Liana memasuki rumahnya dengan pikiran yang masih berkecamuk. Gadis itu berjalan menyusuri tangga hingga sampai di kamarnya. Sepi? Tentu saja. Itu memang sudah menjadi keseharian penghuni rumah ini jadi tidak ada yang aneh.
"Apa kau lupa melirik jam?"
Jujur saja, Liana merasa terkejut saat mendapati Yoongi ada di dalam kamarnya. Pemuda itu terduduk dipinggiran ranjang sambil menatap lurus ke arah Liana dengan tangan yang terlipat di depan dada.
Liana melirik jam yang ada di kamar itu, pukul 9 malam. Pantas saja Yoongi marah, pikirnya. Ia memang bukanlah siswa yang memiliki jadwal les padat, ia bahkan tak memiliki satu les pun sehingga tak ada alasan baginya untuk pulang malam. Hal itu diakibatkan karena keluarganya adalah golongan orang yang sudah memiliki otak cerdas sejak lahir.
"Apa yang kau lakukan hingga pulang larut?" tanya Yoongi yang masih setia di posisinya.
"Mengerjakan tugas," alibi Liana tanpa menatap pemuda dihadapannya.
Yoongi tersenyum remeh. "Mengerjakan tugas? Kau bahkan membolos sejak jam istirahat pertama. Lalu tugas apa yang kau kerjakan? Tugas mencari alasan? Atau tugas untuk berbohong?"
"Bagaima-," ucapan Liana dipotong dengan cepat oleh Yoongi. "Bagaimana aku bisa tahu? Kau pikir bagaimana reaksi Jimin saat kau menghilang di sekolah? Ia bahkan hampir menangis."
Liana terdiam. Ia memang salah, pikirnya. Kabur dari sekolah melalui gerbang belakang dan pulang selarut ini, pasti Jimin sangat mengkhawatirkannya.
"Maafkan aku."
Hanya itu yang dapat Liana ucapkan. Ia tahu, bukan hanya Jimin yang khawatir, Yoongi pun pasti sangat mengkhawatirkannya. Tapi, pikirannya saat itu benar - benar berantakan.
"Sudah kubilang untuk tidak membuat masalah, bukan?! Lalu apa yang kau lakukan?! Apa kau tuli sehingga tidak bisa mendengar ucapanku?! Atau kau bodoh sehingga tidak bisa memahami ucapanku?!"
Mendengar nada bicara Yoongi yang mulai naik membuat Liana yang sedari tadi menunduk mengangkat kepalanya, menatap Yoongi dengan tajam. "Kau tidak akan mengerti."
"Apa yang tidak akan aku mengerti darimu?!" bentak Yoongi yang semakin marah karena tatapan tajam gadis itu.
"Semuanya!" jawab Liana setengah berteriak.
"Apa kau bilang?!"
"SEMUANYA! KAU TIDAK AKAN MENGERTI SEMUANYA!" teriak Liana sepenuhnya dengan mata memerah, menahan jatuhnya air mata.
Yoongi menatap Liana dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Aku tidak akan mengerti semuanya? Tidak. Aku mengerti semuanya tentang dirimu-,"
"Diriku yang dulu!" potong Liana cepat.
"Ya, silahkan katakan bahwa itu dirimu yang dulu. Tapi apa bedanya dengan dirimu yang sekarang?" tanya Yoongi dengan suara yang tenang.