Tanggal 31 Oktober, 6 jam 10 menit sebelum tengah malam.
“Hei, dari mana saja kalian?” Sambut Trey yang menunggu kedatangan Carver Craft dan Celia Hewitt di depan pintu. “Aku rasa tidak perlu memakan waktu selama ini untuk menjemputmu, ‘kan?”
“Maaf.” Carver melirik pada Celia sambil saling melempar senyum. “Ada sesuatu yang harus kami lakukan di rumah itu.”
“Apa itu?” tanya Trey ingin tahu.
"Aku tidak bisa memberitahumu.” Carver mengacak-acak rambut Trey sebelum masuk ke dalam perpustakaan.
“Kenapa dia jadi riang begitu?” Trey melihat Carver dengan penuh tanda tanya. Kemudian pemuda yang berpakaian serba hitam itu melirik pada Celia. “Apa kau tahu apa penyebabnya.”
“Maaf, aku tidak mau menjawabnya.” Celia mempercepat langkahnya dan meninggalkan Trey sendirian.
“Aku jadi curiga.” Trey mengerutkan dahinya. “Jangan-jangan …!”
Senyuman tersungging di wajahnya yang tampan.
Kemudian, di ruang rapat.
“Mr. Baptiste, sebagai pihak yang berwenang di kota ini, silahkan pimpin rapat kita.” Ujar Carver sambil mempersilahkan Jean Baptiste duduk di tengah.
“Maaf, Mr. Craft.” Jean Baptiste menolak dengan halus. “Aku sama sekali tidak kompeten dalam memimpin operasi ini, aku mempersilahkan anda yang mengambil alih.”
“Baiklah kalau begitu.” Carver Craft mengambil tempat di tengah. “Seperti yang telah kalian ketahui, kita akan mulai bergerak saat matahari tenggelam. Hal ini karena, target yang kita tuju, yaitu kuburan penyihir, baru bisa kita temukan ketika bumi terpapar cahaya bulan purnama.”
Carver bangkit dari duduknya dan kemudian menulis pada whiteboard dengan menggunakan spidol hitam.
“Hari ini, musim gugur tanggal 31 Oktober yang dikenal dengan nama All Hallow Eve atau Halloween, adalah malam yang istimewa.” Carver berkata sambil melingkari angka 31. “Malam ini adalah malam di mana para hantu dan monster bebas merdeka berkeliaran di antara manusia. Di mulai sejak matahari tenggelam, pukul 06.45 PM dan mengalami kekuatan puncaknya pada pukul 01.09 dinihari. Pada jam inilah, Isabelle Herlocker akan bangkit kembali dengan memanfaatkan tubuh Madison Hillard sebagai inangnya. Kemudian, Isabelle Herlocker memiliki waktu enam puluh enam menit dan enam detik untuk membuka gerbang kegelapan dan membawa masuk Guhaguul ke dunia kita. Jika sampai terjadi, aku takut, akan ada korban yang jatuh.”
“Lalu apa yang akan kita lakukan?” Tanya Jean Baptiste.
“Tentu saja mencegah kebangkitan Isabelle Herlocker.” Carver melirik pada Willem sebelum melanjutkan ucapannya. “Aku menyarankan kita langsung menembak mati Madison Hillard.”
Willem Denier menutup matanya.
“Willem.” Panggil Carver dengan nada datar namun tajam. “Apa kau sudah siap melakukannya.”
“Aku sudah siap, oke.” Willem mengangkat wajahnya. “Malah jika perlu, aku sendiri yang akan membunuhnya.”
“Aku akan menagih janjimu, Cousin[1]!” Carver kembali memandang yang lain. “Jika gagal dan Isabelle Herlocker berhasil bangkit, berarti kita akan menjalankan rencana kedua, yaitu, mencegah dibukanya gerbang kegelapan dan membunuh Isabelle Herlocker. Jika itu juga gagal, berarti kerjaanku hanya akan semakin bertambah. Jujur saja, aku belum pernah membunuh iblis atau dewa berhala sebelumnya. Ada kemungkinan kalau aku akan mati dalam menjalankan misi dan aku tidak menginginkan itu! Kalian mengerti!”
“Bagaimana dengan anak Dr. Hyun, Grace?” Tanya Jean Baptiste. “Dia masih anak di bawah umur dan juga...?”
“Bunuh dia!” Tukas Carver. “Dia telah membunuh banyak orang, termasuk ayahnya sendiri. Dia sudah bukan manusia dan tidak mungkin lagi diselamatkan.”
