Di perpustakaan Kota Night Mute.
“Miss Hillard, di mana kau?” Panggil James Woodward. “Miss Hillard …!”
“A-aku di sini, Mr. Woodward.” Madison Hillard berjalan menghampiri boss-nya itu. “Maaf, saat ini saya sedang mengatur buku di bagian fiksi. Baru saja sekumpulan ada sekumpulan remaja yang mengembalikannya dan ….”
“Kerjamu terlalu lama Miss Hillard.” Omel pria berusia lima puluh tahunan itu. “Kita berdua adalah satu-satunya yang bertugas di perpustakaan kali ini. Aku membutuhkan bantuanmu, karena aku tidak mungkin bisa mengerjakan semuanya sendiri, apa kau mengerti?”
“Mengerti, Sir.” Dengan lemas Madison Hillard menundukkan wajahnya.
Kau sendiri tidak mau membantuku.
Madison Hillard mengeluh sambil menghembuskan napas panjang.
“Sekarang, tolong bantu aku.” James Woodward meneruskan ucapannya. “Tolong bawakan klipingan berita lokal mengenai serangan hewan selama dua puluh terakhir ini ke mejaku. Khususnya serangan serigala. Officer Baptiste yang memintanya, Mengerti?”
“Apa yang terjadi, Sir?” Madison merasa penasaran. “Apa ada penduduk kota ini yang menjadi korban.”
“Ya.” Jawab Mr. Woodward. “Korbannya adalah Mr. Derrikson dan Miss Olsen.”
“Heather Olsen?!” Madison tidak percaya akan apa yang didengarnya. “Dulu kami pernah satu sekolah.”
“Tentu saja kalian pernah satu sekolah.” Tukas James. “Kota menyedihkan ini Cuma punya satu High School. Sekarang cepat ambilkan bundelan berita itu.”
“Y-ya, Sir.”
Madison Hillard bergegas menuju ke meja tugasnya. Di sana ia langsung memeriksa berita serangan hewan yang sudah tersusun rapih di dalam komputernya.
“Astaga …!” Gumamnya saat membaca index. “Selama dua puluh tahun terakhir ini ada lebih dari lima puluh serangan dan sepuluh di antaranya berakibat fatal.”
Madison langsung menge-print indeks itu dan kemudian membawanya ke ruang arsip.
“Coba kulihat.” Gadis muda berkaca mata itu membaca data. “Tanggal 25 Oktober 1999 dan 31 Oktober 1999… Mana ya berita bulan Oktober 1999? Oh, itu dia. Kemudian …, 13 Januari 2001. Di mana sih …? Ah sial!”
Madison mengumpat saat bundelan berita yang dicarinya berada di rak yang paling atas. Gadis berkacamata itu mengambil tangga dan kemudian menaikinya. Dalam hati, Madison sebenarnya takut ketinggian, sehingga ia tidak berani menaiki tangga hingga ke batas yang memungkinkannya untuk mengambil bundelan berita itu dengan mudah.
“Aaahhh …, hampir …." Madison Hillard berusaha meraih bundelan yang diinginkannya. “Gagal! Haruskah aku naik setapak lagi?”
Madison Hillard menelan ludah, sebelum dengan gemetar ia menaiki tangga hingga ke batas yang membuatnya takut. Dan kemudian, hal itu pujn terjadi. Kakinya yang gemetar membuatnya kehilangan keseimbangan sehingga jatuh ke bawah. Dengan pasrah, gadis itu memejamkan matanya. Namun, tidak sangka. Tepat sebelum tubuhnya menyentuh lantai, ada seseorang yang menahan jatuhnya.
“Aduh …!” Suara seorang pria muda terdengar saat ia terjatuh dan tertimpa tubuh Madison Hillard.
“M-maafkan aku.” Madison Hillard segera bangkit. “Apa anda baik-baik saja.”
“A-aku baik-baik saja.” Pria muda itu bangkit dari lantai. “Bagaimana dengan anda sendiri, Miss[1]? Apa Anda baik-baik saja?”
