Setelah pemberitahuan kehamilan Aisyah, Fahri menjadi sosok yang sedikit posesif. Tak jarang Fahri begitu memanjakan Aisyah. Kini Aisyah pun dilarang untuk melakukan pekerjaan rumah yang berat-berat, karena dokter memberitahu jika Aisyah jangan sampai kelelahan selama mengandung. Apa lagi kini kehamilan Aisyah masih di trimester pertama, sangat rentan jika sang ibu terlalu lelah.
Fahri pun kerap memanggil pekerja rumah tangga yang akan datang seminggu tiga kali ke rumah, untuk menggantikan tugas Aisyah sementara. Karena selama ini Aisyah tak mau menggunakan jasa pembantu, ia lebih suka mengerjakan semuanya sendiri. Jika Aisyah diketahui mengerjakan hal-hal yang melelahkan, maka Fahri akan memberikannya siraman rohani sepanjang jalan kenangan.
Kini jam di dinding menunjukkan angka satu dini hari. Aisyah terusik dalam tidurnya, ia beberapa kali mengubah posisi tidurnya. Namun tetap saja masih merasa gelisah. Aisyah pun mengubah posisinya menjadi duduk di atas tempat tidur.
“Nak, kamu mau sesuatu, ya?” sambil mengelus-elus perutnya yang masih terlihat rata.
“Sama, Mami juga ingin makan kue cupcake,” keluhnya lagi.
Aisyah pun beberapa kali menelan ludahnya. Apa lagi saat dirinya menyebutkan kue tersebut. Dilihatnya Fahri begitu lelap, tak tega jika harus membangunkannya. Embusan napas pun terdengar kembali.
“Kenapa rasanya ingin sekali makan kue buatan Mas Fahri.”
Masih di posisi yang sama, Aisyah begitu enggan melanjutkan tidurnya. Tiba-tiba Fahri terbangun, ia pun meraih tangan Aisyah.
“Sayang, kenapa duduk? Sini, tidur lagi,” ajak Fahri dengan menarik lengan Aisyah.
Namun Aisyah bergeming, membuat Fahri terheran-heran. Ia pun ikut bangun dan kini posisinya sama-sama duduk
“Ada apa?” tanya Fahri dengan lembut.
“Mas, Aisyah ingin makan kue cupcake.”
Embusan napas pun terdengar. Kemudian Fahri pun menjawab, “Baiklah besok kita beli di tokomu. Sekarang ayo tidur,” ajaknya kembali.
“Aisyah maunya sekarang ...,” rengek Aisyah dengan manja.
Fahri pun melirik jam di atas nakas, cukup terkejut ternyata ini adalah dini hari.
“Sayang ini sudah malam, besok saja, ya ... atau kalau mau kamu berikan kunci toko, aku akan mengambilnya ke sana, bagaimana?” tawar Fahri.
“Aisyah gak mau kue yang di toko, Mas.”
“Lalu?”
“Aisyah mau Mas yang buatkan untuk Aisyah dan si baby,” ucap Aisyah sambil tersenyum lebar menatap Fahri.
Fahri begitu terkejut dengan permintaan Aisyah. Ia menatap Aisyah tak percaya.
“Ayolah, Mas. Duh ... Aisyah ingin sekali di makan kue cupcake yang isinya cokelat lumer, emmh ... sepertinya sangat enak,” ucap Aisyah sambil membayangkan dirinya melahap kue tersebut, betapa nikmatnya bayangan itu, hingga ia menelan ludahnya sendiri.
“Besok, deh, Mas buatkan. Sekarang sudah malam banget, Syah. Mending istirahat dulu, ya ...,” bujuk Fahri lagi.