Cupcake's Love

Riqha Mey
Chapter #15

15. Harapan Aisyah dan Fahri

Di ruang kerja inilah Fahri berada sekarang, duduk bersandar sambil memijat keningnya dan memejamkan mata, pikirannya begitu kalut. Ia sangat takut Aisyah benar-benar pergi dari hidupnya.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang?”

Embusan napas berkali-kali terdengar. Jika dulu ia akan pergi ke sebuah klub malam, kini tak lagi ia lakukan demi Aisyah. Ya, Fahri dulunya sering ke tempat seperti itu. Tentu saja untuk menenangkan pikiran. Dengan ditemani Laura yang dulu masih menjadi kekasihnya dan selalu membuat ranjangnya hangat.

Suara pintu terbuka mengalihkan pandangannya. Laura masuk tanpa permisi, membuat Fahri menatapnya dengan tajam. Namun seorang Laura tak peduli dengan tatapan itu, ia justru menaikkan satu sudut bibirnya. Ia pun duduk di sofa yang ada di ruangan itu dengan anggun dan wajah tanpa rasa bersalah sedikit pun.

“Kenapa kamu masih berani berada di sini!”

“Memangnya kenapa? Mau tidak mau, kamu harus terima ini, Fahri!”

Fahri pun bangkit dari duduknya, menghampiri Laura dan berdiri tepat di hadapannya. Fahri pun mencondongkan tubuhnya, menatap Laura dengan begitu tajam, seakan seperti burung elang yang sedang mengintai mangsanya.

“Jangan mimpi! Aku tau kelicikanmu, Laura!”

“Kalau kamu tau kelicikanku, itu berarti kamu tau, ‘kan? Bagaimana permainanku nanti?”

Laura memandang Fahri dengan tatapan meremehkan. Ia sama sekali tidak takut dengan tatapan intimidasi dari Fahri.

“Laura, aku akan buktikan kalau itu bukan anakku! Atau aku justru curiga jika kamu sebenarnya pura-pura mengaku hamil,” ucap Fahri dengan memicingkan matanya.

Mata Laura membulat sempurna. Baikalah, kali ini keberaniannya menurun sedikit. Dengan susah payah ia menelan ludahnya sendiri. Namun, demi mendapatkan Fahri kembali ia mencoba untuk setenang mungkin. Laura pun menatap manik biru milik Fahri, kemudian ia tersenyum.

“Apa yang bisa kamu buktikan? Kamu hanya bisa membuktikannya jika anak ini sudah lahir, Fahri,” balas Laura dengan penuh tekanan saat menyebut nama Fahri.

“Kita lihat saja, sejauh mana permainanmu ini bertahan! Dasar perempuan licik! Ingat, aku tidak akan pernah menikah denganmu!”

Kemudian Fahri menegakkan tubuhnya kembali. Melangkah mundur dan berbalik ingin meninggalkan Laura di ruangan itu. Sedangkan Laura yang masih duduk diposisinya, menatap Fahri dengan penuh amarah. Kelopak matanya bergetar. Embusan napas kasar pun terdengar saat Fahri sempurna hilang dari balik pintu.

“Gak! Dia gak boleh tau aku cuma pura-pura! Gak boleh! Aku gak akan lepasin kamu Fahri! Kamu hanya milik aku!” gerutunya dengan kesal.

☘☘☘

Fahri masuk ke dalam kamar, ia berencana menghubungi Aisyah. Namun, usahanya gagal karena Aisyah tak mengangkat teleponnya sama sekali. Hal itu membuat Fahri semakin kalut. Berkali-kali ia menekan ikon panggilan pada nomor Aisyah.

“Ayolah angkat telponku, Syah,” ucapnya dengan gusar.

Fahri pun akhirnya menyerah. Ia tidak bisa berpikir dengan jernih ke mana Aisyah pergi. Namun, tempat tinggal Abimana terlintas dalam pikirannya.

“Astaga! Kenapa aku lupa rumah Ayah.”

Fahri pun menghubungi telepon rumah Abimana. Dua kali panggilan tidak dijawab. Fahri pun mencoba lagi, dengan begitu gusar sambil menggigit bibir bawahnya.

Lihat selengkapnya