“Steve, bagaimana menurutmu?” Tanya Jean Baptiste sambil berjongkok di depan serpihan tubuh yang berserakan di teras keluarga McCabe. “Hal gila macam apa yang mampu menyebabkan tubuh manusia hancur berserakan seperti ini?”
Dr. Steven Hyun menggelengkan kepalanya. Wajahnya terlihat muram. Sang dokter masih teringat pada ucapan putrinya Grace tadi pagi.
“Steve, apa kau dengar ucapanku?” Tanya Jean Baptiste. "Hei, kau melamun ya? Kau tidak apa-apa?"
“Aku baik-baik saja.” Dr. Steven Hyun menggelengkan kepalanya. “Siapa yang pertama kali datang ke lokasi kejadian?”
“Dudley, si pengantar susu.” Jawab Jean. “Orang itu sampai muntah-muntah saat melihatnya.”
“Setelah aku mengambil sampel, langsung saja bersihkan.” Ujar Dr. Steven Hyun. “Omong-omong, bisakah kau menduga serpihan tubuh siapa ini.”
Jean Baptiste mengangkat bahunya.
“Kau pikir kenapa aku memanggilmu kemari?” Jean Baptiste berkata sambil menatap kereta dorong yang membawa kantung jenazah Debra McCabe melintas di depannya.
“Coba kau tanyakan Mr. Weary.” Ujar Steven. “Pastikan apa anaknya, Jason saat ini ada di rumah atau tidak.”
“Kau menduga tubuh ini adalah Jason Weary?” Jean Baptiste mengerutkan keningnya. “Kenapa kau berpikir begitu?”
“Karena Jason dan Debra berpacaran.” Jawab Steven Hyun. “Mudah ditebak, saat orang tuanya tidak ada di rumah, Debra McCabe mengundang Jason Weary ke rumahnya.”
“Mereka bukan saja tidak ada di rumah.” Jean Baptiste mengusap keringat dingin dari dahinya.
“Apa maksudmu?”
“Ada patroli yang menemukan mobil yang ditumpangi pasangan McCabe terparkir di tengah jalan dalam kondisi pintu dan kap mesin terbuka.” Jean Baptiste berkata. “Beberapa puluh meter dari tempat itu, tergeletak sisa-sisa tubuh pasangan McCabe yang tercabik-cabik.”
“Apa kau yakin?” Steven Hyun bangkit dari jongkoknya.
“Sangat yakin.” Jean berkata sambil menganggukan kepalanya. “Kepala mereka yang terpenggal masih bisa dikenali.”
“Menurutmu, apa yang menyebabkan kematiannya?”
“Sekali lagi, itu tugasmu, Steve. Aku pikir kau bisa membantuku untuk itu.” Jean menunjuk ke arah Steven Hyun. “Menurut Samuel Corget, kondisi korban yang seperti itu kemungkinan besar disebabkan oleh kawanan serigala.”
“Konyol.” Dr. Steven Hyun mendesah. “Apa yang menyebabkan pasangan McCabe memarkir mobilnya begitu saja di tepi jalan? Apa mati mesin?”
“Tadi ada yang mencoba menyalakannya.” Jean Baptiste mengerutkan keningnya. “Kondisi mobilnya baik-baik saja tanpa adanya kerusakan. Aneh bukan?”
Seolah berkata pada dirinya sendiri, Dr. Steven Hyun bergumam, “Memang sangat aneh.”
Kemudian Dr. Steven Hyun mengalihkan padangannya pada teras rumah keluarga McCabe yang banjir oleh darah.
“Lebih baik secepat mungkin kita pastikan apakah serpihan tubuh itu benar milik Jason Weary atau bukan.” Gumam Steven Hyun pada dirinya sendiri. “Kalau memang benar itu adalah Jason Weary, berarti .…”
Steven Hyun tidak bisa mempercayai pemikirannya sendiri.
Besar kemungkinan, putriku Grace terlibat dalam kasus pembunuhan ini.
*****
Kring …, kring .…
Willem Denier meraih smartphone-nya yang tergeletak di sisi tempat tidur.
“Hallo .…”
“Will, sampai kapan kau mau tidur?” Tukas Lydie sebal. “Cepatlah ke perpustakaan.”
Willem melihat ke arah jam tangannya. Rupanya jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang.
“Tidak perlu tergesa-gesa, 'kan.” Ujar Will sambil kembali merebahkan kepalanya di atas bantal. “Aku masih ngantuk.”
“Will, dengar.” Ujar Lydie dengan tidak sabar. “Semalam ada korban lagi yang jatuh.”
“Maksudmu?”
“Semalam ada empat orang yang terbunuh.” Lydie menjelaskan. “Keempatnya tercabik-cabik oleh binatang buas.”
“Sial…!”
“Will…?” Lydie berkata lirih. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“Tunggu aku.” Willem bangkit dari tempat tidurnya. “Aku akan datang secepatnya.”
Sementara itu di Night Mute Public High School.
Di dalam kantin terlihat Lance Goodman tengah duduk dengan gelisah. Di hadapannya tergeletak beef burger dan frenchfries yang masih belum di sentuhnya. Ekspresi wajahnya sedikit cerah ketika ia melihat sahabatnya Kerrie Kendall berjalan memasuki kantin sambil meleletkan lidah di bibirnya yang tersenyum.
“Sudah kau letakkan?” Tanya Lance dengan suara pelan.
Kerrie mengangguk seraya duduk di samping Lance.
“Aku diam-diam menyelipkan surat itu di dalam tasnya saat si sialan itu tengah jalan di koridor.” Kerrie tersenyum sambil melirik ke arah Grace Hyun. “Kalau memang dia terlibat, Grace pasti akan panik sekali.
“Memangnya apa yang kau tulis dalam surat itu.
“Biasa.” Kerrie tersenyum. “Kami tahu apa yang kau sudah lakukan terhadap Judy Greene, Julie Bowen, Jason Weary, serta Debra McCabe dan keluarganya. Temui kami di gudang peralatan pukul empat sore nanti, atau kami akan menghubungi polisi.
“Apa kau yakin, dia tidak akan mengenali tulisanmu?”
“Aku menulis surat itu dengan tangan kanan.” Biasanya gadis itu menulis dengan tangan kirinya alias kidal. “Tidak mungkin Grace bisa mengenali tulisanku. Sekarang pertanyaannya adalah, kita apakan perempuan sialan itu?”