“T-tidak mungkin …!” Willem mundur selangkah. “K-kau …, Isabelle Herlocker?!!”
“Kenapa sulit bagi Pangeran untuk mempercayainya?” Isabelle yang menghuni tubuh Madison Hillard berjalan mendekati Willem dan kemudian membelai pipinya dengan lembut. “Tunggu sebentar, ya, sayang. Aku akan kembali padamu setelah kebangkitanku sempurna.”
“A-aku .…” Mata Willem terus memandang Isabelle Herlocker yang menjauh darinya. Pemuda itu memejamkan matanya sejenak, sebelum ia kembali membukanya dan berkata dengan nada keras. “Maaf, Isabelle. Aku tidak bisa membiarkanmu!!!”
Isabelle Herlocker berhenti berjalan, kemudian ia membalikkan tubuhnya dan kembali mendekati Willem dengan memiringkan kepala.
“Apa?” Ujarnya lirih yang tajam. Ekspresi wajahnya yang bingung terlihat jelas kalau ia tidak suka akan apa yang didengarnya. “Tolong ulangi ucapanmu karena …, hahahaha …, aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas.”
“A-aku …, tidak bisa membiarkanmu .…” Willem mengangkat Remington-nya. “Aku tidak bisa membiarkanmu membangkitkan Guhaguul. Aku …, aku bahkan tidak bisa membiarkanmu bangkit dan menyebarkan kekacauan di muka bumi. Waktumu sudah habis di dunia ini Isabelle. Jadi…, kumohon …, meninggallah dengan tenang.”
Willem melepaskan tembakan. Namun, butiran peluru itu sama sekali tidak bisa menyentuh kepala Isabelle Herlocker yang seakan dilindungi oleh medan energi ghaib.
“Pangeran …?” Isabelle Herlocker meneteskan air mata. “Kenapa Pangeran menembakku? Bukankah Pangeran mencintaiku?”
“Aku tidak bisa mencintaimu.” Willem menggelengkan kepalanya. “Kau bahkan bukan manusia. Kau pun ingin menyebarkan kekacauan di muka bumi. Bagaimana mungkin aku bisa mencintaimu.”
Saat mendengar itu, air mata Isabelle Herlocker mengalir deras, kemudian ia menangis histeris sambil menjambak rambutnya.
“Kenapa …?” Rintihnya pilu sambil jatuh bertumpu pada lututnya. “Kau …, kau …, KAU INI TERNYATA SAMA SAJA DENGAN YANG LAIN!!!”
Sambil menangis dan menjerit dengan keras, Isabelle mengangkat tangannya. Seketika itu juga muncul akar dari dalam tanah. Akar pohon itu menjerat tubuh Willem Denier hingga membuat pemuda itu tidak bisa bergerak sedikit pun.
“Kenapa …? Kenapa Kanda mengkhianatiku …?” Tangisan Isabelle semakin keras.
Kemudian, gadis penyihir itu menghentikan tangisannya. Dia bangkit dari tempatnya berlutut sambil meraung dengan penuh amarah.
“Emma!” Jeritnya. “Berikan padaku! Berikan padaku SEKARANG!”
“Ya, Madam.” Emma Harlowe menunduk hormat seraya mengeluarkan beberapa guci yang terbuat dari tanah liat. “Semuanya sudah siap, Madam.”
“Bagus …!” Isabelle kembali mengangkat tangannya. Kemudian guci-guci itu pecah yang seiring dengan isi di dalamnya yang melayang-layang mengitari tubuh Isabelle Herlocker. Kemudian benda-benda itu masuk ke dalam tubuhnya. Di mulai dari sepasang bola mata, berliter-liter darah, jantung, lidah dan juga pita suara. Kemudian, Isabelle Herlocker tertawa, namun suaranya kali ini, tidak terdengar seperti suara Madison Hillard. Suaranya sangat mirip dengan suara Debra McCabe.
“Perubahanku hampir sempurna.” Isabelle Herlocker memandang tubuhnya sendiri.
“Hampir, Madam?” Emma Harlowe bertanya dengan nada bingung.
“Aku tidak menyukai kulit ini, Emma.” Isabelle memandang tubuhnya dengan tidak puas. “Warnanya terlalu pucat dan penuh bercak dan bintik merah. Aku menginginkan kulit remaja yang lembut dan mulus, seperti .…”
Isabelle Herlocker memandang ke arah Grace Hyun.
“Aku menginginkan kulitmu.” Dengan wajah hambar Isabelle melayang mendekati Grace Hyun. “Kau pengikutku, iyakan? Jadilah anak yang baik dan berikan kulitmu itu padaku.”
Dengan wajah ketakutan, Grace Hyun menggelengkan kepalanya.
“Tidak …! Aku tidak MAU!!!”
“Ini bukan permintaan, Child.” Isabelle tersenyum. “Ini pemberitahuan.”
Ketakutan, Grace Hyun membalikkan tubuhnya dan melarikan diri.
