“Oke, kita berangkat sekarang.” Mengenggam senapan Winchester-nya, Carver Craft memimpin jalan masuk hutan.
Sambil berjalan Willem Denier mencium aroma di udara. Di balik udara lembab, aroma pinus serta lumpur yang diciumnya, terdapat bau yang tidak bisa di kenalinya.
Malam ini terasa aneh. Penuh mistis serta pandangan mata yang dimanjakan oleh pemandangan yang tidak natural. Willem semakin merasakan bahwa hutan yang tengah dimasukinya ini berada di dunia nyata.
“Aku mengenal tempat ini.” Ujar Willem sambil memegang kepalanya. Seketika itu juga tubuhnya menjadi goyah. “Ini adalah hutan yang sama dengan yang pernah kulihat di alam mimpi. Jalan setapaknya. Setiap sudutnya. Bahkan letak bebatuan dan semak-semak. Semuanya sama. Bagaimana mungkin?”
“Mr. Denier, apa kau baik-baik saja?” Samuel Corget menghampiri Willem dan kemudian menopang tubuh pemuda berambut pirang itu agar tetap tegak berdiri. “Apa yang terjadi? Mr. Denier?!”
Samuel Corget menyorot cahaya senter ke mata Willem.
"Pupil matanya membesar seperti mabuk narkoba." Samuel Corget mendecakkan lidahnya. "Apa yang harus kita lakukan, Mr. Craft?"
“Mr. Corget, kita biarkan saja Willem istirahat di sini sebentar.” Ujar Carver sambil mencium-cium udara. Melihat jam tangannya. “Shit! Aku sama sekali tidak mengira.”
“Ada apa, Mr. Craft?” Tanya Jean Baptiste.
“Waktu kita ternyata tinggal sedikit.” Carver merapatkan gerahamnya dengan emosi. “Saat memasuki hutan, kita telah di bawah pengaruh sihir.”
“Apa maksudmu?!” Jean Baptiste semakin bingung.
“Anggap saja ucapan Willem tadi benar, kalau hutan ini adalah hutan yang sama seperti yang dia lihat di alam mimpi. Kau tahu kan kalau waktu yang kita jalani di dalam mimpi hanya sebentar. Walaupun kita merasa menjalaninya seharian atau berminggu-minggu, sebenarnya hanya beberapa menit saja. Nah, yang kita alami saat ini adalah sebaliknya. Sebenarnya kita sudah berjam-jam menjelajahi hutan ini, sehingga…”
“Sebentar lagi sudah tengah malam!” Setelah melihat waktu yang ditunjukkan jam tangannya, Jean Baptiste memukul batang pohon yang ada di dekatnya dengan penuh amarah. “Keparat!”
“Mr. Baptiste, Mr. Corget, ayo jangan buang waktu lagi.” Carver berlari ke depan dengan mengandalkan instingnya.
Di ujung jalan, terlihat sebuah cahaya berpendar kehijauan.
“Astaga!” Samuel Corget memperlambat larinya ketika melihat sosok menakutkan yang ada di hadapan mereka. “Mr. Craft. Awas!”
Carver Craft mengokang senjatanya dan kemudian menembak kepala monster menyerupai babi yang ada di hadapannya hingga hancur berantakan.
“Itu hanya Orc, Mr Corget.” Seru Carver Craft di tengah hela napasnya. “Kita tidak boleh membiarkan mahluk rendahan semacam itu memperlambat kita.”
Seketika itu juga secara tiba-tiba, ada sesosok tubuh yang menyerupai dahan pohon menyerang Carver Craft. Dengan sigap, pria berjuluk the Pumpkin Patch itu berguling untuk menghindari serangan. Kemudian menembak mahluk berwujud seperti batang pohon mati itu dengan Winchester-nya. Lagi. Lagi dan Lagi. Kemudian sekali lagi, hingga mahluk itu terkapar dan mati.
“Rupanya aku sudah tidak boleh main-main lagi.” Carver Craft memejamkan mata sebelum melepas penutup mata. Perlahan kembali membuka kelopak matanya. "Mataku bisa melihat kalau arah yang kita tuju sudah benar.”
“Apa yang kau lihat dengan mata itu Mr. Craft?” Tanya Jean Baptiste.
“Hantu dan setan.” Sambil berjalan Carver berkata. “Di setiap balik pohon dan juga di setiap semak, terdapat hantu dan setan-setan mengerikan. Semakin dekat dengan cahaya hijau di depan sana itu, jumlah mereka semakin banyak. Jelas sekali kalau mereka tertarik pada sesuatu yang ada di depan sana itu, seperti laron yang tertarik pada cahaya.”
