Curtain of Fate

Vsiliya Rahma
Chapter #2

Bab 1_Retakan Pertama


"Behind every shadow, a fate unfolds"


Langit sore itu menggantung mendung, abu-abu yang muram seperti pertanda akan datangnya sesuatu yang tak diinginkan. Hembusan angin menampar lembut wajah Lyra saat ia melangkah pelan menyusuri koridor kampus Fakultas Filsafat. Suasana kampus mulai sepi, mahasiswa lain sudah bergegas pulang. Namun Lyra tak pernah terburu-buru. Ia bukan tipe yang takut sepi. Bahkan, sepi memberi ruang untuk berpikir.

Penampilannya sederhana namun bersih. Kemeja putih polos yang terselip rapi di balik cardigan abu-abu, celana panjang hitam, dan sepatu kulit yang tidak terlalu mencolok. Rambut hitamnya diikat rendah, beberapa helai terlepas ditiup angin. Kacamata tipis bertengger di wajahnya yang dingin, mencerminkan pikirannya yang tajam.

Lyra adalah mahasiswi filsafat tingkat akhir. Ia dikenal sebagai pribadi pendiam namun sangat analitis. Kalimat yang keluar dari bibirnya selalu terukur, seakan setiap kata telah dipertimbangkan. Ia tidak terlalu akrab dengan teman-temannya, tapi bukan karena sombong. Hanya saja, pikirannya terlalu penuh oleh pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang bahkan tidak bisa dipahami orang kebanyakan.

Saat ia melintasi taman kecil menuju gerbang kampus, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari sang mama.

"Sudah selesai kuliah, sayang?"

Ia mengetik singkat.

"Sudah."

Balasan cepat datang.

"Supir sudah di depan. Jangan kelamaan, ya."

Biasanya, ia akan langsung berjalan ke mobil dan pulang. Seperti robot yang setia mengikuti program. Tapi hari ini... ada dorongan aneh dalam dirinya. Sebuah keinginan kecil untuk keluar dari rutinitas, untuk tidak selalu patuh.

Dan seolah semesta mendengar keinginannya, suara langkah cepat dan suara yang terlalu ceria untuk dunia Lyra datang dari belakang.

"Lyraaa!"

Lyra menoleh pelan. Diandra, si gadis hiperaktif dengan rambut keriting sebahu dan hoodie berwarna pastel, berlari kecil ke arahnya.

"Ayo ikut kumpul! Anak-anak kelas mau ngumpul bareng, nongkrong di kafe deket kampus. Kamu belum pernah ikut, kan? Sekali ini aja. Biar kamu punya cerita selain filsafat dan Nietzsche."

Lyra diam sejenak. Ia tidak terbiasa membuat keputusan spontan, apalagi yang menentang aturan keluarganya. Tapi entah kenapa, ada sesuatu yang menggelitik batinnya.

Lihat selengkapnya