Hari demi hari, rumah tangga Aisyah dan Fahri semakin harmonis. Rasa cinta Aisyah pada Fahri semakin besar. Tak henti-hentinya ia bersyukur pada Tuhan atas rasa cinta yang ia punya untuk Fahri. Menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik. Aisyah selalu mengingat perkataan Fatimah, saat ia belum mengubah statusnya.
‘Fondasi rumah tangga itu adalah saling memberikan kepercayaan terhadap pasangan. Tidak perlu khawatir, dengan sendirinya kepercayaan itu akan mengalir. Jadi jika pasangan kita mengingkari atau berkhianat, dirinya sendirilah yang akan lebih menyesal karena tidak bisa menjaga kepercayaan itu. Sangat yakin rasa bersalah akan terus menghantuinya.’
Aisyah yang kini sedang duduk di depan meja rias, menatap dirinya yang menyisir rambut sambil tersenyum kala mengingat semua wejangan dari Fatimah.
Fahri yang baru saja keluar dari kamar mandi pun menghampiri, melihat istrinya yang tersenyum dengan bahagia. Ia pun memeluk Aisyah dari belakang, hingga membuat Aisyah sedikit terkejut. Namun setelahnya mereka sama-sama melempar senyuman.
“Ada apa? Sepertinya terlihat bahagia sekali,” tanya Fahri yang kini menumpukan dagunya pada bahu Aisyah.
“Iya, Aisyah memang lagi bahagia, Mas.”
Fahri pun memindahkan posisinya duduk di sebelah Aisyah dan menarik tubuh Aisyah untuk masuk ke dekapannya. Fahri pun mengusap-usap rambut Aisyah dengan lembut, sesekali ia mencium kening Aisyah. Aisyah begitu nyaman bersandar pada dada bidang Fahri yang tak tertutup apa-apa.
“Apa pun yang membuatmu bahagia, Mas juga akan bahagia.”
“Aisyah bahagia karena Mas Fahri,” ucap Aisyah dengan manja, membalas pelukan Fahri semakin erat. Membuat Fahri melebarkan senyumannya.
Aisyah mendongak, manik cokelatnya berhadapan dengan rahang tegas milik Fahri yang telah ditumbuhi bulu-bulu halus di sekitarnya.
“Mas.”
Panggilan Aisyah membuat Fahri langsung menatapnya. Fahri menjawab dengan deheman sebagai ganti dari kalimat ‘Ada apa?’.
“Mas bahagia, ‘kan sama Aisyah?”
“Tentu saja. Pertanyaan macam apa itu?”
Aisyah pun tertawa pelan. Kemudian kembali terdiam, membuat Fahri mengerutkan kening.
“Aisyah berharap, Mas bisa menjaga kepercayaan Aisyah,” ucap Aisyah dengan wajah serius.
Fahri pun tersenyum, ia memandang lekat manik cokelat di hadapannya ini. Kemudian kembali mencium kening Aisyah cukup lama hingga Aisyah dapat merasakan kehangatan yang menjalar.
“Mas akan selalu jaga kepercayaan itu, yang penting kamu percaya kalau Mas begitu mencintaimu.”