Cupcake's Love

Riqha Mey
Chapter #17

17. Cupcake untuk Fahri

Tiga hari sudah berlalu, kini Aisyah masih bertahan di rumah Abimana. Dalam hati Aisyah terbesit kerinduannya pada Fahri. Namun, perasaan kecewa itu masih membekas. Hal ini sungguh membuat Aisyah dilema. Mungkin keegoisan hati sedang menyelimuti, saat rasa kecewa bisa mengalahkan rasa rindu, dilemalah yang hadir. Apa yang dia lakukan ini salah? Apa keputusannya meminta Fahri menikah juga salah? Kenapa rasanya bisa sesakit ini?

Pagi yang begitu cerah setelah Aisyah selesai mandi, ia segera bersiap-siap seperti biasa untuk pergi ke toko kue. Sudah cukup bagi Aisyah mengurung diri di rumah, ia sangat merindukan toko kuenya itu. Ya, selama di rumah Abimana, Aisyah lebih sering mengurung diri di kamar. Bahkan ia tak menerima telepon atau kedatangan dari siapa pun termasuk Salsa dan Raihan. Apa lagi panggilan dari Fahri. Sudah cukup baginya kini menjadi Aisyah yang tidak seperti biasanya.

Dengan mengenakan baju kaos lengan panjang berwarna navy yang di masukkan ke dalam rok selutut yang cukup mekar, Aisyah menyisir rambutnya yang panjang. Menghias wajah dengan make-up natural. Embusan napas pun terdengar saat semuanya sudah terlihat sempurna. Aisyah pun mengambil tas ransel beserta kunci mobil dan ponsel, kemudian keluar dari kamar.

“Pagi, Bunda,” sapa Aisyah dengan ceria.

Fatimah yang sedang menyiapkan sarapan di dapur dan melihat kembali keceriaan putrinya itu tersenyum. Sepertinya ia sudah sangat lama tidak melihat pemandangan seperti ini dari Aisyah.

“Pagi, Sayang. Rapi banget mau ke mana?”

“Aisyah mau ke toko kue, Bun. Udah kangen banget, bosan juga di rumah terus.”

Fatimah menggeleng sambil tersenyum. Tangannya meraih wajah Aisyah dan mengelusnya dengan sayang.

“Akhirnya anak Bunda sudah kembali ceria lagi.”

Aisyah hanya tersenyum menatap Fatimah, kemudian ia pun duduk di meja makan. Tak lama datang Abimana bergabung dengan mereka.

“Kamu mau ke mana, Nak?” tanya Abimana yang melihat Aisyah begitu rapi.

“Mau ke toko kue, Yah. Kasihan Salsa mengurus toko sendirian.”

Abimana hanya mengangguk, kemudian mereka sarapan seperti biasa. Terasa hangat berada di rumah yang menjadi saksi tumbuh kembangnya Aisyah. Aisyah dalam hati hanya bisa berharap semoga apa yang terjadi kini bisa ia lewati sampai akhir.

☘☘☘

Aisyah telah sampai di toko kue yang beberapa hari ini tak ia kunjungi. Langkahnya pun memasuki toko kue tersebut setelah memarkirkan mobilnya. Ketika ia melangkah masuk, beberapa karyawan memberi salam pada Aisyah. Ia pun membalasnya dengan tersenyum. Tiba-tiba Salsa yang baru saja keluar dari ruangan menyambutnya dengan senang, wanita itu langsung memeluk Aisyah.

“Aisyah, bagaimana keadaanmu sekarang?”

“Aku baik-baik saja, tenanglah.”

Salsa pun memegang bahu dan menatap manik cokelat Aisyah dengan sendu. Ia sangat tahu perasaan sahabatnya ini. Ya, Salsa juga mengetahui permasalahan rumah tangga Aisyah dan Fahri. Meski ia tak sempat menemui Aisyah secara langsung di tengah kesibukannya mengurus toko kue, ia menyempatkan waktu melakukan panggilan video dengan Aisyah.

“Aku baik-baik saja, Sa.”

Aisyah mengerti kekhawatiran Salsa saat ini. Aisyah sangat beruntung masih dikelilingi sahabat dan orang-orang yang ia sayangi. Seketika ia merindukan sosok Fahri.

“Oh ya, aku ingin membuat kue hari ini, aku sangat merindukan dapur toko,” ucap Aisyah dengan ceria.

Lihat selengkapnya