Cupcake's Love

Riqha Mey
Chapter #10

10. Penjelasan Fahri

Suasana pagi hari yang masih terasa dingin, hingga menusuk pori-pori kulit. Membuat Aisyah terganggu dalam tidurnya yang nyenyak. Dengan mata yang masih terpejam, ia meraba sekitar tempat tidur. Seketika tangannya meraba dada Fahri yang bidang. Aisyah merasakan hangat di tempat itu, ia pun semakin enggan untuk membuka mata. Justru kini tangannya memeluk tubuh Fahri dengan erat.

Aisyah dapat menghirup aroma maskulin dari tubuh Fahri, begitu menenangkan. Membuat dirinya semakin erat memeluk tubuh Fahri. Namun tunggu dulu, seketika kesadaran Aisyah datang, membuat ia berpikir sesuatu.

Aroma maskulin ini … ini kan aroma tubuh laki-laki? Laki-laki? Gumam Aisyah dalam tidurnya dengan sedikit kesadaran.

Saat itu juga Aisyah membuka matanya. Nyaris bola mata indah itu seperti akan keluar dari tempatnya, kala ia sadar kini sedang diposisi seperti apa. Mulutnya terbuka sangat lebar, tetapi dengan cepat ia bungkam dengan tangannya sendiri.

“Astaga! Apa yang kulakukan?”

Tubuh Aisyah menjauh dari Fahri dengan cepat. Napas Aisyah mulai memburu, bisa-bisanya ia tidur sambil memeluk tubuh Fahri. Aisyah kembali menghirup udara sebanyak-banyaknya dengan perlahan, kemudian mengembuskannya melalui mulut.

“Tenang Aisyah, tenang … kalian sudah sah kok, gak ada yang salah.”

Aisyah masih berusaha menenangkan diri. Kemudian perlahan ia melihat Fahri yang masih terpejam. Ada kelegaan yang Aisyah rasakan. Setidaknya ia tidak membangunkan Fahri dengan tingkah tidurnya yang baru saja terlihat memalukan bagi Aisyah. Embusan napas terdengar kembali.

Aisyah melirik jam di atas nakas sudah menunjukkan angka enam, dengan segera Aisyah turun dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi. Tak lupa ia mengambil baju ganti, mengingat di kamarnya kini ia tidak sendiri. Tentu saja meski sudah sah, Aisyah belum terbiasa dengan hal-hal yang sebenarnya sah-sah saja di lakukan di depan suami.

☘☘☘

Sepeninggalan Aisyah mandi, tak lama Fahri juga ikut terbangun. Matanya terbuka dengan perlahan, kemudian menggosoknya. Fahri menoleh ke samping tempat tidurnya, tak terlihat sosok yang ia harapkan. Fahri pun mengubah posisinya menjadi duduk, sesekali tangannya memijat pelipis yang terasa sedikit pening.

“Astaga, aku lupa soal semalam,” keluhnya sambil mengembuskan napas.

“Di mana dia sepagi ini?”

Suara desiran air dari dalam kamar mandi membuat Fahri sedikit lega. Dapat diyakini jika Aisyah yang berada di dalam kamar mandi itu. Fahri pun lebih memilih untuk tetap menunggu Aisyah.

Sekitar sepuluh menit Fahri menunggu, akhirnya pintu kamar mandi pun terbuka. Tampaklah sosok Aisyah yang sudah terlihat lebih segar, Fahri pun dapat mencium aroma sabun yang begitu wangi dari tubuh Aisyah. Dengan susah payah Fahri menelan ludahnya sendiri, jujur saja ia tergoda oleh Aisyah pagi ini.

Sabar, tahan dulu … selesaikan dulu masalah semalam, batin Fahri.

“Syah …,” panggil Fahri dengan suara serak khas bangun tidur.

Aisyah yang sudah duduk di depan meja rias, hendak mengeringkan rambut hanya menoleh sekilas. Kemudian kembali menatap pantulan dirinya di cermin.

Fahri turun dari tempat tidur, langkahnya mendekati Aisyah. Aisyah sedikit tersentak melihat Fahri yang kini tepat berada di belakangnya. Namun, Aisyah tetap mencoba untuk tenang dan tetap diam.

“Syah, dengerin aku, ya ... please …,” mohon Fahri yang memberanikan diri memegang pundak Aisyah.

Lihat selengkapnya