“Apa yang harus kita lakukan?” Bisik Samuel Corget.
“Jangan khawatir.” Carver berkata. “Mereka hanyalah mahluk halus yang tidak memiliki raga kasar. Mereka sama sekali tidak bisa menyakiti kita. Setidaknya saat ini. Mereka tengah bersiap untuk memasuki mayat penyihir yang terkubur di depan sana itu. Mereka adalah pasukan yang telah disiapkan untuk membantu Guhaguul dan gundiknya, Isabelle Herlocker untuk menguasai dunia kita.”
Carver Craft kembali menembakkan senjatanya pada orc yang menghalagi jalan. Kemudian, ketiganya sampai di sebuah hamparan datar berumput yang luas. Di ujung sana, tepat di depan kolam yang bercahaya keunguan, terdapat ratusan nisan tanpa nama. Di sinilah kuburan para penyihir yang tengah mereka cari.
Tepat di atas kolam. Melayang tubuh Madison Hillard yang tertidur. Tubuhnya di balut oleh sebuah jubah kelabu yang terbuat dari kain lampin tipis.
“Itu dia!” Carver Craft langsung menodongkan Winchester-nya dan bersiap untuk menembak kepala Madison Hillard yang tengah tidak berdaya. “Tidak di abad ini, bitch!”
Tiba-tiba, puluhan akar pohon berujung tajam, menembus dari bawah tanah. Dengan cekatan Carver melompat dan menghindar serangan.
“Kalian baik-baik saja?!” Seru Carver pada dua rekannya.
“Kami baik-baik saja.” Jawab Jean Baptiste. “Apa yang terjadi?”
“Ada hama yang menghalangi kita.” Carver melangkah mendekati seseorang yang melayang di atas tanah. “Kau tidak bisa membunuhku …, Witch! Tujuanku dilahirkan adalah untuk membunuh jenis kalian.”
“Sebutlah namaku dengan sopan, Mr. Carver Craft.” Ujar seorang wanita cantik usia separuh baya. “Namaku Harlowe. Miss Emma Harlowe, tepatnya.”
“Aku tidak pernah peduli dengan nama buruanku. Otakku bisa terlalu penuh hanya untuk mengingat semuanya.” Carver mengokang senjatanya. “Bertobatlah! Karena hidupmu akan berakhir sebentar lagi.”
“Tidak secepat itu, Pak tua.”
Dengan tetap mengarahkan Winchester-nya ke Emma Harlowe, Carver membalikkan tubuhnya. Di belakangnya, ia melihat Jean Baptiste dan Samuel Corget sudah tergeletak di tanah. Fakta yang membuat Carver menggelengkan kepalanya dengan ironis adalah seorang gadis remaja berwajah Asia dengan rambut berantakan tengah menyeringai ke arahnya. Matanya yang liar dan merah. Terlihat jauh lebih mengerikan dari mata pecandu narkoba.
“Apa kau pikir, kami hanya sendirian.” Dengan tarikan napas berat Grace Hyun tertawa. “Kau terlalu percaya diri, Pak tua.”
“Aku belum setua penampilanku, Miss Hyun.” Carver mengeluarkan sepucuk Winchester lain dari balik jubahnya. “Sial! Aku tidak sangka kalau kau sebelia ini.”
“Apa itu artinya kau merasa ragu untuk membunuhku?” Grace Hyun berkata sambil meleletkan lidah pada bibirnya yang berwarna merah darah. “Apa kejantananmu terganggu kalau membunuh gadis remaja yang tidak berdaya seperti aku.”
“Jika manusia mungkin. Tapi kalau sesosok setan berwujud gadis remaja? Kenapa tidak!”
Carver langsung melepaskan tembakan hingga meledakkan kepala Grace Hyun. Tetapi, tanpa dia sangka, Grace Hyun kembali bangkit dari tanah. Walau kepalanya telah pecah dan mengucurkan darah dan otak cair, bibir gadis itu masih menyunggingkan senyuman. Kemudian, terjadi sesuatu yang mengerikan. Seluruh darah dan otaknya yang berserakan kembali merayap masuk ke dalam kepalanya. Pulih seperti sedia kala.
“What the .…” Carver kembali mengokang senapannya. “Sekali lagi …!”
“Tidak kali ini, Pops!” Grace Hyun mengibaskan tangannya. Seketika itu juga Carver Craft merasakan tubuhnya seakan tersapu oleh sebuah kekuatan yang luar biasa. Tubuh Carver yang tinggi besar itu terlempar jauh hingga menabrak batu-batu nisan yang ada di areal kuburan penyihir.
“Arrghhh …!”