutup pintunya dengan kasar.

Liana terus menunduk hingga sebuah ketukan di kaca mobil membuatnya mengangkat kepala. Gadis itu lantas turun dari mobil itu dengan tatapan penuh tanya. "Maaf, Nona. Tuan Yoongi meminta saya untuk mengantar anda ke ruang kepala sekolah," ucap orang yang tadi mengetuk kaca pintu, dilihat dari penampilannya, Liana menyimpulkan bahwa orang itu adalah penjaga sekolah.

Liana hanya mengangguk lalu mengikuti langkah orang itu.

❄❄❄

Di sinilah Liana berada, di ruang kelas 2-1 yang akan menjadi kelas barunya. Liana merasa lega karena akhirnya bisa keluar dari ruangan kepala sekolah yang menurutnya lebih mirip penjilat tidak berkelas. Bagaimana tidak? Kepala sekolah itu terus saja memujinya hanya karena Liana merupakan anak dari salah satu pemilik saham terbesar di sekolah yang isinya siswa pintar dan kaya ini. Memang, sekolah yang akan ditempati Liana ini merupakan sekolah paling bergengsi di Korea Selatan bahkan mungkin Asia sehingga kepintaran dan tingkatan ekonomi merupakan segalanya.

"Baiklah, perkenalkan dirimu," ucap guru yang berdiri disampingnya.

Liana menggangguk. "Namaku Liana Park, pindahan dari Australia."

"Apakah ada yang ingin ditanyakan?" tanya guru itu, dan seketika banyak tangan teracung. Hampir setengah dari seluruh siswa kelas mengangkat tangannya karena merasa tidak puas dengan perkenalan Liana yang memang terlalu singkat.

Lihat selengkapnya