Cupcake's Love

Riqha Mey
Chapter #11

11. Ke Rumah Baru

Sarapan pun telah selesai, kini Aisyah membantu Fatimah membereskan sisa makanan dan piring kotor. Walaupun Aisyah terlihat manja, tetapi untuk urusan seperti ini ia bisa melakukannya. Karena Fatimah selalu mengajari Aisyah. Bahkan masak pun Aisyah sangat lihai, apa lagi membuat kue, itu kegiatan kesukaannya Aisyah.

“Nak, kamu sama Fahri baik-baik aja, kan?” tanya Fatimah disela-sela kegiatan menyabuni piring.

“Emh? Aisyah baik-baik aja kok, Bun. Memangnya kenapa?”

“Ya gak apa, Bunda harap kalian selalu bahagia, Bunda tau … kamu belum bisa mencintai Fahri. Tapi Bunda yakin, cinta di antara kalian akan tumbuh seiringnya waktu.”

Aisyah tersenyum paksa mendengar ucapan Fatimah. Dalam pikirannya, Aisyah kembali mengingat kejadian semalam. Seorang mantan masih menghubungi Fahri dan memanggilnya sayang? Lalu tadi pagi? Fahri memintanya untuk percaya.

Ya, benar … mungkin cinta di antara mereka akan hadir seiring berjalannya waktu. Namun, untuk saat ini Aisyah belum bisa sepenuhnya percaya. Meski ia dapat melihat ketulusan hati Fahri.

“Iya, Bun. Aisyah juga berharapnya seperti itu.”

Aisyah melanjutkan kegiatannya membantu Fatimah membilas piring.

☘☘☘

Di ruang tamu, Fahri bersama Abimana sedang menikmati kopi mereka, sambil sesekali mengobrol masalah pekerjaan.

“Oya, Yah. Apa boleh Fahri ajak Aisyah tinggal di rumah yang sudah Fahri siapkan?” tanya Fahri setelah menyeruput kopi dan meletakkan cangkirnya.

“Tentu saja boleh, kalian sudah suami istri. Itu malah bagus, ‘kan?”

“Baiklah kalau begitu, nanti siang kami akan segera berkemas.” Dengan wajah penuh senyuman bahagia.

“Loh-loh … apa gak kecepetan?” sahut Fatimah yang kini ikut duduk di samping Abimana, begitu pun Aisyah.

Aisyah terkejut mendengar keputusan Fahri. Dalam pikirannya, secepat inikah ia akan berpisah dari orang tuanya. Meski hanya pisah rumah.

“Ya gak, sih, Bun. Aisyah hanya perlu berkemas baju dan barang-barang pentingnya saja. Karena di sana semua keperluan sudah disiapkan.”

“Tapi, Nak—”

“Gak ada salahnya, itu malah bagus. Kalian bisa lebih mandiri dan gak harus bergantung pada orang tua. Ayah setuju.”

“Tapi, Mas. Apa gak nunggu beberapa hari dulu baru mereka meninggalkan rumah ini?” tanya Fatimah dengan perasaan tak rela akan berjauhan dari putri kesayangannya.

“Imah, apa yang kamu khawatirkan? Mereka sudah dewasa, sudah menikah, dan sudah punya tanggung jawab. Biarkan mereka agar lebih mandiri. Biar tau rasanya, hidup berumah tangga itu bagaimana. Kalau mereka di bawah pengawasan kita terus, kapan mereka akan dewasa saat sedang menghadapi masalah?” jelas Abimana pada Fatimah.

Aisyah yang tadinya juga ingin melayangkan protes pun ia urungkan. Saat mendengar penuturan dari Abimana. Memang ada benarnya juga, kini dia sudah menjadi seorang istri. Bukannya harus mengikuti ke mana pun suami pergi? Lagi pula usianya juga dibilang sudah dewasa.

Lihat selengkapnya