Kembalinya Aisyah ke toko kue lebih cepat membuat Salsa bingung, Aisyah masuk ke ruangan mereka begitu saja tanpa bicara apa pun. Salsa dapat melihat jelas raut sembab sehabis menangis dari Aisyah dan tatapan wanita itu tampak kosong. Salsa langsung menghampirinya dan memeluk tubuh Aisyah yang tiba-tiba melemah.
Aisyah menopangkan tubuhnya pada Salsa yang memeluknya, menenggelamkan kepalanya pada di pudak kiri wanita itu. Tubuhnya bergetar, bendungan kembali tumpah dalam diam.
“Syah, ada apa? Apa yang terjadi? Apa Fahri menyakitimu?” tanya Salsa tak sabar sambil mengusap punggung sahabatnya itu.
Tak ada jawaban, hanya getaran tumbuh Aisyah yang berubah menjadi guncangan. Salsa pun melonggarkan pelukan mereka dan menatap Aisyah yang kini tertunduk sambil mengusap hidungnya yang merah. Salsa menuntun Aisyah untuk duduk terlebih dahulu.
“Ada apa? Kenapa kamu menangis?” tanya Salsa lagi.
Aisyah menghembuskan napasnya yang tersara sesak.
“Kenapa jatuh cinta dengan Fahri sesakit ini? Padahal saat aku jatuh cinta pada Raihan tidak sesakit ini,” keluh Aisyah yang masih terisak pelan.
Salsa yang mendengar itu hanya bisa mengembuskan napas juga.
“Kamu benar-benar sudah jatuh cinta dengan Fahri?”
Aisyah hanya mengangguk.
“Meski dia mengkhianatimu saat ini?”
Aisyah terdiam, lama ia berpikir sampai akhirnya anggukan terlihat.
“Kenapa kamu bisa jatuh cinta dengannya yang bahkan mengkhianatimu?” tanya Salsa lagi.
“Aku dapat melihat ketulusannya, Sa. Keseriusannya selama ini. Meski belum bisa percaya sepenuhnya. Dia berjanji akan membuktikan semuanya kalau anak yang dikandung Laura bukan anaknya.”
“Dengan cara kamu belajar ikhlas Fahri menikahi Laura? Syah, ini konsekuensinya, kamu sendiri kan yang meminta Fahri untuk melakukan itu? Jadi tidak salah kalau kamu melihat mereka bersama.”
Aisyah tertegun, benar apa yang dikatakan Salsa. Ia menatap Salsa dengan dalam.
“Mulut memang bisa berbohong, tapi hati? Hati akan lebih peka dengan apa yang kita rasakan. Kalau kamu yakin dengan ketulusan Fahri, seharusnya kamu juga yakin kalau dia melakukan itu semata-mata karenamu. Aku tau kamu dilema. Tapi coba ingat lagi, kamu meminta Fahri untuk bertanggung jawab, kan? Yang sudah dengan jelas ia menolak, tapi karenamu dia melakukan itu. Jadi jika hatimu merasa sakit, itu adalah hal yang wajar, tapi itulah konsekuensinya,” jelas Salsa memberi nasehat.
Aisyah terdiam mencerna ucapan sahabatnya itu. Ia pun menghapus bekas bendungan di pelupuk yang masih tersisa dengan punggung tangan. Menghirup udara sebanyak-banyaknya. Kemudian membuangnya dari mulut.
“Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?” tanya Aisyah.
Salsa mengembuskan napasnya. “Belajar menerima dengan apa yang sudah kamu putuskan. Aku yakin semua akan kembali seperti dulu. Kalau kamu percaya Fahri bisa membuktikannya, kamu yang memberikannya kesempatan, maka kamu harus menunggunya. Dan harus siap dengan hasil akhirnya.”
Aisyah masih termenung, hatinya memang tak sekuat apa yang ia inginkan. Mencintai sepertinya memang seperti ini, akan ada saatnya jatuh ke dalam jurang yang tak terjangkau yang dinamakan sakit hati. Itulah jatuh cinta. Sama seperti perasaannya dulu kepada Raihan, ia bahkan jatuh lebih dulu sebelum cintanya bersemi. Namun kenapa tidak sesakit saat ini? Rmbusan napas terdengar kembali dari mulut Aisyah.
“Kamu benar, Sa. Seharusnya aku happy-happy aja, ‘kan? Harus bisa menerima risiko dengan apa yang sudah aku putuskan. Rasanya aku tak ingin memikirkan hal ini lagi. Biarkan semuanya berjalan seperti apa adanya.”