“Jangan begitu.” Dengan jari telunjuknya Isabelle Herlocker membuat Grace Hyun terjatuh.
Panik, Grace Hyun mengangkat tangannya. Seketika itu juga belasan tombak kayu tumbuh dari tanah menghujam tubuh Isabelle Herlocker.
“Tck …, tck …, tck …, Child.” Seketika itu juga tombak kayu yang menembus tubuh Isabelle Herlocker menghilang dan meninggalkan tubuh Isabelle yang tidak terluka sedikit pun. "Berani sekali seorang pelayan melawan junjungannya.”
Isabelle Herlocker mengedipkan matanya.
Seketika itu juga kulit Grace Hyun sobek dan meninggalkan pemiliknya yang menjerit kesakitan. Kulit itu langsung menempel pada tubuh Isabelle Herlocker dan menjadi satu dengan pemilik barunya.
“Tadinya aku ingin membunuhmu, agar kau tidak menderita.” Suara Isabelle yang menyerupai Debra McCabe berkata dengan sinis. “Tapi, kau berniat membunuhku. Jadi …, jalanilah sisa hidupmu dengan wujud menjijikkanmu itu.”
Grace Hyun menjerit. Tidak karena hanya rasa sakit. Tetapi karena siksaan setelah mendengar suara Debra McCabe yang menghina dirinya.
“Kau sudah mati …! KAU SUDAH MATI …!”
Grace Hyun yang kini hanya berupa otot dan daging tanpa kulit menjerit histeris sambil berguling di tanah. Kedua tangannya menutupi telinga dan mulutnya meneriakkan kata-kata memilukan.
“Sekarang .…”
Isabelle Herlocker membalikkan tubuhnya dan berjalan masuk ke dalam kolam.
Tangannya terangkat ke arah purnama. Seketika itu juga air keruh kolam itu yang semula tenang jadi bergolak dan berombak.
“Rise my sisters. Rise and revive. On this unholy eve, let those who worship Guhaguul be glorious through the night!!!”
Seketika itu juga petir menyambar ke area pekuburan, seiring dengan tanah retak akibat gempa bumi yang melanda daerah sekitar. Dari dalam bumi, bangkit ratusan mayat-mayat korban perburuan penyihir yang merayap dan berlari menuju kota Night Mute yang ada di balik hutan.
Sementara itu, di atas langit yang kelam beterbangan bola-bola cahaya yang kemudian berubah wujud menjadi setan-setan yang beterbangan. Sedangkan dari dalam keremangan hutan, bermunculan monster-monster jahat yang pemakan manusia.
“Fly my sisters! Fly!” Jeritan Isabelle Herlocker membahana ke seluruh pelosok hutan.
Sementara itu di dalam gedung sekolah.
“Blake.” Ujar salah seorang Constable yang tengah berjaga di depan gerbang. “Apa kau mendengar tertawa mengerikan itu?”
“Aku mendengarnya, Kipp.” Blake menganggukan kepalanya seraya memegang erat senapannya. “Bersiaplah. Malam ini kita akan berperang.”
Sementara itu, kembali di dalam hutan.
“Mr Denier…! Mr. Denier!” Jean Baptiste menepuk-nepuk pipi Willem.
“Aaarrghhh .…” Willem yang semula pingsan membuka matanya. “Mr. Baptiste …? Kau masih hidup?!”
“Tentu saja masih bodoh.” Tukas Jean Baptiste sambil membacok akar pohon yang membelit Willem dengan machete. “Mr. Corget! Tolong bantu aku melepaskan Mr. Denier.”
“Yes, Sir!” Samuel Corget mengeluarkan machete-nya. “Di mana Mr. Craft?”
“Aku tidak tahu ….” Willem menangis. “Aku telah membunuhnya, Mr. Baptiste. Aku menusuknya di area pekuburan itu. Aku .…”
“Aku tahu kau dalam berada dalam pengaruh penyihir itu.” Potong Jean Baptiste. “Jangan menangis, Mr. Denier. Yang sudah biarlah berlalu. Sekarang yang terpenting, bagaimana cara kita mengalahkan Isabelle Herlocker. ”
“Kita tidak bisa, Mr. Baptiste.” Ujar Samuel Corget di sela pekerjaannya. “Kita membutuhkan bantuan Mr. Craft untuk menghabisi penyihir itu.”
“Kalau begitu ….” Jean Baptiste memotong akar terakhir yang membelit Willem. “Ayo kita periksa kondisi, Mr. Craft.”
Sementara itu di dalam gedung sekolah.
“Barry!” Panggil Jon, seorang anak berumur dua belas tahun. “Kau mau kemana? Hari sudah malam. Bukankah seharusnya kita tidur?”
“Kau ini penakut sekali.” Tukas Barry dengan suara berbisik. “Aku ingin menjelajahi sekolah di waktu malam. Jarang-jarang sekali kan kita bisa mendapat kesempatan seperti ini.”