“Aku juga mencintaimu, Mas,” ucap Aisyah membuat Fahri tersenyum lebar dan langsung memeluknya.
Tak lama polisi pun datang, bersamaan dengan sadarnya Laura. Laura mengusap-usap matanya, menatap bingung ke arah semua orang yang ada di sana. Seketika pandangannya menatap Aisyah dan Fahri yang berpelukan, tanpa diketahui ia langsung turun dari tempat tidur namun sebuah tangan menahannya.
“Mau apa kamu?” cegah Fanny membuat pelukan Aisyah dan Fahri melonggar.
“Aku mau memisahkan mereka, Fahri gak boleh dengan wanita itu!”
Akhirnya sebuah tamparan keras mendarat di pipi putih Laura, begitu tampak bercak tangan Fanny di sana. Tubuh Laura terdorong ke belakang, ia memegangi pipi kanannya yang terasa panas.
“Pak, tangkap perempuan ini! Dia sudah menipu keluarga saya, masukkan dia ke penjara!” tegas Fanny membuat kedua polisi yang sudah dipanggil langsung bergerak ke arah Laura.
“Tidak! Atas dasar apa kalian menangkapku!” bela Laura memundurkan langkahnya. “Fahri harus bertanggung jawab!” imbuhnya lagi.
“Apa yang harus kupertanggungjawabkan? Semua dramamu sudah berakhir, Laura!” tukas Fahri.
“Gak! Fahri! Kamu harus menikahiku, ini anak kamu! Anak kita,” rengek Laura tak karuan sambil memegang perutnya. Hal itu membuat Fahri tertawa.
“Anak? Bahkan kamu hamil saja tidak! Sudah cukup dunia khayalanmu, semua orang di sini tau kamu itu tidak hamil!”
Laura histeris saat menyadari di mana ia sekarang. Menggeleng kepala dan terus menolak sat Fanny meminta petugas polisi untuk segera menangkapnya. Dengan paksa petugas polisi itu membawa Laura keluar dari ruangan yang terus meneriaki Fahri. Sepertinya Laura terlalu terobsesi dengan Fahri. Suara embusan napas pun terdengar dari semuanya.
“Baikalah, ayo kita pulang saja. Semua masalah sudah berakhir, Bunda berharap tidak akan ada lagi yang mengganggu kalian,” ucap Fatimah dengan lembut sambil mengelus pipi kanan Aisyah. Aisyah mengangguk tersenyum, dalam hati ia mengucapkan kata, amin.
Akhirnya mereka semua, memutuskan untuk pulang meninggalkan rumah sakit. Tak lupa Fahri mengucapkan terima kasih banyak pada Galih yang telah membantunya. Begitu pun para orang tua, mereka saling meminta maaf dan memaafkan. Karena kesalahpahaman ini membuat hubungan kedua keluarga itu sempat berseteru. Raihan dan Salsa juga memeluk Aisyah dengan bahagia.
☘☘☘
Cahaya bulang menerangi alam semesta, semilir angin berembus menerpa wajah. Terasa dingin dan sejuk. Aisyah kini kembali ke rumahnya dan Fahri, duduk di balkon menatap sang bulan yang begitu terang. Sepertinya ia sangat merindukan rumah yang beberapa hari ini ia tinggalkan.
Aisyah mengusap kedua pundaknya karena angin cukup menusuk pori-pori kulit, meski sudah memakai baju lengan panjang. Tiba-tiba tangan kekar mendekap tubuhnya, hangat. Aisyah yang mengetahui pelakunya hanya tersenyum, pandangannya masih setia menatap yang ada di hadapannya.
Fahri sang pelaku tersebut menenggelamkan kepalanya di leher Aisyah, menghirup dalam aroma tubuh istrinya yang sangat ia rindukan. Mendekap tubuh mungil itu dengan erat seakan tak ingin lagi kehilangan. Hal itu membuat tubuh Aisyah meremang, ia merasa gugup dengan perlakuan Fahri saat ini. Namun ia mencoba untuk tetap tenang.
“Apa kamu sudah bisa percaya sepenuhnya denganku?” ucap Fahri dengan suara beratnya tepat di telinga Aisyah. Hal itu membuat Aisyah sedikit menggeliat.
“Iya, Aisyah percaya sama Mas. Jadi tolong jaga kepercayaan Aisyah ini,” jawab Aisyah yang membalikkan tubuhnya tanpa melepas dekapan Fahri.