Hanya memakan waktu sekitar empat puluh lima menit perjalanan menuju rumah baru Aisyah dan Fahri. Sepanjang perjalanan tadi, Aisyah hanya diam menatap ke arah luar jendela. Fahri sangat mengerti bagaimana perasaan Aisyah saat ini. Dalam hati ia berharap semoga Aisyah menyukai rumah yang ia siapkan.
Sampailah mereka di sebuah gedung berlantai dua, dengan cat berwarna pastel. Seketika Aisyah menatap rumah itu dengan mata berbinar, Aisyah sangat kagum dengan dekorasi bangunan rumah tersebut. Tiang rumah yang diukir dengan begitu indahnya. Bibir Aisyah tak henti mengulas senyuman yang begitu manis.
“Mas ini rumah kita?” tanya Aisyah dengan begitu senangnya.
“Iya ini rumah kita. Ayo turun.”
Fahri pun lebih dulu keluar dari mobil untuk mengambil koper yang ada di dalam bagasi. Kemudian Aisyah menyusul Fahri, ia melangkah keluar dan seketika matanya menyapu seluruh bangunan dan sekitarnya.
“Ayo masuk.”
Aisyah pun mengikuti Fahri dari belakang dan ketika ia masuk ke dalam rumah tersebut, ia dikejutkan dengan dekorasi yang sangat elegan. Manik cokelatnya tak henti-henti mengitari seluruh sudut ruangan dengan penuh kagum. Terlihat lampu hias di sekitar sudut ruangan tersebut dan juga sofa yang sudah tersusun dengan rapi. Sepertinya Fahri benar-benar mempersiapkan semuanya dengan matang, Aisyah pun tak hentinya mengulas senyuman.
“Ayo lihat kamar kita.”
Aisyah pun dengan setia mengikuti Fahri menaiki setiap anak tangga. Ya, kamar mereka berada di lantai dua dan ketika melewati ruang keluarga, di sana juga terdapat foto pernikahan mereka yang terbingkai dengan indah, dengan ukuran yang begitu besar.
Dan saat Aisyah memasuki sebuah ruangan yang ia rasa tidak asing, matanya berkaca-kaca seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ruangan yang hampir sama seperti kamarnya saat masih tinggal bersama kedua orang tuanya.
“Mas, ini kamar kita?” tanya Asiyah seakan tak percaya.
“Iya ini kamar kita.”
Senyuman manis selalu terukir di bibir Aisyah. Manik cokelatnya menyapu ruangan tersebut. Hampir mirip, dari warna dinding, dekorasi, bahkan lemari pakaiannya dan meja rias pun hampir sama.
“Gimana? Suka gak?”
Aisyah mengangguk dengan cepat. “Iya, Mas. Aisyah suka, sangat suka! Makasih ya, Mas.”
Fahri pun mengangguk dan tersenyum. Dalam hati ia merasa begitu lega, karena Aisyah begitu menyuakai rumah ini. Memang sebelumnya Fahri mempersiapkan ini semua dengan begitu matang. Bahkan ia tak sungkan bertanya pada Fatimah hal apa yang disukai oleh Aisyah. Soal dekorasi kamar pun ia meminta bantuan dari Fatimah. Embusan napas pun terdengar dari mulut Fahri.
☘☘☘
Setelah selesai mengemasi barang-barang, Aisyah merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Matanya menatap langit-langit kamar yang sangat mirip dengan kamarnya. Aisyah sangat berterima kasih pada Fahri. Perlakuannya kali ini sukses membuat Aisyah merasa begitu nyaman. Merasa sangat sepesial.
Fahri berada di kamar mandi membersihkan diri. Tak terasa pula hari akan menjelang petang. Tiba-tiba Aisyah menutup mulutnya yang terbuka lebar, ia merasa kantuk telah menyerang. Perlahan matanya pun tertutup, kemudian embusan napas terdengar begitu teratur. Aisyah telah menjelajahi alam mimpi.
Tak lama kemudian, Fahri keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk sebatas pinggang. Tangannya menggosok-gosok rambut dengan handuk yang lainnya. Ia melihat Aisyah yang terbaring langsung menghampiri, sudut bibirnya terangkat kala melihat mata Aisyah yang terpejam.
“Istirahatlah,” ucapnya sambil mengelus wajah Aisyah yang terlihat begitu damai.
Fahri pun berencana untuk memasakkan sesuatu. Mengingat mereka melupakan makan siang karena sibuk membereskan barang-barang Aisyah yang lumayan banyak. Fahri pun mengenakan pakaian santai, kemudian melangkah keluar kamar menuju dapur.
Saat tiba di dapur ia membuka kulkas mencari bahan makanan yang bisa dimasak. Untungnya saja ia sudah mempersiapkan semuanya. Bahan makanan begitu lengkap di dalam kulkas. Fahri pun mengambil potongan daging, sebungkus mi pasta dan beberapa bahan lainnya. Ia berencana akan membuatkan Aisyah pasta dengan saus daging.
Dengan begitu cekatan Fahri memainkan alat dapur. Meski ia seorang laki-laki, tetapi ia tidak asing dengan kegiatan seperti ini. Dengan perasaan bahagia ia memasak sambil sesekali bersiul gembira.
“Aku yakin, Aisyah pasti akan suka dengan masakanku,” ucap Fahri dengan percaya diri.