“Aku baik-baik saja.” Madison berkata sambil memperhatikan rupa penolongnya.
Pria itu berwajah tampan dengan raut wajah serius. Rambutnya yang pirang terlihat sedikit berantakan. Sementara itu, tubuhnya terlihat ramping dan kulitnya sedikit pucat.
“Miss, apa anda baik-baik saja?” Suara pria itu membuyarkan lamunan Madison. “Apa perlu kita ke rumah sakit?”
“A-aku baik-baik saja. Uhm …, terima kasih.”
“Lalu kenapa kau masih melongo seperti itu?”
“Maaf, hanya saja aku tidak pernah melihatmu sebelumnya?” Tanya Madison sambil membetulkan letak kacamatanya yang melorot.
“Aku baru datang ke kota ini kemarin.” Pria muda itu menjelaskan. “Perkenalkan, namaku Willem Denier. Saat ini aku tinggal di rumah keluarga Craft .”
“Maksudmu, rumah besar yang di atas bukit itu?”
“Benar sekali.”
“Rumah itu sudah lama terbengkalai.” Madison berkata sambil kembali naik ke atas tangga. “Apa listrik dan airnya masih menyala?”
“Sayangnya tidak.” Willem memperhatikan Madison yang kembali berusaha mengambil bundelan koran. “Apa ada yang bisa kubantu?”
“Maaf, aku sangat takut ketinggian.” Gadis cantik berkacamata itu berkata. “Bisakah kau ambil bundelan koran bersampul hijau tertanggal Januari 2001 itu?”
“Yang ini?”
“Benar.”
“Ini.” Willem menyerahkan bundelan koran yang dimaksud.
“Terima kasih. Omong-omong, Namaku Madison Hillard. Saya adalah petugas perpustakaan hari ini. Dan…” Madison mengedipkan matanya. “Aku ini belum menikah. Apa ada yang bisa kubantu? Kedatanganmu pasti mencari sesuatu, ‘kan.”
“Itu benar, Miss.” Sambil menatap Madison dalam-dalam dengan matanya yang biru, Willem berkata. “Aku ingin tahu, apakah perpustakaan ini punya buku yang membahas tentang witchcraft[2]?”
“Witchcraft?” Madison mengerutkan keningnya. “Dari tinjauan ilmiah ataukah mistik.”
“Bagaimana kalau keduanya?”
“Kalau begitu, bagaimana kalau kau menunggu di meja baca sementara aku mengambilkannya untukmu.”
“Terima kasih.” Sambil berkata dengan sopan, Willem membalikkan tubuhnya dan keluar dari ruang arsip.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya Madison kembali sambil membawa, buku-buku yang Willem inginkan dalam gerobak dorong.
“Astaga, sebanyak itu?” Willem membelalakkan matanya saat melihat tumpukan buku yang di bawa Madison.
“Aku juga tidak tahu ternyata kami punya sebanyak ini.” Madison berkata sambil menaruh tiga buah buku di atas meja. “Sebaiknya tiga buah buku ini yang kau baca pertama kali dari tinjauan mistis. Dan yang empat buah ini dari tinjauan ilmiah. Sedang sisanya…”
Madison berkata sambil melihat lebih dari dua puluh buku yang masih tersisa dalam kereta dorongnya.
“Kita berharap saja, kau sudah menemukan apa yang kau cari dari ketujuh buku ini.” Madison tertawa. “Oh, kau boleh membaca ini kalau kau mau. Ini adalah kisah penyihir lokal yang sangat terkenal di kota ini?”
“The Tale of Isabelle Herlocker.” Willem membaca sampul buku. “Di masa lalu, keluargaku terlibat dengan perempuan ini, ‘kan?”
“Keluargamu terlibat? T-tunggu, apa ini berarti kau keturunan keluarga Craft?” Terkejut Madison berkata.
“Dari pihak ibuku.”