Curhat Cinta Istana

Shabrina Farha Nisa
Chapter #5

Sama Sekali Bukan Salahmu

Digantungin atau Di-ghosting - Sakit Tak Berdarah, Bangkit Tak Terduga

(Suara jingle podcast yang sama, lembut, inspiratif, kali ini mungkin dengan sedikit sentuhan melankolis di awal namun berubah menjadi lebih tegar, lalu fade out)

Nisa: Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, teman-teman Istana Hati di manapun berada. Selamat datang kembali. Saya, Nisa Farha…

Reza: …dan saya, Reza Satria. Di episode lalu kita sudah bicara soal pentingnya berani bilang ‘tidak’ pada tekanan teman sebaya ya. Menjaga prinsip itu keren! Nah, Bu, hari ini kita mau bahas fenomena lain yang juga sering bikin anak muda (dan kadang yang nggak muda lagi juga sih!) galau tingkat dewa nih.

Nisa: Apa itu, Pak?

Reza: Fenomena ditinggal pas lagi sayang-sayangnya… tapi ditinggalnya tanpa pamit! Menghilang begitu saja bagai ditelan bumi. Istilah kerennya: di-ghosting. Atau yang mirip-mirip, digantungin tanpa kejelasan status. Rasanya itu… sakit tapi tak berdarah, bikin bingung tujuh keliling!

Nisa: (Menghela napas pelan) Ah iya… ghosting. Perilaku yang sayangnya semakin sering kita dengar di era komunikasi digital yang serba cepat ini ya. Mudah sekali rasanya untuk ‘menghilang’ hanya dengan menekan tombol blokir atau mengabaikan pesan. Tapi dampaknya bagi orang yang ditinggalkan bisa sangat menyakitkan dan merusak kepercayaan diri. Ini bukan masalah sepele, teman-teman.

Reza: Betul. Karena ini bukan cuma soal kehilangan kontak, tapi juga soal kehilangan kejelasan, kehilangan rasa hormat, dan seringkali meninggalkan korban dengan pertanyaan besar: “Apa salahku?”. Nah, keresahan ini tergambar jelas dalam curahan hati ‘Bimo’, 18 tahun. Silakan, Bu Presiden, dibacakan.

(Suara Nisa membaca surel dengan nada penuh empati dan kelembutan)

Nisa (membaca): "Pak Reza, Bu Nisa, saya harap bisa dapat pencerahan. Beberapa bulan lalu saya dekat sekali dengan seorang perempuan, sebut saja 'Maya'. Kami chat tiap hari, sering jalan bareng, rasanya sudah seperti pacaran saja meskipun belum ada status resmi. Dia bilang nyaman sama saya, saya juga merasa begitu. Tapi tiba-tiba, sekitar dua minggu lalu, dia menghilang begitu saja. Chat saya tidak dibalas, telepon tidak diangkat, bahkan di media sosial dia seperti tidak aktif. Saya bingung sekali, Pak, Bu. Apa salah saya? Apakah saya melakukan sesuatu yang menyinggungnya? Rasanya sakit sekali ditinggalkan tanpa penjelasan begini. Saya jadi kepikiran terus, jadi nggak fokus belajar, dan merasa... nggak berharga. Apa yang harus saya lakukan?"

(Hening sejenak, terdengar Reza menarik napas dalam)

Reza: Bimo… aduh, Bro. Rasanya pasti campur aduk banget ya. Bingung, kaget, marah, sedih, kecewa… semua jadi satu. Ditinggalkan begitu saja tanpa sepatah kata penjelasan itu memang rasanya seperti lagi terbang tinggi terus dijatuhkan ke jurang tanpa parasut. Sakitnya, bingungnya, apalagi sampai merasa ‘tidak berharga’… itu semua perasaan yang sangat nyata dan sangat valid. Kami ikut merasakan kepedihanmu.

Nisa: Betul sekali. Dan dengarkan kami baik-baik ya, Bimo, dan semua teman Istana Hati yang pernah mengalami hal serupa: Perilaku ghosting itu SAMA SEKALI BUKAN SALAHMU. Ulangi lagi: BUKAN SALAHMU. Jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri atas ketidakmampuan orang lain untuk bersikap dewasa dan bertanggung jawab.

Reza: Tepat! Perilaku ghosting itu jauh lebih mencerminkan karakter si pelaku, Bimo, bukan cerminan nilai dirimu. Mungkin dia tidak punya keberanian untuk menghadapi konfrontasi? Mungkin dia tidak tahu cara mengakhiri hubungan dengan baik? Mungkin dia punya masalah pribadi lain? Mungkin dia pengecut? Kita tidak akan pernah tahu pasti alasannya, dan jujur saja, mencari tahu alasannya dari orang yang sudah memilih menghilang itu seringkali sia-sia dan hanya menambah luka.

Lihat selengkapnya