CUPU BRO

Ismaul lutfia
Chapter #2

Setajam Perhatian #2

Hari-hari taiada yang lebih Indah selain malam hari, kesunyian menjadi ciri khas, dingin nya saputan angin menjadi kenangan dalam penantian, gemerlap Bintang mewakili keindahan yang selalu dinantikan dan Bulan menjadi saksi kesakitan akan kepergian orang yang ia sayang. Merenungi masa memutus asa membuat ia melampiaskan rasa dalam jalur sepi sepanjang jalan berdiri menyoraki menanti-nanti garis putih putih hingga kain melambai-lambai akan kemenangan. Sedikit terkejut melihat tawaran amat amatir menurut laki-laki dalam kuda besi sedikit engan menuruti lawan didepan mata namun apa daya hati bergerak mengiyakan tawaran lawan. 

Deruman masing-masing kendaraan membuat bising telinga sedikitpun tidak membuat kerumunan sepanjang jalanan yang mereka kuasai memaki suara kenalpot bermacam-macam tidak kenal usia mereka sling sorak menyoraki jagoan masing-masing hingga sorak semakin riuh ketiga pedal gas dari baris motor saling berlomba-lomba untuk jadi urutan yang pertama. Ketika itu pula getar getir sosok gadis yang masih terbilang di bawah umur melihat adegan yang tidak dianjurkan untul seusianya. Dengan paksaan ia singah di lorong gang tikus karena sebuah ancaman membuat ia mengikuti hingga ia singah ditengah-tengah kerumunan berdominan cowok menakutkan untuk mendapatkan nya sebagai taruhan, ingin sekali mulut memaki namun apa daya itu semua Azura lakukan dalam hati. 

"Demi apa menang cuma dapet tuh cewek ?" ucap cowok di depan mata Azura congkak membuat Azura kesal sendiri.

"Udah sana lo bocah." Dorongan keras dari arah belakang membuat Azura tersungkur. 

"Bisa alus dikit gak sih lo Dim sama cewek," kata Rahsya menatap iba Azura merintih karena luka lututnya tergores aspal. "Alah ambil ntuh cewek gak butuh gua kali aja lo butuh," cibir Dimas menatap rendah adik kecil ya. 

"jadi gini sosok Dimas pada perempuan, gak punya hati baru tau Aisyah lebih milih gua ketimbang Lo," sahut Putra membuat kedua sahabatnya melongo mendengar ocehan sosok Putra yang telah lama tidak pernah ia dengar setelah kejadian itu, mata elang yang mampu membuat wanita di luar sana terpesona kini menatap remeh Dimas sudah terlihat emosi. Pandangan Putra menelisik lebih jauh gadis masih setia menunduk mungkin tidak ada niatan untuk bangkit ia lebih memilih diam dengan lutut mengeluarkan darah segar. Seketika Akmal berlutut sekedar melihat keadaan lutut gadis itu, butiran bening menetes tepat di lukanya membuat Akmal menarik tangan Putra paksa membuat sang pemilik kelimpungan jatuh didepan luka gadis itu. 

"Lo—" Dengan perlahan kepala yang sudah tertunduk cukup lama kini ia melihat sumber suara yang pernah ia kagumi secara tiba tiba.

Seulas senyum tercetak manis dengan lesung pipi membut Akmal berdecak hebat atas karya Tuhan begitu amat sempurna terpampang jelas didepan mata. Kerutan dahi Putra mulai tampak, melihatkan wajah yang entahlah sungguh sulit untuk dipahami, mata tajam kini mulai redup namun tidak menghilangkan mata elang miliknya, rahang kian mengeras namun tidak ada amarah dalam pahatan nyaris sempurna, hidung mancung itu melampiaskan kembusan beraturan namun tidak menghilangkan rasa kesalnya. Seketika lembut halus menerpa gerutan kecil didahinya membuat ia menatap gadis di depannya intens satu detik dua detik membuat Rahsya dan yang lain di buat gemas sendiri melihat adegan itu. 

Tubuh serasa melayang luka itu terasa kembali seketika ia menenggelamkan kepalanya dalam dada bidang cowok didepannya, hal yang langka terjadi Putra membopong cewek. Membuat riuh tempat kejadian sekian lamanya hening terjadi. Tanpa sadar sosok perempuan menatap tajam Dimas membuat Dimas meringis ngeri melihatnya. 

"Mal Mobil," seru Putra membut Akmal mendegus mendengar ucapan temannya teramat irit. 

Tanpa pikir panjang Akmal melempar kunci mobilnya. Dengan sigap ia menerima lemparan kunci membuat ia lupa akan sesuatu dan, "awh..."rintih Azura tepat ia berada di bawah sang cowok yang dengan tega melepas dirinya begitu saja, hingga tawa di arena membuat ia memerah malu. 

"Sakit?" tanya Putra pada Azura yang tengah menahan malu.

"Tauh ah," ketus Azura menerbitkan senyum lama setelah kejadian yang tidak bisa ia terima. Azura terpanah dengan senyum Indah depan mata dari kejadian tak terduga hingga kekaguman terhadap cowok di depan nya bertambah menggila. 

☼☼☼☼►◄☼☼☼☼

Deskripsi terhebat akan fantasi kini terjadi, doa hari sebelumnya terkabul menatap Indah cipta Sang maha Karya. Hembusan nafas terdengar lelah, hening tiada suara terlalu senyap membuat Azura kesal bercampur senang, kesal karena tidak ada obrolan singkat yang pernah ia harapkan namun segera ia enyahkan karena tidak akan pernah terwujudkan. Terkesan senang yang dirasa karena bisa bertemu kembali dengan orang yang ia kagumi dan kini bertambah satu tingkat menjadi suka tahap selanjutnya cinta. 

"Kak makasih ya," cetus Azura dari kata yang sudah ia rangkai hanya kata terima lasih terpilih untuk memecah keheningan.

Lihat selengkapnya