“Haruskah kau menggunakan kata-kata sekasar itu.” Protes Lydie.
“Oh, maafkan aku. Biar kuperbaiki.” Carver mendesah. “Jika kalian melihat Grace Hyun, kill that f…”
“Oke, Carver.” Celia memotong ucapan Carver dengan suara keras. “Kami sudah mengerti apa maksudmu.”
Celia menengok ke arah Lydie.
“Kumohon maafkan saudara jauhmu itu.” Celia tersenyum. “Terlalu lama berkecimpung dalam bisnis ini telah membuat otaknya sedikit rotten.”
Celia melirik pada Carver yang kikuk.
“Lydie masih di bawah umur, tolong jaga bahasamu.” Wanita muda cantik itu berkata dengan suara lembut.
“Maafkan aku, Miss.” Carver mengangkat topi koboi yang dikenakannya dan menaruhnya di depan dada. “Aku tidak akan mengulanginya lagi.”
“Tidak apa.” Dengan tulus Lydie berkata.
“Sekali lagi, terima kasih.” Kemudian Carver memandang yang lain. “Apa ada pertanyaan?”
“Siapa sajakah yang akan ikut menjalani misi ini?” Trey memandang pada James Woodward dan Lydie. “Tidak semuanya cukup tangguh untuk misi semacam ini, ‘kan?”
“Yang pasti ikut adalah aku, Mr. Baptiste dan Mr. Corget.” Carver berkata. “Bagi yang lain, kami tidak akan memaksa. Misi ini sangat berbahaya dan bisa membuat kalian terbunuh karenanya.”
“Aku ikut.” Willem bangkit dari duduknya. “Kebangkitan Isabelle berawal dariku dan juga karena kebodohanku. Aku bertanggung jawab untuk mengakhirinya.”
“Aku juga mau…” Lydie bangkit dari duduknya.
“Ditolak!” Tukas Carver. “Kau masih di bawah umur.”
“Bagaimana dengan aku.” Dengan takut-takut Trey mengangkat tangannya. “Aku ini…”
“Tugasmu adalah menjaga Miss Denier dan juga kota ini, Mr. Singh.” Carver berkata tanpa mengecilkan hati Trey “Jika kami gagal, kota ini pasti mendapat serangan hantu dan monster.”
“Baiklah kalau kau memaksa.” Trey menghembuskan napas lega.
“Apakah perlu kita mencari sukarelawan dari penduduk kota?” Sambil mengetuk-etukkan jarinya ke meja, Samuel Corget berkata. “Aku yakin kita memerlukan banyak bantuan.”
“Terlalu banyak orang malah akan semakin sulit dikendalikan sehingga semakin banyak yang jatuh jadi korban.” Carver menggelengkan kepalanya. “Kualitas jauh lebih penting dari kuantitas Mr. Corget.”
Sesaat kemudian ekspresi wajah Carver Craft berubah seakan baru teringat sesuatu.
“Oh, Mr. Baptiste.” Pria bertopi koboi itu menengokkan kepalanya ke arah Jean. “Sepeninggal anda nanti, siapa yang akan menangani keamanan di sini?”
“Kota ini memiliki beberapa Constable.” Jean Baptiste menjelaskan.
“Hari ini berlakukan jam malam.” Carver berkata. “Minta para penduduk kota untuk berkumpul dan menginap di satu tempat tanpa terkecuali, paling lambat pukul sebelas malam. Mengerti?”
“Aku akan memerintahkannya sekarang juga.” Jean Baptiste bangkit dari duduknya dan kemudian menelepon seseorang dengan smartphone sambil berjalan keluar ruangan.
“Carver, apa boleh aku ikut?” Tiba-tiba Celia Hewitt berkata. “Kau membutuhkan semua bantuan yang ada, iyakan?”
“Pengalaman bertarungmu masih rendah, Celia.” Carver menggelengkan kepalanya. “Maafkan aku. Tapi kau…”
“Apa kau lupa kalau aku pernah membunuh beberapa peri saat kita tengah di…”
“Kalau peri itu kita ibaratkan sebagai kecoak, maka Isabelle Herlocker adalah seekor ular derik.” Tukas Carver. “Pengalamanmu sama sekali tidak berguna. Maaf, aku tidak bisa mengambil resiko.”
Setelah mengatakan itu Carver Craft berjalan keluar ruangan.